Pendidikan, Kebutuhan Prioritas bagi Warga Palestina
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, menggelar seminar Diplomatic Outreach Diplomasi Perdamaian dan Kemanusiaan Indonesia di Palestina untuk menyebarluaskan langkah strategis Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia menjadi hal paling dibutuhkan masyarakat Palestina.
”Hal yang paling penting adalah pendidikan. Dengan adanya pendidikan, maka (rakyat Palestina) dapat mengembangkan negara kami,” kata Wakil Duta Besar Palestina untuk Indonesia Taher Ibrahim Hamad, Selasa (3/7/2018), di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Selain Taher, hadir pula sebagai narasumber, yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Rossy Verona; Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Sunarko; dan Direktur Laboratorium Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman Agus Haryanto.
Taher menyebutkan, Singapura menjadi negara maju karena pendidikannya yang baik dan kuat, demikian juga dengan Korea Selatan dan Jerman. Menurut Taher, saat ini kondisi pendidikan di Palestina cukup memprihatinkan karena dikuasai Israel. Sebelum sekolah-sekolah dirusak dan dikuasai Israel, 95 persen warga di Gaza berpendidikan dengan cukup baik.
”Sekarang jumlah itu semakin menurun. Sebanyak 30 persen anak-anak kami di Gaza tidak bisa bersekolah karena tidak ada sekolah,” kata Taher.
Taher yakin, perang dan cara kekerasan tidak akan menyelesaikan permasalahan di Palestina.
Ia mengapresiasi upaya pemerintah dan masyarakat Indonesia yang terus mendukung perjuangan Palestina mewujudkan kemerdekaannya serta memberikan sejumlah bantuan konkret kepada rakyat Palestina, misalnya pelatihan bagi para insinyur, diplomat, tim pemadam kebakaran, tim SAR, dan juga para polisi di Palestina yang mendapatkan pelatihan terkait kejahatan siber.
”Saya berterima kasih kepada rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia menganggap Palestina itu bukan dari bagian negara lain, melainkan bagian dari Indonesia. Palestina itu seperti saudara,” ujar Taher.
Isu pokok
Mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Sunarko menyampaikan, Palestina ada di jantung politik luar negeri Indonesia dan setiap helaan napas diplomasi Indonesia, di situ terdapat perjuangan untuk Palestina. ”Isu Palestina menjadi isu pokok politik luar negeri Indonesia,” kata Sunarko.
Terhadap kebutuhan pendidikan rakyat Palestina, Sunarko menuturkan, saat ini pihaknya sedang berupaya berkoordinasi dengan sejumlah pihak, antara lain lembaga pendidikan tinggi serta swasta, untuk dapat bekerja sama dan menyediakan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa-mahasiswi asal Palestina.
”Kami juga sedang mengupayakan lembaga pendidikan swasta untuk memberikan pelatihan. Misalnya sedang dirancang tenaga pilot dari Palestina mendapatkan pelatihan profesional di Indonesia,” papar Sunarko.
Rossy menyampaikan, dalam memberikan bantuan perlu diperhatikan sisi keberlanjutan, untuk jangka panjang, serta konkret. ”Kita bersaudara dengan Palestina. Apa yang mereka rasakan, kita juga rasakan,” kata Rossy.
Agus Haryanto mengatakan, Universitas Jenderal Soedirman memiliki program beasiswa untuk mahasiswa asing yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa serta pelajar dari Palestina.
Seminar dihadiri oleh sekitar 300 mahasiswa-mahasiswi serta tamu undangan. Acara tersebut digelar di Ruang Rapat Rektorat, Unsoed. Seminar dimoderatori oleh Renny Miryanti, dosen Jurusan Hubungan Internasional FISIP Unsoed.