PASURUAN, KOMPAS — Ledakan bom di rumah kontrakan di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (5/7/2018), terindikasi terkait jaringan pelaku teror lama. Perakit bom diketahui pelaku peledakan bom di pos polisi Kalimalang, Jakarta Timur, tahun 2010, yang sedang merancang aksi baru.
Polisi masih terus mengumpulkan informasi terkait jaringan dan rencana teror baru itu. ”Kami masih terus dalami itu,” kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin dalam konferensi pers di Markas Kepolisian Resor Pasuruan, Kamis malam.
Seperti diberikatakan, Kamis (5/7/2018) pukul 11.30, terjadi ledakan di rumah kontrakan di Kelurahan Pogar, Bangil, Kabupaten Pasuruan. Rumah itu dikontrak oleh Abdullah (50) yang tinggal bersama istrinya, Dina (40), dan Umar (2 tahun 4 bulan), salah satu anaknya yang terluka akibat ledakan bom rakitan di rumah itu. Salah satu anak yang lain bersekolah asrama.
”Bom berdaya ledak rendah sehingga piring dan barang-barang di sekitar ledakan tidak beterbangan. Hanya kaca dan eternit rumah pecah. Diduga, bom diutak-atik atau dibuat mainan si anak yang saat itu sedang makan,” kata Machfud.
Machfud menegaskan, ledakan bom di Bangil terjadi empat kali, masing-masing meledak tak disengaja, meledak di dalam kamar, dilempar pelaku untuk memecah keramaian warga, dan diledakkan mengarah ke seorang polisi.
Pernah dipenjara
Abdullah merupakan narapidana kasus bom yang sudah bebas dari LP Cipinang dalam tiga tahun terakhir. Ia menjalani masa hukuman 5 tahun untuk kasus bom di pos polisi Kalimalang, Jakarta Timur, tahun 2010.
”Setelah masa hukuman usai, ia kemudian pergi ke Jawa Timur, menikah dengan orang Bangil dan tinggal di Bangil. Ia sudah tinggal di Bangil selama 1,5 tahun. Di rumah kontrakan di Kelurahan Pogar baru ditinggali selama enam bulan,” kata Machfud.
Menurut tetangganya, Abdullah tidak memiliki pekerjaan tetap. Adapun istrinya berbisnis baju secara daring.
Dari penggeledahan polisi ditemukan bahwa Abdullah menggunakan tiga KTP palsu. KTP pertama bernama Abdullah beralamat di Aceh, KTP berikutnya bernama Anwardi beralamat di Banten, dan satu KTP lagi bernama Ahmad Muslim asal Malang.
Hingga Kamis malam, Abdullah masih dalam pencarian polisi. ”Dia tadi melarikan diri dalam kondisi luka. Warga sempat menembak dadanya dengan senapan celeng. Masyarakat diimbau tidak panik karena petugas terus melakukan pengejaran. Laporkan kalau ada yang mencurigakan,” kata Machfud.
Dari hasil penggeledahan, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya bom panci. Beberapa barang bukti yang diamankan adalah panci yang sudah dilengkapi paku dan gotri yang direkatkan dengan plakban bening, bom rakitan dengan kondisi aktif menggunakan kaleng susu kecil (sekitar 375 gram) dengan isian bahan peledak serbuk hitam dengan sumbu api hijau yang dimasukkan dalam selang rem sepeda.
Di luar kaleng susu dipasang wadah berisi paku dan gotri yang dilekatkan dengan plakban, lima pipa galvalum yang sudah terbakar, kabel putih 15 sentimeter tersambung saklar on-off dan baterai.
Ditemukan pula tiga pisau beserta sarung, dua gunting, serbuk hitam diduga bahan peledak, saklar on-off, lampu hias satu set, inisiator rakitan tiga buah, komputer, dua sisa tas ransel di mana satu meledak di dalam dan satu meledak di luar rumah, serta buku-buku jihad.
Ledakan empat kali
Saat kejadian, Kamis siang, seperti diuraikan Yanto (46), warga RT 002 RW 001 Kelurahan Pogar, ia mendengar ledakan pertama sekitar pukul 11.30. Ledakan cukup keras hingga menggetarkan kaca rumahnya yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi ledakan.
Bersama warga, Yanto langsung masuk ke rumah Saprani, yang dikontrak keluarga Abdullah. Mereka awalnya menduga ledakan berasal dari elpiji. ”Kalau elpiji kok ada warna asap putih. Dan tidak ada bau elpiji, justru bau obat. Kami pun melihat ke dalam rumahnya,” katanya.
Di bagian belakang rumah, warga menemukan Umar tergeletak di lantai, ada luka di bagian kaki kiri. Warga berinisiatif menolong anak itu. Bersama istri Abdullah, warga membawa anak itu ke RSUD Bangil.
”Saat itu suaminya (Abdullah) diam saja. Saat ditanya warga, ia diam saja. Bahkan, dia berusaha menyembunyikan bahan-bahan yang menumpuk di dalam kardus. Dia mendorong bahan-bahan itu ke dalam kamar. Berikutnya langsung terdengar ledakan kedua di kamar itu. Saya dan warga lari keluar rumah,” kata Yanto.
Meski terluka karena ledakan, pelaku berusaha kabur keluar rumah. Yanto secara refleks berusaha menghadangnya. ”Saya menyuruh dia masuk. Ia sempat masuk, lalu pergi keluar lagi dan berlari ke arah mobil polisi di dekat rumahnya. Lalu terjadilah ledakan berikutnya,” kata Yanto.
Seperti diungkapkan polisi, total terjadi empat ledakan dalam satu rangkaian kejadian itu. Hingga Kamis malam, Abdullah masih dalam pengejaran.
Kepada polisi, istri pelaku mengaku tidak tahu-menahu aktivitas suaminya tersebut. Ia pun masih dalam pemeriksaan.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.