Dunia mengenal kiper legendaris Lev Ivanovich Yashin. Tak diragukan bahwa lelaki berjuluk ”Laba-laba Hitam” itu adalah penjaga gawang terbaik dunia kurun 1954-1967 bersama Uni Soviet. Postur tinggi, atletis, berani, dan penyelamatan refleks akrobatik menjadi ciri khas satu-satunya kiper peraih Ballon d’Or itu.
Kehebatan Sang Laba-laba Hitam itu seakan menitis dalam diri Igor Vladimirovich Akinfeev. Lelaki berusia 32 tahun ini adalah kiper sekaligus kapten klub CSKA Moskwa dan tim nasional Rusia. Minggu (1/7/2018) jelang tengah malam WIB di Stadion Luzhniki, Moskwa, Rusia, Akinfeev menjadi pahlawan dengan menyingkirkan Spanyol dalam drama adu penalti di perdelapan final Piala Dunia 2018.
Dalam laga di hadapan 80.000 penonton itu, Rusia mampu mengimbangi permainan sang juara Piala Dunia 2010. Sampai dengan babak tambahan waktu 2 x 15 menit berakhir, skor 1-1 bertahan sehingga hasil pertandingan harus ditentukan dengan adu penalti. Sampai sebelum tos-tosan, Akinfeev melakukan delapan penyelamatan gawang dari gempuran-gempuran skuad ”Matador”.
Dalam adu penalti, Akinfeev menggagalkan eksekusi Koke, penendang ketiga Spanyol. Pada tendangan terakhir yang menentukan, bola yang ditendang Iago Aspas mengenai ujung kaki kiri Akinfeev sehingga memantul keluar. Rusia pun menang 4-3 atas Spanyol. Menggagalkan dua tendangan penalti itu membuat Akinfeev didaulat sebagai pemain terbaik laga versi fans di laman FIFA.
”Bintang laga bukan saya, melainkan tim dan pendukung,” kata Akinfeev merendah seusai menerima penghargaan bintang laga itu.
Pelatih Rusia Stanislav Cherchesov menyatakan, tidak salah memercayakan penjagaan benteng skuad berjuluk ”Sbornaya” itu kepada Akinfeev. ”Dia kiper luar biasa dan lebih hebat daripada ketika saya bermain,” kata kiper Uni Soviet dan Rusia (1990-2000) itu.
Akinfeev adalah contoh langka pemain yang berkembang dan mengabdi hanya kepada satu klub, yakni CSKA Moskwa. Dia lahir di Vidnoye, dekat Moskwa, 8 April 1986. Ketika berusia empat tahun, Akinfeev dikirim untuk bermain sepak bola di sekolah olahraga CSKA. Cuma dalam dua pertandingan, Akinfeev jatuh cinta dan memutuskan diri menjadi kiper. Bersama tim junior CSKA, Akinfeev memenangi Kejuaraan Junior Rusia 2002.
Namanya mengguncang jagat ”Negeri Beruang Merah” ketika menjalani debut profesional untuk CSKA dalam usia 16 tahun. Dalam laga kontra FC Krylia Sovetov Samara itu, Akinfeev menggagalkan satu tendangan penalti dan membuat timnya menang 2-0. Akinfeev segera menjadi kiper utama setahun kemudian atau pada 2003 sekaligus turut membuat CSKA memenangi Liga Rusia.
Kebintangan Akinfeev kian terang bersama CSKA saat memenangi treble (tiga gelar dalam semusim), yakni Liga Rusia, Piala Rusia, dan Piala UEFA atau Liga Europa, pada 2005. Setahun kemudian, Akinfeev diberi anugerah Zvezda sebagai pemain sepak bola terbaik dari Uni Soviet.
Pada usia 18 tahun, Akinfeev menembus timnas Rusia. Dia telah menjaga ”benteng kehormatan” timnas sejak 2004 dalam 110 laga. Akinfeev berada di urutan ketiga penampil terbanyak untuk timnas Rusia. Urutan pertama adalah bek tengah veteran Sergei Nikolayevich Ignashevich (126 laga dan 8 gol) untuk ”Sbornaya”.
Untuk CSKA, sejak 2003, Akinfeev telah bermain dalam 397 laga sehingga menempatkan dirinya sebagai pengabdi terbanyak sekaligus terlama bagi klub yang dahulu merupakan seksi olahraga militer era Uni Soviet itu.
Di negerinya, Akinfeev memimpin rekan-rekannya menjaga kehormatan timnas dalam Piala Dunia 2018. Rusia bergabung di Grup A bersama Uruguay, Mesir, dan Arab Saudi. Meski sebagai tuan rumah, Rusia dipandang sebelah mata karena berperingkat ke-70 FIFA atau yang terbawah di antara 32 peserta turnamen sepak bola terakbar ini.
Dalam laga pembuka, Rusia melumat Arab Saudi 5-0. Kala itu Akinfeev tak bekerja keras untuk satu pun penyelamatan. Berikutnya, Rusia menang 3-1 atas Mesir dan Akinfeev belum menunjukkan kelasnya.
Di laga ketiga, Rusia dihancurkan Uruguay 0-3 dan Akinfeev membuat empat penyelamatan gemilang sehingga timnya tidak kian dipermalukan. Saat menghadapi Spanyol, delapan penyelamatan dilakukan Akinfeev untuk membuat ”La Furia Roja” tertekan dan tersingkir. (AFP/REUTERS)