YOGYAKARTA, KOMPAS — Teknologi simpan beku embrio menjadi solusi atas sejumlah persoalan yang muncul saat pelaksanaan program bayi tabung. Dengan teknologi simpan beku embrio, pasien yang mengalami masalah kesehatan bisa menunda pelaksanaan bayi tabung.
“Teknologi simpan beku embrio ini bisa digunakan apabila ada kelebihan embrio atau ketika ada indikasi medis yang membuat penanaman embrio ke pasien harus ditunda,” kata Kepala Instalasi Kesehatan Reproduksi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Shofwal Widad, Jumat (8/6/2018), di Yogyakarta.
Bayi tabung atau fertilisasi in vitro merupakan proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh perempuan. Sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut embrio. Metode bayi tabung merupakan salah satu solusi bagi pasangan yang mengalami masalah kesuburan.
Simpan beku embrio atau kriopreservasi embrio merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup dari embrio tanpa mengkibatkan kematian sehingga proses hidup embrio dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Teknologi simpan beku embrio biasanya menggunakan nitrogen cair yang bisa membekukan embrio tanpa mematikannya.
Simpan beku embrio atau kriopreservasi embrio merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup dari embrio tanpa mengkibatkan kematian.
Dalam proses pelaksanaan bayi tabung, kata Widad, dokter biasanya mengambil sejumlah sel telur sekaligus dari tubuh pasien untuk berjaga-jaga apabila terjadi kegagalan pembuahan. Sel-sel telur itu kemudian dibuahi oleh sel sperma di luar tubuh pasien. Apabila pembuahan itu berhasil, embrio akan terbentuk. Embrio-embrio itulah yang akan ditanam di rahim pasien agar pasien bisa hamil.
“Dalam proses bayi tabung, biasanya dokter mengambil 8 sampai 12 telur sekaligus. Tapi bisa jadi tidak semua telur ini berhasil menjadi embrio,” ujar Widad.
Dalam proses semacam itu, kadang terjadi kelebihan embrio karena jumlah embrio yang berhasil terbentuk ternyata lebih banyak daripada embrio yang dibutuhkan untuk ditanam dalam waktu bersamaan. Saat kondisi itu terjadi, teknologi simpan beku embrio bisa menjadi solusi. Sebab, embrio-embrio yang berlebih itu bisa disimpan dan kelak bisa ditanam kembali ke rahim pasien.
Widad menambahkan, teknologi simpan beku embrio juga bisa menjadi solusi apabila pasien mengalami masalah kesehatan sehingga proses penanaman embrio ke rahim harus ditunda. Penundaan itu bisa terjadi karena sejumlah penyebab, misalnya sang pasien mengalami kelebihan hormon tertentu saat menjalani proses bayi tabung sehingga penanaman embrio ke rahim justru bisa membahayakan keselamatan pasien.
Penyebab lainnya adalah kondisi rahim pasien yang belum siap untuk ditanami embrio. “Kalau kita menanam embrio bagus di rahim yang tidak siap kan kayak membuang embrio. Jadi lebih baik penanaman embrio itu ditunda,” ujar Widad.
Potensi keberhasilan
Widad memaparkan, potensi keberhasilan program bayi tabung dari embrio yang telah menjalani simpan beku juga lebih besar dibanding dari embrio segar. Persentase keberhasilan bayi tabung dari embrio segar sekitar 30 persen, sementara persentase keberhasilan dari embrio simpan beku sekitar 40 persen.
Potensi keberhasilan program bayi tabung dari embrio yang telah menjalani simpan beku juga lebih besar dibanding dari embrio segar.
“Jadi, ketika suatu rumah sakit bisa menguasai teknologi simpan beku embrio, ini akan menguntungkan pasien. Kalau di RSUP Dr Sardjito, teknologi ini sudah ada lebih dari 10 tahun lalu karena kami termasuk pionir dalam teknologi ini,” ungkap Widad.
Guru Besar Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Mochammad Anwar, menuturkan, embrio yang berlebih dalam proses bayi tabung itu tidak boleh dibuang, dijadikan objek penelitian, atau ditanam ke rahim orang lain.
“Embrio yang berlebih itu tidak boleh dibuang karena bisa dianggap pembunuhan, tidak boleh dijadikan bahan riset karena melanggar kode etik, dan tidak boleh diberikan ke orang lain karena dilarang agama,” ujarnya.
Oleh karena itu, Anwar menuturkan, teknologi simpan beku bayi tabung menjadi solusi atas adanya embrio yang berlebih.