Pemimpin Taliban, Fazlullah, Tewas oleh ”Drone” AS
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
PESHAWAR, MINGGU Taliban Pakistan hari Sabtu (23/6/2018) mengumumkan telah menunjuk seorang pemimpin baru. Kelompok itu mengonfirmasi bahwa mantan pemimpin Taliban, Maulana Fazlullah, tewas pekan lalu dalam serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat.
Fazlullah diyakini telah memerintahkan pembunuhan pelajar bernama Malala Yousafzai pada 2012, tetapi gagal. Malala kemudian menjadi simbol global perjuangan hak anak perempuan untuk bersekolah, yang kemudian mengantarnya meraih Hadiah Nobel Perdamaian.
Kelompok Fazlullah, Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), juga berada di belakang pembunuhan lebih dari 150 orang, termasuk lebih dari 100 murid di sekolah Peshawar pada Desember 2014.
Pasukan AS menargetkan Fazlullah dalam serangan kontra-terorisme pada 14 Juni lalu di Provinsi Kunar di wilayah timur Afghanistan, tak jauh dari perbatasan Pakistan.
Para pejabat AS belum mengatakan apakah serangan itu berhasil. Namun, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kemudian mengonfirmasi serangan itu kepada pemimpin dan panglima militer Pakistan melalui telepon.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke AFP pada Sabtu pekan lalu, juru bicara TTP, Mohammad Khurasani, menegaskan, Fazlullah tewas dalam serangan pesawat tanpa awak
(drone) AS. Dua pemimpin Taliban Pakistan sebelum Fazlullah juga tewas dalam serangan pesawat tanpa awak.
Dewan Syura kelompok TTP itu kemudian memilih Mufti Noor Wali Mehsud untuk menggantikan Fazlullah dan menunjuk Mufti Mazahim sebagai wakil. Mufti Mazahim juga dikenal sebagai Mufti Hafza Ullah.
Pakistan telah lama dituduh mendukung Taliban Afghanistan dan menyediakan tempat aman bagi para pemimpin Taliban. Namun, tuduhan Pemerintah Afghanistan itu ditolak Pakistan. Sebaliknya Pakistan justru menuduh Afghanistan telah melindungi Taliban Pakistan.
Perkembangan positif
Tentara Pakistan menyebut kematian Fazlullah sebagai ”perkembangan positif”.
Pemimpin militan itu bersembunyi di Afghanistan pada tahun 2009. Kematiannya membuat sejumlah keluarga Pakistan yang menjadi korban teror TTP, termasuk pembunuhan di sekolah Peshawar, Desember 2014, bernapas lega.
Mehsud yang berusia 40 tahun itu adalah seorang ulama atau mufti Islam yang dihormati serta seorang pejuang. Ia berasal dari suku Mehsud di Distrik Waziristan Selatan. Dia adalah kepala hakim Taliban di Pakistan dan tahun lalu menulis sebuah buku yang merinci rencana pembunuhan mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto pada Desember 2007.
Mehsud berasal dari Sararogha, markas Taliban tempat militer Pakistan telah melakukan banyak pertempuran sengit melawan anggota dari kelompok itu dalam beberapa tahun terakhir. ”Dengan penunjukan Mufti Noor Wali Mehsud, pimpinan TTP telah kembali ke suku Mehsud di basisnya, Waziristan Selatan, sementara Fazlullah berasal dari Swat,” kata Rahimullah Yusufzai, jurnalis dan pakar Taliban.
Menurut Yusufzai, kepemimpinan Mehsud dapat membawa faksi-faksi yang memisahkan diri dari TTP setelah Fazlullah melarikan diri ke Afghanistan pada tahun 2009 bersatu kembali.
Mehsud dilaporkan telah belajar di beberapa sekolah di kota-kota di Pakistan, seperti di Faisalabad, Gujranwala, dan Karachi. Ia juga dikenal sebagai Abu Mansoor Asim. Dia pun berperang melawan Aliansi Utara di Afghanistan pada 1990 bersama dengan pejuang mujahidin Afghanistan.
Mehsud juga menjabat sebagai wakil pendiri TTP Baitullah Mehsud, yang tewas dalam serangan udara AS pada 2009 di Waziristan Selatan. Mehsud mengatakan dalam bukunya bahwa ketika AS menyerang Afghanistan setelah 9/11, ia segera ke Kabul untuk bertempur, tetapi kemudian sedih melihat Taliban jatuh. (AFP/REUTERS)