Karina Isna Irawan/Winarto Herusansono/Samuel Oktora/Abdullah Fikri Ashri/Clara Wresti
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Keberadaan Bandara Internasional Ahmad Yani di Kota Semarang, Jawa Tengah, bakal menjadi pengungkit baru pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Jateng. Potensi sebagai bandara bisnis dan industri bakal ditopang infrastruktur terminal baru, dengan fasilitas modern yang ramah lingkungan.
“Bandara ini (Ahmad Yani) dan infrastruktur lain yang sedang digenjot pemerintah akan meningkatkan daya saing untuk bisa berkompetisi dengan negara lain,” kata Presiden Joko Widodo seusai meresmikan terminal baru bandara tersebut, dan Gedung Menara Pengawas Airnav Indonesia di Semarang, Kamis (7/6/2018).
Presiden mengungkapkan, kualitas sumber daya manusia menjadi tantangan terbesar kedua, setelah pembangunan infrastruktur. Bandara bertaraf internasional mesti dikelola SDM kompeten, demi optimalisasi pelayanan penumpang. Investasi ke daerah juga bisa terus tumbuh karena kapasitas kargo lebih besar dan fasilitas lebih nyaman.
Terminal baru bandara Ahmad Yani dilengkapi apron berkapasitas 12 pesawat badan lebar dengan landas pacu (runway) 2.560 meter, dan lebar 45 meter. Terminal juga dilengkapi fasilitas modern seperti 30 meja check-in penumpang, 8 eskalator, 8 tangga berjalan, 2 travelator, tiga garbarata. Kapasitas terminal 6,9 juta penumpang per tahun.
Seusai peresmian, rombongan Presiden berkeliling di area bandara. Presiden terlihat menyapa penumpang dan petugas bandara. Terminal baru ini berukuran 58.652 meter persegi atau sembilan kali lebih luas dari terminal lama, yang 6.708 meter persegi.
Turut hadir, antara lain Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Agum Gumelar, Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi, Plt Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko serta Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi.
Karya anak bangsa
Pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang menjadi karya anak bangsa. Konsepnya, bandara terapung (floating airport), dengan perpaduan ramah lingkungan (eco airport). Konstruksi bandara terapung didesain PT Portal Graha Matra Desain Indonesia (GMDI). Direktur PT Portal GMDI Benyamin Aris Nugroho mengemukakan, filosofi pembangunannya eco-green airport. Hal ini relevan, mengingat kondisi ekosistemnya penuh tambak, rawa, dan dekat pantai.
“Saat ditunjuk, kami tertantang mengupayakan bandara ini bisa beradaptasi dengan lingkungan. Konsepnya, 80 persen bangunan bandara ini mengapung di atas air, sebagai ekosistem aslinya,” ujar Benyamin.
Kajian atas lingkungan di utara bandara lama itu, lahan yang tersedia lebih dari lebih 120.000 meter persegi dengan tekstur tanah sangat lunak. Mayoritas kawasannya berair, campuran air tawar dari sungai dan air laut di pesisir. Untuk itu, dihindari penimbunan lahan. Selain berbiaya mahal, pemadatan lahan juga memakan waktu lama.
Benyamin menyampaikan, karena berada di atas air, bandara mesti ditopang tiang pancang. Tiang pancang yang diterapkan di lokasi berair adalah tiang pancang metode prefabriated vertial drain (PVD). Untuk mandapatkan kepadatan di lahan lunak itu, tiang pancang ditanam menembus bumi sedalam 40 meter-50 meter.
Di Kabupaten Majalengka, penerbangan komersial perdana di Bandar Udara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jumat (8/6/2018) ini, diharapkan menjadi awal pengembangan lanjutan bandara terbesar di RI ini. Semua tahapan pengembangan di bandara itu ditargetkan rampung pada 2045.
“Dengan penerbangan komersial pertama ini, kami berharap Bandara Internasional Jabar Kertajati akan lebih cepat perkembangannya,” ujar Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Rabu (6/6/2018), di Kabupaten Indramayu, Jabar.
“Pengembangan BIJB Kertajati akan dilakukan secara bersama-sama Pemprov Jabar, Angkasa Pura II dan Kementerian Perhubungan. Pembangunannya dibicarakan bersama–sama,” ucapnya.
Saat proses pengembangan dilakukan, penerbangan komersial perdana dipastikan akan dilakukan pada Jumat pagi. Rutenya Surabaya-Kertajati pukul 05.30-06.30 dan Kertajati-Surabaya pukul 06.30-07.30. Citilink rencananya menggunakan pesawat Airbus A320 berkapasitas 180 penumpang.
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Nusyirwan Soejono mengatakan, bandara yang diresmikan selama tiga tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo, sudah cukup banyak. Perlu diakui, pembangunan bandara-bandara ini sebenarnya sudah direncanakan lama, namun baru bisa diwujudkan oleh Jokowi.
"Persoalan pembebasan lahan dan status lahan menjadi kendala waktu itu. Kalau sekarang, yang lebih penting adalah pemanfaatannya. Jangan sampai, setelah infrastruktur dibuat, lalu tidak dimanfaatkan. Padahal infrastruktur ini untuk mendorong pertumbuhan daerah," kata Nusyirwan di Jakarta, Kamis (7/6/2018).
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso menambahkan, pembangunan bandara yang masif selama tiga tahun terakhir merupakan perwujudan Nawacita Pemerintahan Joko Widodo, terutama Cita ke-3 dan ke-7. "Nawacita terwujud dengan dukungan transportasi yang berkeselamatan, berkeamanan dan pelayanan yang berorientasi kepada pelayanan publik, ekonomi maupun lingkungan yang berkelanjutan," ujar Agus.
Selama tiga tahun ini sudah dibangun 15 Bandar Udara baru. Di mana 7 bandar udara sudah selesai dibangun dan dioperasikan yaitu Bandar Udara Anambas, Namniwel, Miangas, Morowali, Werur, Maratua dan Koroway Batu.