SAINT PETERSBURG, RABU - Setelah Uni Soviet bubar, kisah tim nasional sepak bola Rusia, lebih banyak nestapa daripada tawa. Skuad "Sbornaya" lebih sering jatuh dan merusak harapan pendukungnya untuk menyaksikan kejayaan. Bahkan, menjelang Piala Dunia 2018 bergulir, tim asuhan pelatih Stanislav Cherchesov ini diragukan bisa lolos dari fase penyisihan grup.
Keraguan itu beralasan kuat. Rusia, sebagai tuan rumah, merupakan tim dengan peringkat terendah di antara 32 tim peserta, yaitu di posisi ke-70 dunia. Rusia juga tidak pernah lolos dari fase grup Piala Dunia sejak Uni Soviet runtuh pada 1991. Penampilan mereka selama persiapan Piala Dunia juga sangat tidak meyakinkan. Sejak Piala Konfederasi 2017, Rusia menjalani delapan laga uji coba dan hanya menang sekali, dan empat kali kalah.
Namun, keraguan pada kemampuan Sbornaya lolos fase grup Piala Dunia mulai luntur setelah Denis Cheryshev dan kawan-kawan menggilas Arab Saudi 5-0 di laga pertama Grup A. Kemenangan besar itu menggembirakan, tetapi belum terlalu melegakan.
Optimisme publik Rusia baru meledak setelah Sbornaya melibas Mesir 3-1 di laga kedua Grup A. Kemenangan di Stadion Saint Petersburg, Rabu (20/6/2018) dinihari WIB itu, diraih dengan permainan yang jauh lebih bagus dibandingkan saat menggilas Arab Saudi. Artem Dzyuba dan kawan-kawan tampil lebih percaya diri, bertenaga, dan ngotot. Dua kemenangan itu juga menempatkan satu kaki Rusia di babak 16 besar. Ini langkah besar, karena terakhir kali Rusia menembus babak 16 besar adalah di Meksiko1986 pada era Uni Soviet.
Kini, peluang Rusia lolos ke fase gugur kian terbuka lebar. Rusia telah mengumpulkan enam poin dan selisih gol 7. Posisi kedua grup A, yakni Uruguay dengan tiga poin setelah memenangi laga melawan Mesir yang kini menempati peringkat ketiga. Sementara Arab Saudi menempati posisi paling bawah grup. Rusia dipastikan lolos ke babak 16 besar jika Uruguay tidak kalah saat melawan Arab Saudi pada laga kedua mereka, pada Rabu ini pukul 22.00 WIB, di Rostov-on-Don.
"Yang terpenting adalah kami menang. Saya pikir seluruh negeri bahagia, Rusia berpesta. Kami sangat gembira. Terimakasih atas dukungan dari semua orang," ujar striker Artem Dzyuba.
Dzyuba yang memiliki postur tinggi besar merupakan salah satu kunci taktik Rusia mengalahkan mesir. Dia sanggup berduel bola-bola atas dengan bek Mesir dan menembus pertahanan yang ketat.
Mesir pun kedodoran, dan membuat blunder dengan gol bunuh diri pada laga melawan Rusia. Baru 17 pertandingan berlangsung, lima gol bunuh diri sudah terjadi. Korban-korban bunuh diri sebelumnya, yakni Maroko, Iran, Australia, dan Nigeria. Rekor gol bunuh diri terjadi pada Piala Dunia 1998 sebanyak enam kali.
Sejak awal, pertandingan Rusia melawan Mesir berlangsung cepat dengan masing-masing skuad berupaya mendobrak pertahanan lawan. Pada babak pertama, kedua tim menghadapi situasi stagnan. Kedua tim melancarkan serangan, namun belum menciptakan gol.
Pada babak kedua, hujan gol terjadi. Baru dua menit setelah babak itu dimulai, bola bersarang di gawang Mesir. Gelandang Rusia Roman Zobnin mencoba menendang dari luar kotak penalti ke gawang yang dikawal Mohamed Elshenawy namun membentur kaki bek Mesir Ahmed Fathi.
Blokir itu bukan sepenuhnya kesialan bagi Rusia. Justru Rusia mendapatkan "durian runtuh" karena bola memantul dan bersarang di gawang Mesir pada menit ke-47. Spontan, beberapa pemain Rusia berteriak kegirangan. Zobnin dan pemain depan Artem Dzyuba saling menyentuhkan wajahnya sambil berteriak.
Ketidakmujuran belum berhenti membayangi Mesir. Gol kedua Rusia tercipta ketika bek Mario Fernandes mengoper bola kepada gelandang Denis Cheryshev yang lantas menendangnya ke gawang Mesir. Elshenawy yang tak bisa menahan bola hanya bisa terjatuh.
Rusia berpesta gol dengan bola yang bersarang di gawang Mesir untuk ketiga kalinya. Gol itu diawali umpan lambung yang disambut Dzyuba dan dikontrol dengan baik. Dzyuba lantas mengecoh bek Mesir Ali Gabr, lalu menendang bola tanpa bisa ditepis Elshenawy.
Mesir hanya bisa membalas satu gol setelah wasit asal Argentina Caceres Enrique menghadiahi pemain depan Mesir Mohamed Salah dengan tendangan penalti. Rusia diganjar sanksi itu setelah Salah dilanggar Zobnin. Enrique perlu mengecek kemungkinan pelanggaran itu dengan Video Assistant Referee.
Setelah memastikan terjadi pelanggaran, Enrique menunjuk titik penalti. Salah menendang bola ke tengah gawang sementara penjaga gawang Rusia Igor Akinfeev menjatuhkan tubuhnya ke kiri. Salah melakukan selebrasi, namun gol pada menit ke-73 itu tak mengubah posisi Mesir.
Rusia mengandalkan bek Yuri Zhirkov untuk mengawal Salah dengan ketat. Tak heran, pemain andalan Mesir tak bisa berbuat banyak untuk mengobrak-abrik pertahanan Rusia. Selain itu, Rusia mengandalkan Dzyuba untuk menghancurkan kubu belakang Mesir.
Pertandingan yang disaksikan sekitar 64.000 penonton tersebut menandakan Rusia sebagai tim pencetak gol paling subur sejauh ini. Rusia menghasilkan total delapan gol yang cukup mengejutkan untuk tim dengan peringkat paling rendah di antara semua peserta Piala Dunia 2018.
Pelatih tim nasional Rusia Stanislav Cherchesov mengatakan, timmya dan Mesir sama-sama membutuhkan kemenangan. “Pada babak kedua, Mesir semakin gugup. Kami memanfaatkan kegugupan itu dan mencetak beberapa gol. Ke depan, kami mengharapkan lebih banyak kemenangan,” ujarnya.
Pelatih tim nasional Mesir Hector Cuper mengatakan, permainan timnya pada babak pertama sebenarnya cukup baik. “Saya tak sepenuhnya kecewa karena Mesir sudah berusaha sebaik mungkin. Mesir masih harus menghadapi pertandingan selanjutnya,” ucapnya.
Mesir akan bertemu Arab Saudi pada pertandingan terakhir grup A. Laga itu akan diselenggarakan di Volgograd Arena, Volgograd, Rusia pada 25 Juni 2018. Sementara, Rusia akan bertanding melawan Uruguay di Cosmos Arena, Samara, Rusia pada hari yang sama. (AFP/REUTERS/FIFA)