MOSKWA, SELASA – Sebanyak 20 tendangan penalti sudah diberikan selama 36 laga penyisihan Piala Dunia 2018 di Rusia. Turnamen masih menyisikan pertandingan hingga genap 64 laga, tetapi jumlah hukuman tembakan 12 pas sudah memecahkan rekor dari edisi-edisi sebelumnya.
Penalti ke-19 dan ke-20 di turnamen terakbar sepak bola itu terjadi pada laga ketiga penyisihan Grup B antara Iran dan Portugal, Selasa (26/6/2018) dini hari WIB, di Mordovia Arena, Saransk. Kapten Portugal Cristiano Ronaldo gagal mengeksekusi tendangan 12 pas pada menit ke-53 saat posisi timnya unggul 1-0. Namun, penalti pada menit ke-93 oleh sayap serang Iran Karim Ansarifad berhasil mengubah skor akhir menjadi 1-1.
Adapun jumlah terbanyak penalti yang diberikan selama Piala Dunia ialah 18 tendangan 12 pas. Itu terjadi pada edisi 1990 di Italia, 1998 di Perancis, dan 2002 di Korea Selatan-Jepang. Dengan laga tersisa, jumlah tendangan penalti bisa mencapai dua kali lipat saat ini dan jelas menjadi rekor yang mungkin bisa tumbang saat Piala Dunia 2026 di Kanada-Amerika Serikat-Meksiko dengan jumlah peserta 48 tim. Di Piala Dunia 2014 di Brasil, hanya diberikan 13 penalti sepanjang turnamen.
Penggunaan video assistant referee (VAR) pertama kali di Rusia dituding memberi kontribusi besar terhadap peningkatan jumlah penalti. Di Rusia, sejauh ini, VAR berkontribusi terhadap 10 dari 20 keputusan penalti. Wasit mengubah keputusan menjadi membatalkan atau mengonfirmasi penalti setelah melihat VAR. Dua penalti di laga Iran-Portugal seluruhnya dikonfirmasi dengan VAR.
Tiga jam sebelum dua laga penentuan Grup B, di laga Grup A antara dua tim yang sudah tersingkir yakni Arab Saudi dan Mesir, wasit memberikan dua tendangan penalti. Kedua tendangan 12 pas itu untuk Arab Saudi yang satu di antaranya gagal dikonversi menjadi gol. Di akhir laga, Arab Saudi menang 2-1 atas Mesir.
Saat mengumumkan penggunaan VAR, FIFA menyatakan teknologi ini akan membantu meningkatkan kualitas laga. Dengan VAR, gangguan atau protes terhadap pelanggaran atau suatu gol akan terjawab dan tak terbantahkan. Meski demikian, hal ini tetap menjadi kontroversial.
Gelandang Maroko Noureddine Amrabat yang di laga penentuan Grup B mengantar timnya menahan imbang Spanyol 2-2 termasuk yang kesal. “VAR Itu omong kosong,” ujarnya. Amrabat yang tetap harus menerima timnya tersingkir karena sebelumnya kalah 0-1 dari Iran, dan 0-1 dari Portugal. Di laga kontra Spanyol, Maroko unggul 2-1 sampai dengan menit ke-91. Spanyol menyamakan kedudukan melalui gol Iago Aspas yang pada awalnya dinyatakan offside tetapi disahkan setelah melihat VAR.
Pelatih Iran Carlos Queiroz menilai, VAR sejauh ini hanya mengonfirmasi pelanggaran atau gol di area kotak penalti. Namun, pelanggaran dalam permainan belum disentuh. Ia menyesalkan pelanggaran oleh Ronaldo yang ‘menyikut’ pemain Iran tetapi hanya kena kartu kuning. “Penyikutan seharusnya kena kartu merah sesuai aturan. Namun, aturan itu tidak akan berjalan jika yang melanggar Ronaldo atau (Lionel) Messi (Argentina),” katanya menyindir.
International Football Association Board (IFAB), benteng hukum sepak bola, menegaskan, hanya wasit yang dapat menginisiasi tayangan ulang. Meski salah satu wasit di tim VAR melihat pelanggaran lalu memberi tahu wasit di lapangan, tetaplah wasit pertandingan yang berhak menentukan akan meninjau atau tidak. Sistem VAR jelas tak sempurna dan penundaan selama peninjauan bisa menimbulkan rasa frustrasi atau pelanggaran yang dilihat ulang menjadi lebih buruk daripada kenyataan.
FIFA berjanji akan memberikan penjelasan memadai tentang VAR seusai babak penyisihan grup. Saat itu, Kepala Komite Wasit Pierluigi Collina dan Pemimpin Proyek VAR Roberto Rosetti akan muncul. “Ini memungkinkan kami untuk menyajikan analisis dan statistik rinci yang menggambarkan VAR selama tahap awal,” tulis FIFA. (AFP/REUTERS)