MOSKWA, SABTU – Laga perdana Grup D Piala Dunia 2018 berakhir menyakitkan bagi Argentina saat harus menerima kenyataan ditahan imbang 1-1 oleh tim debutan, Eslandia, di Stadion Spartak, Moskwa, Rusia, Sabtu (16/6/2018). Serangan-serangan tim "Tango" rontok membentur tembok kokoh Eslandia.
Dikutip dari fifa.com, dalam jumpa pers seusai laga, Pelatih Argentina Jorge Sampaoli mengatakan, Eslandia bermain amat baik dalam bertahan. Eslandia menerapkan permainan efektif.
Postur tubuh pemain yang lebih besar dan lebih tinggi juga menjadi keunggulan atas Argentina. “Perjalanan kami kian berat,” kata pelatih yang mengantar Cile menjuarai Piala Amerika 2015 dengan mengalahkan Argentina itu.
Adapun Pelatih Eslandia Heimir Hallgrimson mengatakan, keberadaan Eslandia di Rusia sudah merupakan dongeng kebanggaan bagi negara berpopulasi cuma 330.000 jiwa itu.
Meski sukses menahan Argentina, bukan berarti kejayaan sudah diraih. Masih ada laga kontra Kroasia dan Nigeria di penyisihan Grup D. “Kami ingin terus menulis sejarah di sini dengan melangkah sejauh yang kami bisa,” kata pelatih yang juga berprofesi sebagai dokter gigi itu.
Meski mencetak gol terlebih dahulu, unggul dalam penguasaan bola, pola serangan, daya jelajah, dan penciptaan peluang, Argentina gagal mencairkan permainan dingin Eslandia yang kukuh seperti gunung es. Eslandia bermain kompak dan solid saat berulang kali digempur Argentina.
Selain itu, kiper Eslandia Hannes Halldorsson (Randers FC) juga tampil gemilang dengan membuat enam penyelamatan, termasuk menggagalkan penalti kapten Lionel Messi pada menit ke-63. Tak salah, Halldorsson, yang juga sutradara film saat tak bermain sepak bola, menjadi bintang pada laga itu.
Sebelum laga, Hallgrimsson sesumbar akan membuat kejutan seperti saat membawa Eslandia menggetarkan panggung Piala Eropa 2016 di Perancis. Kala itu, mereka sukses menyingkirkan raksasa Inggris di babak perdelapan final.
Capaian dua tahun lalu itu ingin diulang, bahkan diperbaiki, oleh skuad berjuluk "Strakarnir Okkar" itu. Hallgrimsson sejauh ini membuktikan ucapannya dengan sukses meracik strategi yang mampu menahan salah satu tim favorit juara tersebut.
Hallgrimsson turun dengan formasi 4-5-1, yang segera menumpuk 9 pemain di pertahanan saat digempur Argentina. Barisan pertahanan Eslandia pun ibarat gunung es yang kokoh.
Adapun Pelatih Argentina Jorge Sampaoli memilih skema ofensif 4-2-3-1. Ujung tombak Sergio Aguero (Manchester City) disokong trisula Maximiliano Meza (Independiente), Lionel Messi (Barcelona), dan Angel Di Maria (Paris Saint-Germain).
Sampaoli, yang begitu percaya diri mampu mengatasi tim lawan, menginstruksikan pemainnya menekan dan menyerang sejak sepak mula. Serangan bertubi-tubi pun berhasil membuat pasukan “Albiceleste” unggul pada menit ke-19 lewat gol Aguero.
Gol dicetak lewat kaki kirinya yang masih cedera sambil ditunjang pergerakan tubuh memutar. Itulah gol perdana mantan menantu legenda hidup Diego Maradona tersebut setelah delapan laga di Piala Dunia yang diikutinya sejak 2010.
Keunggulan 1-0 membuat Messi dan kawan-kawan lebih bersemangat menyerang. Namun, lawan mereka adalah unit yang bermain efektif dan kokoh saat bertahan. Karakter tak gentar dan pantang menyerah, seperti leluhur bangsa Viking, sukses ditunjukkan dengan mampu menahan gempuran dan menggagalkan peluang gol tambahan Argentina.
Bahkan, empat menit setelah gol Aguero, Eslandia membuat fans Argentina di Stadion Spartak terdiam oleh gol penyerang Alfred Finnbogason (Augsburg). Itulah gol ke-14 Finnbogason dari 48 laganya bersama timnas.
Skor 1-1 bertahan sampai turun minum. FIFA mencatat, sepanjang babak pertama, Argentina amat dominan dengan penguasaan bola 74 persen berbanding 26 persen bagi Eslandia. Argentina menciptakan 10 peluang sedangkan Eslandia 9 peluang. Operan-operan pemain Argentina juga lebih akurat (91 persen) dibandingkan 60 persen bagi Eslandia.
Petaka bagi Eslandia datang pada menit ke-63 karena Messi dijatuhkan di kotak penalti. Messi berkesempatan merayakan peringatan gol perdananya bagi Argentina di Piala Dunia 2006 di Jerman yang jatuh tepat pada laga kontra Eslandia itu.
Namun, Messi gagal menambah gol akibat kepiawaian kiper Halldorsson memblok sepakannya. Terbayang kembali memori kelam final Piala Amerika Centenario 2016 di Amerika Serikat ketika Messi juga gagal sebagai algojo di babak adu penalti yang membuat gelar jatuh ke tangan Cile.
Sampaoli berusaha membuat perubahan dengan menarik gelandang Lucas Biglia (AC Milan) dan memasukkan Ever Banega (Sevilla) pada menit ke-54. Selain itu, Di Maria digantikan Cristian Pavon pada menit ke-75 serta Meza digantikan penyerang Gonzalo Higuain (Juventus) pada menit ke-84.
Namun, perubahan itu gagal membuahkan hasil positif. Skor 1-1 pun bertahan sampai laga usai. (AFP)