Ketika Fasilitas Publik Menjadi Tempat Penginapan
Maman (37) memijat istrinya, Kuntowati (33), yang tampak kelelahan setelah balik dari kampung halamannya di Kutoarjo, Jawa Tengah. Bersama dengan putrinya, Desi (10), mereka harus menginap di halaman Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Mereka menggunakan kereta Kuto Jaya Utara dan sampai di Stasiun Pasar Senen pada Kamis (21/6/2018) pukul 01.10. Maman berniat menunggu kereta rel listrik (KRL) yang akan mengantar ke tempat tinggalnya di Parung Panjang, Kabupaten Tangerang.
”Mau naik ojek daring, tetapi biayanya mahal jadi saya menginap di sini saja,” kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno tersebut.
Mau naik ojek daring, tetapi biayanya mahal jadi saya menginap di sini saja.
Bagi Maman, Lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu agar dapat bertemu dengan keluarga di kampung halamannya. Ia rela pulang pada hari terakhir liburan agar waktu bersama keluarga lebih lama. Padahal, pada siang hari, ia sudah harus kembali bekerja.
Selain Maman, puluhan penumpang lain terlihat tidur di halaman Stasiun Pasar Senen. Mereka hanya memakai alas koran dan kardus. Keringat dan rasa lelah terlihat di wajah mereka. Mereka juga harus melawan serangan nyamuk dan udara dingin yang mengganggu istirahat mereka.
Pada pukul 02.50, penumpang kereta api Gumarang yang datang dari Surabaya keluar dari pintu kedatangan. Mereka diserbu sejumlah sopir taksi, ojek konvensional dan daring, serta portir. Akibatnya, mereka berdesak-desakan sehingga ada yang menginjak penumpang yang tertidur di lantai.
Salah satu penumpang yang tidur di lantai halaman Stasiun Pasar Senen, Tarono (39), pun terbangun mendengar keramaian tersebut. Matanya masih terasa berat dan wajahnya pun berkerut karena tidur menggunakan tas yang berisi pakaiannya.
Tarono berniat akan mudik ke Cepu, Jawa Tengah. Ia akan menemui istri dan kedua anaknya yang sudah berangkat terlebih dahulu ke Cepu pada Lebaran lalu. ”Kemarin saya belum dapat libur, jadi baru berangkat sekarang,” ujar lelaki asal Pemalang, JawaTengah, yang sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu perusahaan swasta di Tangerang tersebut.
Ia menceritakan, sejak Rabu (20/6/2018) pukul 23.00, telah menunggu di halaman Stasiun Pasar Senen. Padahal, kereta yang akan ditumpangi Tarono baru akan datang pukul 08.45. Petugas Stasiun Pasar Senen melarang penumpang menunggu di peron. Ruang tunggu hanya digunakan penumpang yang berangkat kurang dari 1 jam.
Singgah
Situasi berbeda terlihat di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Mereka dapat beristirahat di kursi yang nyaman sehingga tidak mengganggu penumpang lain. Beberapa di antara mereka sengaja menginap karena menunggu bus yang akan mengantar ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
Beberapa di antara mereka sengaja menginap karena menunggu bus yang akan mengantar ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
Salah satu penumpang, Gani (40), hendak melanjutkan perjalanan ke Medan, Sumatera Utara. Ia sampai di Stasiun Gambir pukul 21.00 setelah balik dari Cirebon, Jawa Barat.
Ia merasa aman dan nyaman menunggu di Stasiun Gambir. ”Daripada harus mencari penginapan, lebih baik saya menginap di sini agar tidak tertinggal bus menuju bandar udara,” kata lelaki yang bekerja sebagai karyawan swasta tersebut.
Hal serupa dikatakan Diki (31), salah satu penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan menuju Ketapang, Kalimantan Barat. Sebelumnya, ia naik kereta dari Surakarta, Jawa Tengah. Ia menyatakan, menginap di Stasiun Gambir menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi biaya pengeluaran selama mudik Lebaran.
”Di sini tempatnya nyaman karena toiletnya bersih, harga makanannya terjangkau, dan dapat jalan-jalan ke Monas,” kata karyawan salah satu perusahaan kelapa sawit di Ketapang tersebut.
Belasan penumpang juga terlihat menginap di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, pada Jumat (22/6/2018) dini hari. Mereka tidur terlelap di bangku peron dengan memanfaatkan tas sebagai bantal. Namun, ada juga yang masih terjaga karena mengawasi barang bawaannya.
Salah satu penumpang, Karsim (44), mengaku terpaksa menginap di Terminal Kampung Rambutan karena ketinggalan bus menuju Purwakarta, Jawa Barat. Sebelumnya, ia menempuh perjalanan dari Lampung.
Ia duduk memangku anaknya, Wisnu (14), yang tidur terlelap, sedangkan istrinya tidur di bangku seberang. ”Saya harus menjaga barang bawaan dan uang yang ada di tas,” kata pegawai tata usaha di salah satu sekolah negeri di Purwakarta tersebut.
Karsim (44) mengaku terpaksa menginap di Terminal Kampung Rambutan karena ketinggalan bus menuju Purwakarta, Jawa Barat.
Karsim sempat ingin mencari penginapan. Namun, ia mengurungkan niatnya karena melihat petugas polisi yang berjaga 24 jam. Ia juga melihat banyak penumpang lain yang menginap di peron sehingga Karsim merasa aman.
Pelayanan publik
Pada minggu lalu, Ombudsman menginspeksi secara mendadak beberapa lokasi pelayanan publik di Jakarta. Mereka menyoroti Stasiun Pasar Senen yang belum tertata dengan baik, khususnya ruang tunggu penumpang.
Menurut anggota Ombudsman, Ninik Rahayu, ruang tunggu yang nyaman dan aman sangat dibutuhkan penumpang. Hal tersebut akan memengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
Penumpang harus dilayani dengan sebaik-baiknya karena mereka rela membayar dan percaya pada pelayanan kereta api Indonesia.
”Penumpang harus dilayani dengan sebaik-baiknya karena mereka rela membayar dan percaya pada pelayanan kereta api Indonesia,” kata Ninik.
Ia mengapresiasi kinerja dari pengelola Terminal Kampung Rambutan. Ruang tunggu di Terminal Kampung Rambutan cukup nyaman dan luas. Tempat duduknya pun banyak sehingga dapat meminimalkan penumpang duduk di lantai.
Pelayanan transportasi umum tidak hanya menyangkut masalah kendaraan. Pengelola juga perlu memperhatikan aspek pendukung lainnya, seperti ruang tunggu, toilet, keamanan, fasilitas kesehatan, dan kenyamanan penumpang.