Indonesia Bakal Pimpin Sekretariat Inisiatif Terumbu Karang Internasional
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia bersama Monako dan Australia bakal memimpin Sekretariat Inisiatif Terumbu Karang Internasional (International Coral Reef Initiative/ICRI) menggantikan Perancis. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bakal langsung menghadiri acara serah terima Sekretariat ICRI yang akan dilakukan di Paris, Perancis, Rabu (4/7/2018). Kehadiran Menteri Susi merupakan bentuk konfirmasi Pemerintah Indonesia atas hasil Sidang Umum Ke-32 ICRI di Nairobi, Kenya, pada 7-9 Desember 2017.
Sidang Umum Ke-32 ICRI menyepakati Monako dan Australia sebagai Ketua Bersama Sekretariat ICRI berikutnya dan penambahan negara lain sebagai aliansi Ketua Bersama Sekretariat ICRI. Monako dan Australia telah melakukan pendekatan dan mengharapkan Indonesia untuk bergabung dalam menjalankan Sekretariat ICRI.
Dalam siaran pers yang disampaikan pada Selasa (3/7/2018) disebutkan, kehadiran Susi dalam kegiatan tersebut sebagai bentuk komitmen Indonesia sebagai ketua bersama ICRI. Menurut Susi, persoalan terumbu karang memang telah menjadi salah satu perhatian Indonesia sebab Indonesia memiliki luasan dan ragam jenis terumbu karang yang sangat berpengaruh secara regional dan global.
Peluang kepemimpinan Indonesia di skala regional melalui Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) bersama lima negara lain, yaitu Malaysia, Papua Niugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste, dapat dikembangkan ke skala global melalui keikutsertaan Indonesia dalam sekretariat ICRI.
”Dengan demikian, kita berharap Indonesia dapat memasukkan program-program dalam konteks implementasi UNEA Resolution on Coral Reef Management dengan lebih mudah karena Indonesia menjadi inisiatornya,” ujar Susi.
Ia menilai, kesempatan ini juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong adanya konvensi khusus terumbu karang.
”Ini merupakan bentuk diplomasi Indonesia dalam kemaritiman dan kelautan dan sesuai dengan Nawacita Pak Presiden untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam dunia bahari. Kita dapat memanfaatkan banyak peluang di ICRI untuk kepentingan negara,” ujarnya.
Kepemimpinan Bersama Indonesia dalam ICRI ini sangat penting sebab sejak awal pembentukannya pada 1994, ICRI telah memberi warna dalam proses pengambilan keputusan, resolusi, kebijakan global, dan berbagai panduan serta kesepakatan dalam pengelolaan dan pelestarian terumbu karang.
Pelaksana Tugas Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, Indonesia akan terlibat dalam Keketuaan Bersama ICRI pada periode 2018-2020. ”Dengan demikian, besarnya potensi terumbu karang Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi yang bernilai tinggi. Oleh karena itu, kondisi ekosistem terumbu karang kita harus benar-benar dijaga.”
ICRI merupakan kemitraan global informal negara-negara dan organisasi-organisasi yang peduli dan bergerak untuk melestarikan terumbu karang dan ekosistem terkait di seluruh dunia. ICRI didirikan oleh delapan negara, yaitu Australia, Perancis, Jepang, Jamaika, Filipina, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Keputusan ICRI tidak mengikat bagi anggota (decisions not binding on members). Meskipun tidak mengikat, berbagai hasil dan aksi ICRI memainkan peranan penting dalam berbagai keputusan tingkat global tentang pentingnya terumbu karang, lingkungan berkelanjutan, ketahanan pangan, dan budaya.
Saat ini, ICRI memiliki anggota yang terdiri dari 38 negara termasuk Indonesia, 7 organisasi internasional dan multilateral, 6 organisasi regional, dan 21 entitas keilmiahan dan lembaga swadaya masyarakat. (*)