JAKARTA, KOMPAS — Terapi paliatif melalui tindakan endoskopi terapeutik dinilai efektif menghilangkan gejala progresivitas kanker stadium lanjut. Tindakan medis ini jadi bagian dari terapi kanker seperti halnya radiasi, kemoterapi, dan pembedahan.
Dadang Makmun menyampaikan hal itu dalam pidatonya pada upacara pengukuhan dirinya menjadi Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Jakarta, Sabtu (30/6/2018). Upacara yang dipimpin Ketua Dewan Guru Besar UI Prof Harkristuti Harkrisnowo itu juga mengukuhkan Sudjatmiko yang merupakan konsultan anak.
Harkristuti menyatakan, tahun ini UI mengukuhkan empat guru besar, termasuk Dadang dan Sudjatmiko. Adapun Guru Besar Tetap UI berjumlah 256 orang.
Dadang mengatakan, kanker gastrointestinal atau saluran cerna merupakan salah satu penyakit keganasan terbanyak di dunia. Kanker saluran cerna ini meliputi kanker esofagus, gastroduodenal, pankreas, dan kolorektal.
Di Asia, jumlah kasus baru kanker saluran cerna pada 2002 mencapai 3,5 juta penderita dan diprediksi naik jadi 8,1 juta jiwa pada 2020. Berdasarkan data RSUPN Cipto Mangunkusumo, kanker kolorektal termasuk kanker dengan keganasan terbanyak. Hampir 70 persen pasien kanker di Indonesia didiagnosis stadium lanjut atau kanker bermetastasis (menyebar).
Kualitas hidup
Untuk meningkatkan mutu hidup pasien kanker stadium lanjut, perawatan paliatif harus dilakukan. Hal itu bertujuan mencegah dan menghilangkan rasa tidak nyaman pada pasien akibat penyakitnya.
Endoskopi saluran cerna tak hanya jadi alat diagnostik, tetapi juga bisa untuk terapeutik pada penyakit keganasan dan bukan keganasan. Sebagai terapi penyakit keganasan gastrointestinal endoskopi saluran cerna berperan sebagai modalitas terapeutik bersifat terapi paliatif dan terapi definitif.
Endoskopi paliatif bersifat terapeutik meliputi fotodinamik, terapi laser, pemasangan self-expandable metal stents (SEMS), pemasangan nasobiliary drainage (NBD) tube untuk akses nutrisi, dan EUS-guided biliary drainage. Adapun endoskopi terapeutik bersifat definitif meliputi endoscopic mucosal resection (EMR), dan endoscopic submucosal dissection (ESD).
”Semua modalitas endoskopi terapeutik itu sudah bisa dilakukan di Pusat Endoskopi Saluran Cerna Divisi Gastroenterohepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI,” kata Dadang.
Semua modalitas endoskopi terapeutik itu sudah bisa dilakukan di Pusat Endoskopi Saluran Cerna Divisi Gastroenterohepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI.
Tumbuh kembang anak
Sementara Sudjatmiko, dalam pidatonya, memaparkan, kesehatan anak Indonesia setiap tahun membaik. Hal itu ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dari 68 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 1991) menjadi 22 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2015). Begitu juga dengan angka kematian anak balita yang turun dari 97 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 1991) menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2015).
Namun, untuk meningkatkan mutu tumbuh kembang anak menjadi generasi penerus bangsa yang unggul masih banyak masalah, yakni pada pemenuhan hak anak sejak masa pembuahan sejak remaja. Hak itu meliputi hak kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan, menyatakan pendapat yang harus dipenuhi dengan prinsip nondiskriminatif untuk kepentingan terbaik anak.
Upaya pemenuhan hak anak itu harus dilakukan secara bersama-sama oleh orang tua, para profesional, perguruan tinggi, istansi pemerintah, dan swasta sesuai dengan porsi dan kompetensinya. Pendekatan pediatri sosial tersebut harus juga bersinergi dengan ilmu pediatri klinis dan berbagai ilmu lainnya.