Iago Aspas (30) seperti memiliki mata di belakang kepalanya. Penyerang Spanyol itu menerima umpan dari bek Dani Carvajal di dalam kotak penalti Maroko yang dijaga kiper Monir El Kajoui. Dalam posisi membelakangi gawang, Aspas mampu mencetak gol melalui sontekan tumitnya.
Gol memukau itu terjadi pada laga terakhir Grup B Piala Dunia 2018 antara Spanyol dan Maroko di Stadion Kaliningrad, Kaliningrad, Rusia, Selasa (26/6/2018) dini hari WIB. Pertandingan itu diselenggarakan bersamaan dengan laga Portugal melawan Iran di Mordovia Arena, Saransk.
Gol Aspas pada menit ke-91 itu membuat Spanyol mengimbangi kedudukan dengan Maroko menjadi 2-2. Selain menyelamatkan muka tim juara dunia 2010 itu dari kekalahan, hasil tersebut sekaligus membuat Spanyol bertengger di puncak Grup B. Adapun Portugal, yang pada saat bersamaan juga bermain seri 1-1 dengan Iran, menduduki posisi runner-up.
Spanyol pun melangkah ke perdelapan final untuk berhadapan dengan runner-up Grup A, yakni Rusia, pada 1 Juli. Meski berstatus tuan rumah, Rusia relatif menjadi lawan yang lebih ”ringan” ketimbang sang juara Grup A, Uruguay. Setidaknya, hal itu terbukti pada laga terakhir Grup A beberapa jam sebelumnya saat Uruguay membantai Rusia tiga gol tanpa balas.
Andaikan tidak ada gol yang dicetak Aspas dan skor tak berubah, yakni 1-2 untuk kekalahan Spanyol, Portugal akan menjadi juara grup. Spanyol pun harus berhadapan dengan tim kuat Uruguay di 16 besar.
Pelatih Fernando Hierro mengambil keputusan tepat menurunkan Aspas pada laga tersebut. Pemain Celta Vigo itu, bersama gelandang Marco Asensio, masuk menggantikan gelandang Thiago dan pemain depan Diego Costa pada menit ke-74. Aspas pun tak menyia-nyiakan kepercayaan yang disematkan kepadanya.
Gol itu pun tergolong dramatis karena terjadi pada waktu tambahan. Selain itu, gol juga sempat dianulir hakim garis yang mengangkat bendera offside. Wasit asal Uzbekistan, Irmatov Ravshan, pun harus mengecek rekaman video assistant referee (VAR) sebelum akhirnya mengesahkan gol itu.
Berkat gol Aspas pula, Spanyol bisa mempertahankan laga tanpa kekalahan yang sudah mencapai 23 pertandingan. Sejauh ini, catatan tersebut merupakan pencapaian tim yang paling baik di dunia.
Kepiawaian Aspas diasah di La Liga Spanyol dengan menjadi pencetak gol terbanyak pada musim ini. Aspas adalah striker serba bisa yang cekatan saat menyerang, bertahan, atau bermain di sisi lapangan.
Keistimewaan Aspas adalah ia tak pernah letih berlari dan unggul ketika menggunakan kaki kirinya. Aspas selalu berupaya terlibat dalam setiap serangan. Tak heran, Aspas juga kerap berperan sebagai gelandang untuk melancarkan serangan ke gawang musuh.
Aspas sangat licin untuk dicegat pemain lawan. Tanpa pernah kehilangan semangat bersaing, Aspas senantiasa mengangkat semangat tim jika perannya dibutuhkan. Aspas juga berbahaya jika diberi kesempatan mengeksekusi tendangan bebas.
Penggemar sepak bola sejati yang tak pernah berhenti belajar itu menonton 10 hingga 15 pertandingan setiap akhir pekan. ”Saya bisa menonton pertandingan yang ditayangkan televisi atau menyaksikan langsung di pinggir lapangan,” ujarnya. (AFP/fifa.com)