VOLGOGRAD, SELASA – Keberanian dan kecepatan pemain muda membuat Inggris cepat panas di Piala Dunia 2018. Auman skuad "Tiga Singa" merontokkan pasukan "Elang Kartago" dengan skor 2-1 pada laga Grup G di Volgograd Arena, Rusia, Selasa (19/6/2018) dini hari WIB.
Dua gol Inggris diborong oleh penyerang muda sekaligus kapten Harry Kane (Tottenham Hotspur). Gol dicetak Kane pada menit ke-11 dan tambahan waktu (menit ke-91). Adapun gol balasan Tunisia lahir pada menit ke-35 lewat titik penalti oleh sayap serang Ferjani Sassi (Al-Nassr).
Kemenangan itu untuk sementara menempatkan Inggris di urutan kedua klasemen Grup G. Pemimpin sementara grup ini adalah Belgia, yang tiga jam sebelumnya menggilas Panama dengan skor 3-0. Kedua tim unggulan itu akan bentrok dalam laga ketiga penyisihan grup. Di laga kedua, Belgia menghadapi Tunisia sedangkan Inggris meladeni Panama.
Kemenangan dua tim asal Eropa di laga pertama penyisihan grup itu diyakini akan memanaskan duel pada laga ketiga. Skuad "Setan Merah" dan "Tiga Singa" tidak akan bermain aman demi mengincar posisi juara Grup G. Lawan mereka di 16 besar dari Grup H baru akan bertanding Selasa malam dan Rabu dini hari nanti, yakni Kolombia versus Jepang dan Polandia kontra Senegal.
Di Volgograd, pelatih Inggris Gareth Southgate memakai formasi 3-5-2 untuk menghadapi model 4-3-3 yang digunakan Pelatih Tunisia Nabil Maaloul. Dengan formasi 3-5-2 itu, Southgate ingin Inggris bermain cepat dan menekan dengan bantuan sayap serang.
Di depan, Kane diduetkan dengan penyerang cepat Raheem Sterling. Mereka mendapat dukungan dari sayap serang Ashley Young–Jesse Lingard dan Dele Alli–Kieran Trippier. Jordan Henderson mengatur serangan di tengah sekaligus penjembatan antara garis pertahanan dan serangan seperti perannya selama ini sebagai kapten Liverpool.
Dengan usia skuad yang masih muda, yakni rata-rata 26 tahun, Lingard dan Alli dengan cepat menusuk pertahanan Tunisia sejak sepak mula. Sementara Kane dan Sterling mengacak-acak pertahanan Elang Kartago di kotak penalti sehingga membuat barisan belakang tim asuhan Maaloul ini mesti bekerja keras.
Usia muda dengan energi yang masih meledak membuat Inggris tak sungkan menggempur benteng Tunisia. Sepanjang laga, Inggris membuat 17 peluang dengan 7 di antaranya tepat sasaran. Sementara Tunisia hanya membuat 6 peluang dengan hanya 1 tendangan tepat sasaran.
Dalam laga ini, Tunisia lebih banyak bertahan bahkan sampai membuat pergantian kiper. Mouez Hassen (Chateauroux) digantikan oleh Farouk Ben Mustapha (Al-Shahab) sejak menit ke-16 karena cedera akibat benturan dengan pemain Inggris.
Kedua kiper itu, menurut catatan statistik situs FIFA, melakukan 5 penyelamatan untuk menjaga gawang Tunisia tak banyak kebobolan. Namun, aksi heroik keduanya gagal membuat Tunisia terhindar dari kekalahan.
Tunisia sempat memberi perlawanan dan mendapat keberuntungan ketika wasit Wilmar Roldan (Kolombia) memberi hadiah penalti pada menit ke-35. Sassi sukses mengeksekusi penalti yang tak dapat dicegah kiper Inggris Jordan Pickford (Everton). Skor 1-1 bertahan sampai turun minum.
Di babak kedua, sampai sebelum gol kedua Kane datang, permainan bertahan Tunisia mampu meredam agresivitas Inggris. Tim asuhan Southgate itu seakan frustrasi karena gempuran mereka tak juga membuahkan gol tambahan. Skema serangan berjalan sampai bola mati belum juga menggetarkan jala gawang Tunisia.
Namun, saat hasil seri di depan mata, Tunisia kehilangan fokus. Inggris mendapat tendangan penjuru yang menjadi kesempatan terakhir untuk menambah gol. Bek Harry Maguire (Leicester City) mengambil sepak pojok itu. Kane berdiri di dekat tiang kanan gawang Tunisia dan kurang dikawal.
Maguire mengarahkan bola ke tengah dan disambar oleh Henderson yang terjaga. Sundulan Henderson mengarah ke Kane yang kemudian meneruskannya menjadi gol kemenangan Inggris. Tunisia tak punya waktu lagi untuk membalas dan harus menerima kenyataan gagal mencuri angka. Skor 2-1 untuk kemenangan Inggris bertahan sampai laga usai.
Dikutip dari situs FIFA, seusai laga, Kane mengatakan, Inggris datang dengan semangat tinggi untuk mengulang prestasi sebagai juara Piala Dunia 1966. Sudah amat lama Inggris mendambakan gelar turnamen besar.
Gelar 1966 di Inggris itulah satu-satunya yang dimiliki dan bisa dibanggakan oleh skuad Tiga Singa. “Untuk dapat memenangi turnamen ini, kami harus menghadapi yang terbaik,” katan Kane.
Dalam jumpa pers seusai laga, Southgate mengatakan, Tunisia ternyata tak mudah dijungkalkan. Namun, tim asuhannya tak mudah menyerah karena mereka ingin menang dan mendapat keajaiban di menit terakhir. “Kami layak menang,” katanya.
Sementara Maaloul mengatakan, kekalahan itu menyakitkan sebab direnggut jelang akhir laga. Tunisia sudah bermain dengan baik tetapi belum beruntung.
Kedatangan Inggris ke Rusia juga untuk memperbaiki catatan buruk di Piala Dunia 2014. Saat itu, Inggris dan Italia tak lolos dari penyisihan Grup D sehingga menjadi olok-olokan media massa. Empat tahun lalu di Brasil, Inggris kalah 1-2 dari Italia, kalah lagi 1-2 dari Uruguay, dan seri 0-0 dengan Kosta Rika.
Di Rusia, pada laga perdana, Inggris lebih baik dengan kemenangan atas Tunisia. Mereka dituntut mempertahankan kemenangan itu saat menghadapi Panama dan Belgia untuk mengembalikan nama besar tim yang sudah lama tak merasakan gelar. (AFP)