Mulanya ada Sonata Mozart dan Boismartier, lalu juga ada Trio Piano Haydn, tetapi di ujungnya ada ”suara Nusantara”, yakni lagu daerah ”Sik Sik Sibatumanikam” yang diolah menjadi aransemen klasik yang hidup semarak.
Itulah persembahan empat pemusik instrumental muda yang piawai—Winston Leywantono (biola), Ronny Gunawan (suling), Anggelia Sande Lilingan (cello), dan Daniel Alexander Tan (piano)—dalam konser Spectrum yang berlangsung di Balai Resital Kertanegara, Jakarta, Minggu (3/6/2018) malam.
Konser ini juga digelar di dua kota lain, yakni Bandung (26 Mei 2018) dan Medan (27 Juli 2018) Berbekal pendidikan musik yang kokoh, ditambah dengan serangkaian master class, dan tak asing dengan panggung, membuat keempat instrumentalis tampil meyakinkan dengan karya-karya klasik yang
dipilihnya.
Trio Haydn dalam G Mayor, Hob XV 25 Gypsy Op 82 No 2, yang terdiri atas tiga bagian sungguh menggugah. Itu karena suasana dan aura gipsi (pengelana berjiwa bebas) yang menonjol dalam irama yang dinamis.
Babak kedua konser memberi menu yang lebih nyaman meski tak kalah menantang secara musik. Satu yang patut dicatat adalah karya saudara pemain biola Winston, Wilson Leywantono, yakni ”Kaca Philip”, sebagai wujud keterpesonaan pada komposer minimalis asal Amerika, Philip Glass.
Nomor tambahan (encore) tak kalah menggugah, yakni ”Sik Sik Sibatumanikam”, sebagai penghormatan pada tanah asal sang violis, yakni Sumatera Utara.
Encore kedua menampilkan kehalusan gesekan biola Winston yang memainkan ”Meditation” dari opera Thais karya komposer Perancis, Jules Massenet, yang bermelodi panjang melenakan. (NIN)