JAKARTA, KOMPAS — Dua pekan jelang dimulainya pemberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci, Kementerian Agama dan instansi terkait fokus melakukan persiapan di dalam negeri. Finalisasi administrasi dan fasilitas terus dibenahi, termasuk dokumen keimigrasian berupa paspor dan visa calon jemaah, serta kesiapan embarkasi.
“Secara keseluruhan, persiapan sudah hampir mencapai seratus persen. Kita tinggal finalisasi, baik di dalam negeri maupun luar negeri,” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, saat berbicara di depan tim Media Center Haji (MCH) tahun 1439 H /2018 M, di Jakarta, Senin (2/7/2018).
Secara keseluruhan, persiapan sudah hampir mencapai seratus persen. Kita tinggal finalisasi, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Mulai 17 Juli nanti, 204.000 jemaah haji reguler Indonesia akan mulai diberangkatkan secara bertahap melalui 13 embarkasi. Dijadwalkan, calon jemaah haji kelompok terbang (kloter) pertama mulai masuk asrama haji 16 Juli. Selain aspek administrasi, yang intens ditangani Kementerian Agama dan instansi mitranya saat ini ialah pembentukan kloter dan pemantapan manasik.
Proses imigrasi
Mulai tahun ini, mayoritas proses imigrasi untuk jemaah haji yang dulunya dilakukan di Bandara Arab Saudi akan dilakukan di embarkasi di Tanah Air. Upaya memindahkan proses imigrasi dari Arab Saudi itu sudah dirintis sejak tiga tahun lalu. Menurut Lukman, terjadi masalah tiap kali jemaah haji tiba di bandara Madinah atau Jeddah. Pemindaian 10 sidik jari, biometerik (mata), dan wajah, memakan waktu sampai empat jam sehingga bisa melelahkan jemaah.
"Anda bisa bayangkan, saat jemaah tiba di negeri orang, mereka diharuskan mengikuti proses imigrasi. Terhadap 450 orang dalam satu kloter, proses itu bisa mencapai tiga-empat jam. Dengan kondisi usia jemaah yang sudah banyak sepuh, itu bisa menguras stamina mereka,” kata Lukman.
Dengan kondisi usia jemaah yang sudah banyak sepuh, itu bisa menguras stamina mereka.
Atas lobi yang intens dengan Kerajaan Arab Saudi, pihak Imigrasi negara itu akhirnya memindahkan sebagian besar proses imigrasi itu ke embarkasi. Tentu saja, menurut Lukman, Kemenag menjamin embarkasi dan bus yang mengangkut jemaah bandara keberangkatan steril sesuai standar keimigrasian.”Di situlah komprominya. Yang dilakukan di bandara Jeddah ataupun di Medinah hanya verifikasi dengan satu sidik jari saja,” kata Lukman.
Kemenag juga meningkatkan layanan katering bagi jemaah, salah satunya layanan katering. Tahun ini jemaah akan menerima layanan katering sebanyak 75 kali selama di Arab Saudi. Jumlah ini lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 60 kali. Rinciannya, 40 kali makan di Mekkah, sekali di bandara, 18 kali di Madinah, dan 16 kali saat fase puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina.
Direktur Bina Haji Kemenag Khoirizi Dasir menyatakan,proses dokumen haji terus dikebut, disertai penyiapan kompetensi bagi petugas haji. Salah satunya, pembekalan khusus bagi petugas Media Center Haji (MCH). Tim itu merupakan bagian dari sekitar 800 petugas haji secara keseluruhan. Tim MCH diharapkan menggali, mengolah, dan menyampaikan informasi yang obyektif, komprehensif, dan konstruktif seputar penyelenggaraan ibadah haji untuk masyarakat dan pemerintah.