Dua tim paling menawan dan bertabur talenta, Brasil dan Belgia, akan saling bunuh di Arena Kazan pada perempat final Piala Dunia Rusia, Sabtu (7/7/2018) dini hari WIB. Faktor mental dan psikologis menjadi pembeda dalam laga mewah di ”kuburan” para raksasa ini.
KAZAN, KOMPAS Arena Kazan, stadion megah di Republik Tatarstan, Rusia, tak pernah ramah bagi tim-tim raksasa bertabur bintang. Jerman dan Argentina, dua finalis Piala Dunia Brasil 2014, meninggalkan ”batu nisan” di tempat ini. Kini, Brasil dan Belgia bakal berjuang untuk ke semifinal dan menghindari jeratan maut Arena Kazan.
Brasil dan Belgia adalah dua tim top atau peringkat lima besar dunia yang tersisa di Piala Dunia Rusia. Tidak ada yang bisa meragukan kapasitas kedua raksasa ini untuk menjadi juara dunia. Keduanya adalah tim yang paling menawan dan agresif di Rusia sejauh ini. Itu dibuktikan oleh koleksi identik, yaitu 77 persen tembakan yang mereka ciptakan di empat laga terakhir.
Hampir semua orang paham kualitas bintang Brasil seperti Neymar Jr dan Philippe Coutinho. Tidak sedikit pula yang terpesona dengan kualitas teknik dan intelegensi Kevin De Bruyne dan Eden Hazard, dua motor kembar di timnas Belgia. Namun, Pelatih Brasil Tite menilai segala keunggulan dalam hal teknis atau dukungan megabintang itu kurang berarti di ajang bernama Piala Dunia.
”Tantangan terbesar di turnamen ini adalah mentalitas. Anda butuh kekuatan mental yang besar untuk menghadapi tekanan hebat dan menjaga keseimbangan antara fokus dan kemampuan. Dalam hal ini, saya bisa katakan, kami memiliki mentalitas kuat,” ujar Tite dalam jumpa pers di Arena Kazan, Kamis malam.
Mentalitas tangguh itu, ungkap Tite, sangat dibutuhkan ketika menghadapi Belgia, tim yang dianggapnya sangat kuat. ”Kami harus bermain dengan akal sehat, tanpa euforia yang berlebihan atau perasaan takut kalah. Kami telah mempersiapkan ini dengan baik. Kami cukup punya pengalaman. Jadi, saya sedikit rileks saat ini,” lanjut Tite.
Dalam kesempatan sama, kapten Brasil, Miranda, mengakui Belgia memiliki sejumlah pemain menakutkan, salah satunya striker Romelu Lukaku yang telah mengemas empat gol. Namun, menurut dia, timnya tidak boleh terfokus ke satu-dua pemain Belgia seperti Lukaku. ”Mereka punya kualitas merata. Untuk itu, kami harus menyiapkan diri dengan baik, khususnya di lini pertahanan,” ujar bek Brasil itu.
Faktor mengendalikan pikiran dan emosi ini juga penting untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perpanjangan waktu dan adu penalti. Tiga dari total delapan laga 16 besar di Piala Dunia Rusia harus ditentukan lewat adu penalti. Diakui Tite, timnya juga telah mengasah tembakan penalti dan antisipasinya jelang duel kontra Belgia.
”Penalti butuh teknik sehingga kami juga mengasah ini. Namun, sekali lagi yang penting mengontrol emosi dan psikologis. Penalti bisa menjadi sulit (tanpa ketenangan emosi),” kata Tite.
Tite dikenal sebagai pelatih yang mengedepankan kolektivitas dan stabilitas tim. Untuk itu, ia hampir tak pernah membongkar-pasang susunan pemainnya. Namun, saat menghadapi Belgia nanti, ia terpaksa melakukan sejumlah perubahan, terutama di lini tengah dan belakang.
Gelandang jangkar Fernandinho, misalnya, bakal menempati posisi Casemiro yang absen akibat skorsing kartu. Selain itu, bek sayap Felipe Luis tampaknya harus merelakan tempatnya diambil kembali Marcelo, bek yang telah pulih dari cedera. Marcelo menawarkan nilai tambah ke tim ”Samba”, yaitu tusukan dan pergerakan ofensif dari belakang. Adapun Luis cenderung lebih defensif dan lambat bergerak untuk membantu serangan tim.
Memeluk Firmino
Ada kans pula striker Roberto Firmino, yang selama ini di bangku cadangan, dimainkan sejak menit pertama di Kazan. Firmino tampil menawan saat menghadapi Meksiko. Ia menyumbang satu gol sebagai pemain pengganti. Namun, Tite meredakan spekulasi soal kemungkinan tampilnya Firmino sebagai ujung tombak utama.
”Gabriel (Jesus, striker pilihan utama) masih bisa bermanfaat di laga ini. Saya sudah berbicara kepada dia (Firmino) seusai laga terakhir (kontra Meksiko). Sambil memeluk dia, saya berkata, kamu laik mendapat lebih di tim ini. Jawaban dia kemudian, saya senang dengan situasi saat ini (menjadi cadangan), Profesor,” ujar Tite menirukan Firmino.
Senada dengan Tite, Pelatih Belgia Roberto Martinez mengakui faktor psikis bakal menentukan di duel maut ini. Timnya tampil buruk dan kebobolan dua gol pada laga 16 besar kontra Jepang karena masalah pikiran, bukan teknis. ”Kami cemas tidak bermain bagus dan menjawab ekspektasi. Namun, di babak kedua, saya meminta mereka bermain lepas dan menikmati laga,” ujarnya.
Cara serupa dilakukan Martinez jelang kontra Brasil. Ia meminta timnya melepaskan beban, tanpa target dan menikmati permainan. Ia melemparkan beban itu ke lawannya, Brasil. ”Mereka (Brasil) tim terbaik di turnamen ini. Mereka favorit (juara). Kami ingin menikmati duel langka ini sejak menit pertama,” ujarnya.