Mahathir Ajak Negara-Negara Kecil Bersatu Melawan AS
Oleh
RETNO BINTARTI
·3 menit baca
TOKYO, SENIN -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengajak negara-negara kecil, termasuk Malaysia yang dipimpinnya, agar bersatu melawan Amerika Serikat yang kini berubah menjadi proteksionis. Untuk itu, perlu dipikirkan ada organisasi baru di Asia.
Hal ini dia kemukakan saat berbicara dalam Konferensi Internasional tentang Masa Depan Asia yang diadakan harian Nikkei, di Tokyo, Jepang, Senin (11/6/2018). "Kalau Amerika sebagai sebuah negara besar dengan ekonomi terbesar di dunia yakin dengan pembatasan perdagangan, hal ini tidak bisa dibenarkan," kata Mahathir.
Menurut Mahathir, negara-negara kecil bisa berkompetisi di arena secara memadai. "Di masa lalu Amerika ingin memaksakan kehendaknya di organisasi-organisasi internasional, baik kita ikut atau yang lain, kita harus membayar mahal. Itu bukan cara negara-negara harus bersikap terhadap negosiasi," kata pemimpin berusia 92 tahun ini dalam pidatonya," kata dia.
"Semua negara harus mempunyai suara yang sama," lanjut Mahathir.
Organisasi baru
Mahathir mengatakan, ia sedang berpikir tentang perlunya organisasi baru di Asia di mana negara-negara dengan kemampuan berbeda akan bersaing dengan wajar. Dia mencontohkan permainan golf di mana "pemain-pemain yang paling lemah pun mendapat hambatan yang paling tinggi" sehingga persaingan adil.
"Hal yang sama terjadi pada perdagangan," ucap Mahathir tanpa memerinci kelompok perdagangan bebas yang dimaksud.
Dia mengatakan, negara-negara kawasan harusnya hanya mempunyai satu kelompok perdagangan dengan pemikiran yang sama, bukannya dibagi dalam kelompok-kelompok lebih kecil dengan ketentuan yang berbeda.
Soal China
Dalam kesempatan itu, Mahathir menyampaikan secara khusus kelanjutan hubungannya dengan China yang selama masa kepemimpinan sebelumnya, terjalin sangat dekat. Malaysia tetap akan bersahabat dengan China yang selama ini telah menanamkan modal miliaran dollar.
Namun, tegas Mahathir, Malaysia tak akan "berutang budi kepada Chinä".
"Suka atau tidak, kami harus berhubungan dengan China. Kami harus berhubungan selaku kelompok," katanya.
Kunjungan ke Jepang yang merupakan lawatan pertama Mahathir ke luar negeri menurut sejumlah pakar memperlihatkan keinginan pemerintah Malaysia untuk mulai menjaga jarak dengan China. Pemerintah baru menyatakan, perusahaan-perusahaan China diduga terlibat skandal dugaan korupsi perusahaan investasi Pemerintah Malaysia, 1Malaysia Development Berhad (1MDB), yang menyeret mantan PM Najib Razak. Pada pidatonya di Tokyo, Mahathir tak menyebut eksplisit tentang 1MDB.
Namun, dalam jumpa pers dia merujuk tentang penanaman modal China dan proyek-proyek pada era Najib yang diyakini telah menyebabkan Malaysia berutang miliaran dollar. "Ini cara khasnya (Najib) menjalin hubungan dengan China,"ucapnya tentang hubungan masa lalu kedua negara.
"Kami akan bersahabat dengan China, namun kami tak mau berutang budi kepada China," sambung Mahathir.
Pemerintah Malaysia akan meninjau proyek jalur kereta lokal yang akan dibangun perusahaan-perusahaan China. Proyek ini bernilai 14 miliar dollar AS. Mahathir bahkan sudah menyatakan menarik diri dari proyek kereta cepat yang dibuat bersama negara tetangga Singapura.
Di depan pers, Mahathir menyampaikan keinginannya untuk memulai proyek nasional baru pembuatan mobil melanjutkan Proton yang sudah dibuat tahun 1983. Ketika mobil itu dibuat, Mahathir sedang memerintah untuk periode pertama. Beberapa tahun belakangan, mobil nasional ini tersendat. Geely, produsen mobil China, telah membeli 49,9 saham Proton.
Menurut Mahathir, Malaysia mempunyai kemampuan keterampilan dan teknologi yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil baru. Namun, di sisi lain dia juga mengakui adanya sejumlah bagian kendaraan yang sangat mahal, yang harus didatangkan dari negara lain. Dalam hal ini Mahathir menyebut, antara lain, Jepang.
Pada bagian lain dalam pidatonya, Mahathir menyinggung tentang perkembangan rencana perlucutan senjata nuklir Korut. Dikatakan, negara-negara lain jangan sinis dengan tawaran dari Pyongyang. Upaya untuk meningkatkan hubungan dengan AS dan menghentikan senjata nuklir, kata Mahathir, akan meredakan ketegangan di Asia Tenggara serta akan menambah perdagangan antara negara-negara dan kemakmuran dunia. (AFP/REUTERS)