Daya Saing Digital Masih Rendah, Pelatihan Kompetensi Pekerja Belum Masif
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peringkat daya saing digital Indonesia masih rendah. Kendala utama adalah belum masifnya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kompetensi pekerja bidang teknologi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Basuki Yusuf Iskandar, Rabu (20/6/2018), di Jakarta, mengatakan, pelaksanaan pendidikan atau pelatihan kompetensi pekerja bidang teknologi masih sangat terbatas. Situasi tersebut terjadi di lingkup semua instansi, tak terkecuali perusahaan swasta.
Pemerintah melalui Kemkominfo memiliki program literasi digital masyarakat, kompetisi perusahaan rintisan, dan kewirausahaan bidang teknologi. Menurut Basuki, program tersebut telah tercantum dalam peta jalan perdagangan secara elektronik atau e-dagang tahun 2015-2019.
”Saya rasa, permasalahannya bukan pada konsep program, melakukan skala pelaksanaan yang masih terbatas,” ujar Basuki, yang dikonfirmasi mengenai hasil riset Institute of Management Development tentang Peringkat Daya Saing Digital Dunia Tahun 2018.
Hasil riset yang diterbitkan pada Selasa (19/6/2018) itu menyebutkan, peringkat daya saing digital Indonesia pada 2018 berada di posisi ke-62, turun dari posisi ke-59 pada tahun lalu. Penurunan peringkat ini dipengaruhi kurangnya pengembangan pekerja berketerampilan tinggi. Akibatnya, serapan atau integrasi teknologi baru di sektor swasta dan masyarakat rendah. Riset menyasar 63 negara di dunia.
Mengutip berita di laman Puslitbang Sumber Daya Manusia Kemkominfo (November 2017), sekitar 12,5 juta tenaga kerja bidang komunikasi dan informatika perlu disertifikasi. Sementara kemampuan Kemkominfo menyertifikasi hanya 3.000-5.000 orang. Pada 2015, kementerian baru sanggup menyertifikasi 7.500 orang.
Menurut Basuki, pihaknya menargetkan bisa menyertifikasi 6.000 orang pada tahun 2018. Di luar Kemkominfo, dia berharap instansi perusahaan swasta juga ikut berpartisipasi melakukan sertifikasi pekerja, dimulai dari karyawannya sendiri.
Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi Sumarna F Abdurahman, yang dihubungi secara terpisah, menjelaskan, penilaian riset peringkat daya saing digital tersebut didasarkan pada faktor pengetahuan, teknologi, dan kesiapan menghadapi masa depan. Dari ketiganya, faktor paling mendasar adalah pengetahuan yang terdiri dari unsur talenta, pelatihan dan pendidikan, serta konsentrasi ilmiah. Dia menilai, Indonesia masih lemah pada unsur-unsur tersebut.
”Kami bersama pemerintah sebenarnya telah memiliki program percepatan sertifikasi di bidang teknologi informasi. Program ini seharusnya dimaksimalkan,” ujarnya.