Mematahkan Belenggu Psikologis
  Piala Dunia sering menjadi kisah para pahlawan yang jatuh Dewa-dewa bola gagal membangun harmoni saat menjadi pusat gravitasi tim Di Piala Dunia kolektivitas ada di atas segalanya EKATERINBURG SELASA Sepak bola sering disejajarkan dengan perang Bangsa melawan bangsa dalam
Piala Dunia sering menjadi kisah para pahlawan yang jatuh. Dewa-dewa bola gagal membangun harmoni saat menjadi pusat gravitasi tim. Di Piala Dunia, kolektivitas ada di atas segalanya.
EKATERINBURG, SELASA — Sepak bola sering disejajarkan dengan perang. Bangsa melawan bangsa dalam kesebelasan. Konsekuensinya identik, kalah bisa berujung kematian mimpi. Inilah yang kini dihadapi Jerman, Meksiko, Swedia, dan Korea Selatan pada laga terakhir Grup F Piala Dunia Rusia 2018. Setiap tim dalam tekanan besar dengan dilematika yang sebagian telah mengerak, seperti Meksiko.
Skuad ”El Tri” telah distigma sebagai tim gagal. Sebagian menyebut Meksiko ”el equipo del ya merito” alias tim spesialis nyaris. Mereka memiliki akar sepak bola yang kuat, bermain dengan spirit tinggi, tetapi selalu terjungkal pada laga-laga krusial. Momok besar yang belum bisa mereka kalahkan adalah belenggu quinto partido, laga kelima, alias perempat final yang terakhir mereka capai saat menjadi tuan rumah tahun 1986.


