"Matador" Kewalahan Jinakkan "Singa Persia"
KAZAN, KAMIS - Iran bermain dengan gagah berani meski kalah 0-1 melawan Spanyol di laga kedua penyisihan Grup B Piala Dunia 2018 di Kazan Arena, Kazan, Rusia, Kamis (21/6/2018) dini hari WIB. Hasil ini membuat persaingan di Grup B masih ketat.
Gol kemenangan skuad "Matador" Spanyol dicetak oleh penyerang Diego Costa pada menit ke-54. Iran nyaris menyamakan skor dengan gol gelandang Saeid Ezatolehi pada menit ke-62, tetapi dianulir wasit karena offside.
Para punggawa “Singa Persia”, julukan Iran, yang sempat merayakan gol itu kemudian tertunduk karena harapan menyamakan skor dibatalkan oleh wasit Andres Cunha (Uruguay). Namun, itu menunjukkan bahwa para pemain Iran mampu memberi Spanyol, juara dunia 2010 dan tiga kali juara Eropa, masalah besar.
Gol teramung kontra Iran merupakan catatan ketiga Costa (Atletico Madrid) di Piala Dunia 2018. Dua gol sebelumnya disarangkan saat melawan Portugal. Tiga gol Costa menyamai capaian gelandang Rusia Denis Cheryshev. Namun, mereka masih selisih satu gol di bawah pencetak gol terbanyak sementara Piala Dunia 2018, yakni penyerang Portugal Cristiano Ronaldo, dengan empat gol.
Itulah gol ke-10 Costa berseragam Spanyol. Namun, capaiannya masih di bawah gelandang David Silva (35 gol), gelandang Andres Iniesta (13 gol), dan bek sekaligus kapten Sergio Ramos (13 gol). Masih ada laga ketiga kontra Maroko bagi Costa untuk menambah pundi-pundi golnya.
Pelatih Spanyol Fernando Hierro, yang baru sepekan menangani tim karena pemecatan mendadak Julen Lopetegui, diharapkan mampu menjungkalkan Iran dengan surplus minimal dua gol. Di laga perdana, Spanyol bermain 3-3 dengan Portugal sementara Iran menang 1-0 atas Maroko.
Pada laga kedua, Portugal menang 1-0 atas Maroko lewat gol teramung penyerang Cristiano Ronaldo. Dengan hasil yang sama di laga kedua antara Portugal dan Spanyol, kedua tim bersaudara di Semenanjung Iberia itu memimpin klasemen sementara Grup B dengan poin 4.
Kedua tim punya produktivitas sama, yakni memasukkan empat gol dan kemasukan tiga gol. Sementara Iran mengumpulkan 3 poin di posisi ketiga dengan produktivitas memasukkan satu gol dan kemasukan satu gol. Maroko paling buncit tanpa poin dengan kemasukan dua gol dan belum ada gol yang bersarang di tim lawan di Grup B.
Peluang Iran yang dilatih Carlos Queiroz (Portugal) ke babak 16 besar masih terbuka dengan syarat menang atas Portugal di laga ketiga. Jika seri dengan negeri pelatihnya, Iran harus berharap keajaiban Maroko mengatasi Spanyol dengan kemenangan minimal dua gol jika ingin lolos ke perdelapan final.
Di laga itu, Hierro dan Queiroz beradu strategi dengan formasi yang sama, yakni 4-2-3-1. Kedua tim bertarung sengit. Pertahanan Singa Persia cukup kokoh yang tak bisa dipermainkan para matador Spanyol.
Spanyol memang lebih agresif dengan gempuran 17 tembakan. Sementara Iran, meski lebih bertahan, tetapi serangan balik mereka mampu menghasilkan 5 peluang. Pemain Iran sedikit lebih banyak berlari, terutama ketika mereka telah tertinggal satu gol.
Sayang, keberuntungan seperti yang didapat dari laga kontra Maroko tak datang lagi. Tiada gol bunuh diri, yang pada partai pertama itu memenangkan Iran, untuk setidaknya memaksakan hasil seri kontra Spanyol. Gol penyeimbang skor juga dianulir wasit setelah mendapat kepastian lewat video assistant referee (VAR).
Namun, Iran yang tiga kali juara Asia tetap punya peluang meski harus mendaki jalan terjal dengan mengalahkan Portugal. Partai hidup-mati itu akan digelar pada 26 Juni pukul 01.00 WIB.
Kekalahan, meski dengan skor tipis, menandakan Iran berada di bawah Spanyol. Kualitas Costa sebagai penyerang lebih tajam daripada striker Iran, Sardar Azmoun. Pendukung Costa, terutama Andres Iniesta dan David Silva, lebih matang dan berpengalaman dalam laga-laga besar dibandingkan sayap serang Iran, Karim Ansarifad dan Vahid Amiri.
Situs FIFA mencatat, kekalahan itu membuat Iran masih gagal mengatasi tim-tim Eropa dalam tujuh laga pertarungan. Sebaliknya, bagi Spanyol, itulah kemenangan ke-400 tim yang juga berjuluk "La Furia Roja" itu.
Bahkan, dalam 22 laga terakhir mereka tak pernah kalah, yakni 15 kali menang dan 7 seri. Catatan itu menjadi rekor terpanjang sementara tim nasional yang tidak kalah di laga internasional.
Seusai laga, Queiroz mengatakan, partai kontra Spanyol itu menunjukkan Iran sebagai tim yang cukup kuat. Timnya bermain dengan determinasi tinggi dan rela menderita jatuh bangun menahan serangan. Itu membuktikan Iran memang siap berkompetisi meski level permainan harus ditingkatkan.
“Saya merasa kami layak mendapatkan hasil yang lebih baik. Tidak diragukan, Spanyol bermain dengan baik dan elegan, tetapi seharusnya kami mendapat lebih dari cara kami bermain,” ujar Queiroz.
Quieroz pun mengucapkan selamat kepada Hierro dan Spanyol. Kekalahan itu akan dipelajari dan menjadi cambuk kesiapan menghadapi Portugal. “Jika anda berpikir ini seperti tenis, kami punya poin penentu hari ini. Kami masih punya lagi saat melawan Portugal nanti. Masih terbuka peluang, kami masih hidup dan terus bermimpi,” ujarnya.
Hierro merespon dengan pernyataan bahwa Iran sungguh-sungguh menyulitkan tim asuhannya. Hierro sempat berpikir Iran bisa dikalahkan dengan lebih banyak gol. Portugal bisa digempur dengan tiga gol, tetapi Spanyol kesulitan untuk menjinakkan "Singa Persia". “Mereka benar-benar tim yang kuat. Kami harus mensyukuri dan segera bersiap sebab langkah kami belum aman,” katanya. (AFP/REUTERS/fifa.com)