JAKARTA, KOMPAS — Senin, 28 September 2015, menjadi hari bersejarah bagi Organisasi Amatir Radio Indonesia atau Orari. Pada hari itu, satelit Lapan-Orari diluncurkan dari Bandar Antariksa Satish Dhawan, Sriharikotta, India. Satelit yang juga dikenal dengan nama Satelit Lapan A-2 tersebut sepenuhnya buatan Indonesia.
Nama Orari ikut melekat di satelit tersebut karena rancang bangunnya memang merupakan kolaborasi Lapan dengan Orari. Satelit tersebut diluncurkan untuk mendukung komunikasi dan mitigasi bencana, sesuatu yang menjadi misi organisasi ini.
Sebagai organisasi yang dibentuk dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1967, Orari adalah cadangan nasional di bidang komunikasi dalam keadaan bencana ataupun nonbencana. Orari memberikan dukungan komunikasi bekerja sama dengan sejumlah instansi pemerintah dan nonpemerintah.
Tak hanya dukungan komunikasi bencana, Orari juga memberikan dukungan dalam kegiatan besar nasional, seperti penyelenggaraan pemilu, Asian Games, dan jambore Pramuka.
Pada 9 Juli nanti, Orari bakal merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50. Sekretaris Jenderal Orari Suryo Soesilo menuturkan, Orari bukan hanya organisasi hobi. Sebagai cadangan nasional di bidang komunikasi radio, Orari merupakan salah satu aset bangsa.
Suryo mengatakan, kegiatan Orari turut serta mewarnai perjalanan Indonesia. ”Bisa dikatakan kami ini termasuk yang ikut merekatkan NKRI,” ujar Suryo saat berkunjung ke Redaksi Harian Kompas di Jakarta, Jumat (6/7/2018).
Di luar kegiatan harian Orari berupa komunikasi antaranggota amatir radio di Indonesia ataupun dunia, Orari beberapa kali mengadakan kegiatan ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia. Dalam ekspedisi tersebut, menurut Ketua Bidang Organisasi Orari Gjellani J Sutama, Orari melakukan komunikasi dengan anggota amatir radio di belahan dunia lain.
”Komunikasi di pulau-pulau terluar dengan amatir radio di luar negeri tersebut tercatat di London. Catatan tersebut menjadi penanda bahwa jika suatu saat pulau tersebut disengketakan, Indonesia punya catatan komunikasi radio dan jauh lebih berhak mengklaim kedaulatan wilayah tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, sebagai organisasi hobi, anggota Orari juga dituntut untuk melakukan banyak inovasi. Apalagi di tengah kemajuan teknologi digital. Komunikasi digital sekarang ini menjadi salah satu bagian dari inovasi yang diciptakan anggota Orari.
Menurut Kepala Divisi Operasi dan Teknik Orari Erdius Zen Chaniago, karena amatir radio memiliki slot khusus di semua frekuensi, penggunaannya pun menyesuaikan perkembangan teknologi digital. Saat ini, lanjut Erdius, komunikasi antaranggota Orari bisa menggunakan platform Android.
”Asal kita punya call sign sebagai anggota, komunikasi bisa kita lakukan di telepon genggam Android. Bahkan, sudah ada semacam radio over internet protocol yang memungkinkan tak hanya berkomunikasi dengan sesama amatir radio di dunia, tetapi juga bisa bertatap muka lewat laptop,” ujarnya.
Dalam perjalanan selama 50 tahun ini, kiprah Orari di dunia amatir radio internasional, menurut Suryo, juga sangat diakui. Orari menjadi satu-satunya organisasi amatir radio sebuah negara bukan peserta Piala Dunia yang berhak memakai call sign FIFA.
”Cuma Indonesia, negara yang bukan peserta Piala Dunia Rusia, yang berhak menggunakan call sign FIFA. Mungkin karena kami dianggap mumpuni di kalangan organisasi amatir radio internasional dan termasuk yang berhasil sebagai tuan rumah IARU (International Amateur Radio Union) Region 3 (Asia Pasifik),” kata Suryo.
Dalam puncak acara ulang tahun ke-50 Orari, selain akan menerbitkan prangko khusus sampul hari pertama, Orari juga akan memberikan anggota kehormatan kepada Presiden Joko Widodo dan Ketua DPR Bambang Soesatyo.