JAKARTA, KOMPAS - Pencatatan saham galangan kapal pertama di Bursa Efek Indonesia mendapat respon yang sangat baik dari pasar. Permintaan yang masuk saat masa penawaran mencapai Rp 300 miliar atau delapan kali dari jumlah nilai saham baru yang ditawarkan.
"Sungguh, animo yang sangat besar ini mengejutkan kami. Mungkin karena baru kali ini galangan kapal masuk ke pasar modal dan harga saham yang ditawarkan sangat terjangkau," kata Komisaris Utama PT Steadfast Marine Tbk Eddy K Logam, usai pencatatan saham perdana di BEI, Jumat (8/6/20180.
Dalam penawaran perdana itu, emiten berkode KPAL ini, menawarkan harga Rp 100 per lembar saham, namun hanya dalam beberapa detik, harga meningkat menjadi Rp 195, dan tetap stabil di angka itu hingga pukul 15.30.
Steadfast Marine berpengalaman membangun berbagai type kapal dari offshore support vessel, kapal keruk, kapal perintis sampai kapal militer. Pengalaman membangun kapal bersama dengan Damen shipyard Belanda sejak tahun 2008, memberikan kemampuan untuk membangun kapal berteknologi tinggi dan berkualitas.
Selain faktor galangan pertama yang masuk bursa, Eddy melihat, animo positif dari pasar ini tumbuh karena pasar melihat potensi yang besar dari industri maritim. "Di negara kepulauan seperti Indonesia, kapal sangat dibutuhkan. Untuk pengangkutan baik orang maupun logistik membutuhkan kapal. Untuk perikanan butuh kapal, juga untuk penjagaan keamanan dan batas wilayah membutuhkan kapal," ujar Eddy.
Melihat potensi industri maritim yang begitu besar dan menjanjikan di Negara kepulauan terbesar di dunia, memantapkan langkah Steadfast untuk terus berkembang dan memperkuat usahanya. Dengan masuk pasar modal, perseroan yakin akan mendapatkan akses finansial yang lebih variatif dan kompetetif.
Pengurus Ikatan Perusahaan Industri Kapal Indonesia (Iperindo) Darmadi mengatakan, masuknya Steadfast Marine Tbk ke pasar modal bisa menjadi pendorong bagi galangan kapal lainnya untuk mengikuti jejaknya. "Pelaku usaha mendapatkan alternatif sumber dana lain yang lebih menarik," ujar Darmadi.
Selain itu, tambah Darmadi, dengan masuk ke pasar modal, maka tata kelola perusahaan akan menjadi lebih baik dan benar, sehingga perusahaan bisa dikembangkan lebih jauh lagi.
Menurut Eddy, dana yang terkumpul dari penjualan saham ini akan digunakan untuk menyelesaikan pemesanan lima kapal dari pemerintah. Selain tentunya, perseroan juga akan mencari kontrak-kontrak baru. Targetnya KPAL akan mendapatkan kontrak baru pembangunan 5-10 kapal di tahun 2018.
"Kami akan fokus ke kapal pengangkutan minyak dan gas. Kami lihat potensi migas masih sangat besar dan kebutuhan akan energi juga terus meningkat, sehingga kebutuhan akan kapal migas dan LNG tentu akan tinggi," tegas Eddy.
Pada hari terakhir operasional BEI, selain KPAL ada dua emiten lagi yang dicatat di BEI, yakni PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) dan PT MNC Stodios Intenational Tbk (MSIN).