Perakit Bom di Pasuruan Masih Buron
PASURUAN, KOMPAS — Keberadaan Abdullah, perakit bom yang meledak di rumah kontrakannya di Pasuruan, Jawa Timur, masih terus diburu polisi. Belasan saksi telah dimintai keterangan. Masyarakat diharapkan tetap waspada dengan kondisi lingkungan sekitar.
”Hingga kini, perakit bom masih terus dikejar. Doakan saja ya. Apakah pelaku masih di sekitar Jatim atau tidak, saya belum bisa jawab. Yang terpenting, aparat terus bekerja keras demi keamanan masyarakat,” ujar Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera, Jumat (6/7/2018).
Untuk menguak keberadaan Abdullah, perakit bom panci Bangil, Barung mengatakan, polisi telah meminta keterangan belasan saksi. Mereka adalah istri pelaku, pemilik rumah kontrakan, dan tetangga sekitar.
”Yang jelas, kami meminta masyarakat Jatim tidak panik. Warga Jatim sudah paham apa yang harus dilakukan dalam hal ini. Mereka pasti tahu harus selalu mewaspadai lingkungan sekitarnya agar jaringan pelaku teror tidak tumbuh di sekitar mereka. Itu diharapkan menjadi kesadaran bersama masyarakat,” kata Barung.
Hingga sehari setelah ledakan bom di Kelurahan Pogar, Kecamatan Bangil, lokasi ledakan masih diberi tanda batas polisi. Meski begitu, masyarakat sekitar tetap ramai berkerumun di sekitar rumah kontrakan Abdullah.
Indonesia akan melaksanakan perhelatan internasional, yakni Asian Games Ke-18 pada Agustus 2018.
Abdullah adalah pria dengan tiga kartu tanda penduduk (KTP) yang mengontrak di rumah milik Saprani di RT 001 RW 001, Kelurahan Pogar. Ia tinggal bersama istri dan dua anaknya. Satu anaknya diketahui bersekolah di pondok pesantren tidak jauh dari rumah tersebut sehingga yang tinggal serumah hanya seorang anak berusia kurang dari 3 tahun.
Abdullah memegang KTP Aceh, KTP Banten (memakai nama Awari), dan KTP Malang (memakai nama Ahmad Muslim). Pria itu diketahui juga pernah meledakkan pos polisi Kalimalang pada tahun 2010.
Kamis (5/7/2018) pukul 11.30 WIB, terjadi ledakan di rumah kontrakan Abdullah. Ledakan melukai anak Abdullah yang berusia 2 tahun 4 bulan. Bom tersebut berdaya ledak rendah sehingga piring dan barang-barang di sekitar ledakan tidak beterbangan. Bom meledak diduga karena tersentuh oleh sang anak yang saat itu bermain di sekitar bom.
Warga sekitar awalnya menduga ledakan berasal dari tabung elpiji. Namun, saat warga memastikan ke rumah Abdullah, terjadi lagi ledakan kedua. Abdullah kemudian melempar bom ke kerumunan warga dengan tujuan mengusir warga. Saat itu terjadi ledakan ketiga.
Adapun ledakan keempat terjadi saat Abdullah mengarahkan bom kepada polisi yang datang ke lokasi ledakan. Setelah itu, Abdullah melarikan diri dengan mengendarai sepeda motor.
Kamis malam, jejak Abdullah terendus di sekitar Stasiun Bangil. Saat itu, ia menitipkan motor di tempat parkir stasiun. ”Tukang parkir meyakini itu Abdullah. Ia datang ke stasiun dengan berganti sepeda. Kini polisi terus memburunya,” kata Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Machfud Arifin.
Terkait keberadaan keluarga Abdullah, warga mengatakan sejak awal sudah menaruh curiga. ”Warga sebenarnya sudah curiga. Bahkan, Pak RT juga sudah minta KK (kartu keluarga) kepada mereka. Hanya saja, memang kami tidak tahu banyak mengenai keluarga tersebut. Mereka sangat tertutup. Yang saya tahu, mereka menikah siri,” ujar Kusmiati (46), warga yang tinggal di sebelah rumah kontrakan Abdullah. Kusmiati juga sepupu Saprani, pemilik rumah kontrakan yang ditinggali Abdullah.
Menurut Kusmiati, Abdullah mengontrak rumah itu seharga Rp 5,5 juta setahun. ”Kata sepupu saya itu, mereka menikah siri. Mereka sudah dimintai KK oleh RT juga,” ujarnya.
Kusmiati mengisahkan, dirinya sering mendengar pasangan suami istri itu cekcok. ”Sering cekcok. Suaminya sering meneriaki istrinya, sedangkan istrinya hanya sesekali menjawab,” katanya. Si istri merupakan pedagang baju muslim secara daring. Abdullah diyakini warga tidak bekerja.
Wilayah Kelurahan Pogar tersebut rata-rata dihuni masyarakat dengan mata pencarian beragam. Ada yang bekerja sebagai petani, pedagang, atau tukang bordir. Bangil dikenal sebagai ”Kota Bordir”. ”Memang di wilayah sini banyak rumah kos dan kontrak,” kata Kusmiati.
Antisipasi Asian Games
Ledakan bom di Pasuruan, Jawa Timur, itu harus mendorong aparat keamanan dan masyarakat bekerja sama lebih erat untuk mengantisipasi segala kemungkinan teror. Apalagi, Indonesia akan melaksanakan perhelatan internasional, yakni Asian Games Ke-18, pada Agustus 2018.
Hal itu disampaikan Ketua Setara Institute Hendardi dan Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, Jumat (6/7/2018). Menurut Hendardi, kasus bom Bangil tersebut menunjukkan bahwa ancaman teror selalu mengintai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Oleh karena itu, aparat keamanan dan seluruh elemen warga harus selalu meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi dan mengidentifikasi setiap potensi teror. Jaringan dan sel-sel teroris selalu berkamuflase dengan cara tinggal sedekat mungkin dengan masyarakat. ”Dengan cara ini, mereka memelihara eksistensi diri,” kata Hendardi.
Pentingnya pencegahan juga disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane. Ia menyoroti urgensi pencegahan tindakan teror yang dikhawatirkan akan menjadi ancaman selama Asian Games Ke-18 di Jakarta dan Palembang.
Menurut dia, jika pelaku bisa segera tertangkap, diharapkan jaringan terorisnya bisa terbongkar dan dilumpuhkan. Dengan demikian, keamanan dan ketertiban masyarakat bisa terjaga, terutama saat pelaksanaan Asian Games. ”Polisi harus segera tangkap pelaku bom Pasuruan yang melarikan diri,” katanya.