TRIPOLI, SENIN Sebanyak 948 orang yang akan menyeberang ke Eropa berhasil diselamatkan penjaga pantai Libya. Perahu karet mereka berhasil dibawa kembali setelah mengalami kesulitan di tengah Laut Tengah, Senin (25/6/2018).
Juru bicara angkatan laut Libya, Ayoub Qassem, mengatakan, pihaknya menemukan perahu dalam tiga gelombang berbeda. ”Para penjaga pantai menangkap migran ilegal dalam kelompok yang berbeda. Kelompok pertama sebanyak 97 orang di satu perahu karet dan kelompok kedua sebanyak 361 migran dengan dua perahu karet,” kata Qassem. Pada malam hari, aparat Libya kembali menolong 490 migran.
Dengan penyelamatan ini, sejak pekan lalu angkatan laut Libya sudah menyelamatkan sekitar 2.000 migran. Arus migran yang berangkat dari Libya belakangan kembali mengalir.
Situasi itu memicu beragam reaksi dari negara-negara Uni Eropa (UE) dengan dua kutub yang berlawanan.
Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Salvini menyampaikan penghargaan kepada Pemerintah Libya. Salvini, Senin, berangkat ke Libya untuk membicarakan krisis migran dengan pemerintah setempat.
”Biarkan otoritas Libya melakukan tugas penyelamatan, memulihkan, dan mengembalikan (migran) ke negara mereka karena mereka sudah melakukannya sekian lama tanpa kapal-kapal organisasi nirlaba yang serakah mengganggu mereka atau menimbulkan masalah,” kata Salvini.
Dalam beberapa peristiwa terakhir, sejumlah kapal migran dibantu kapal-kapal penolong saat terapung-apung di laut. Dilema terjadi karena pemerintah negara Eropa terdekat menolak membuka pelabuhan. Kejadian paling hangat terjadi saat Italia dan Malta menolak kedatangan migran yang perahunya bermasalah di laut. Kedua negara berdebat sengit tentang siapa yang seharusnya wajib menolong berdasarkan hukum yang berlaku di UE.
Pantai-pantai di Libya diketahui menjadi tempat pemberangkatan ribuan migran dari sejumlah negara di Afrika.
Pertemuan darurat
Menyikapi perkembangan terbaru, 16 kepala pemerintahan negara anggota UE, Minggu, mengadakan pertemuan darurat di Brussels, Belgia. Mereka membahas siapa yang harus mengambil alih migran dan pengungsi di Italia dan negara-negara UE lain. Pertemuan puncak yang akan diikuti 28 negara UE menurut rencana akan diadakan hari Kamis dan Jumat mendatang.
Sebelum pertemuan, Presiden Perancis Emmanuel Macron—sebelumnya bertemu dengan PM Spanyol Pedro Sanchez, Minggu—mengusulkan sanksi bagi anggota UE yang tak bersedia menerima migran, padahal mereka menikmati keuntungan dari kerja sama UE. Usulan ini mendapat reaksi Pemerintah Italia, yang menganggap Macron tidak melihat kenyataan, khususnya problem yang dialami Italia.
Kepala Kebijakan UE Federica Mogherini mendesak negara anggota UE mengucurkan dana lebih besar untuk Afrika. Dalam pernyataannya, Senin, Mogherini mengatakan, dana yang pernah diberikan terbukti bermanfaat.
Dalam pertemuan puncak mendatang, rencana pemeriksaan migran di negara-negara di luar Eropa akan menjadi agenda. Algeria, Mesir, Libya, Maroko, Niger, dan Tunisia disebut-sebut sebagai negara pusat pemeriksaan pencari suaka.