Arus Mudik Jalur Udara Kian Meningkat
JAKARTA, KOMPAS — Delapan hari menjelang Lebaran (H-8), jumlah penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2017 dan dibarengi peningkatan pergerakan pesawat. Surabaya dan Medan adalah dua destinasi terfavorit.
Berdasarkan data dari Posko Terpadu Angkutan Lebaran di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (8/6/2018) siang, tercatat 1.235 penerbangan domestik di Soekarno-Hatta dengan rincian 588 kedatangan dan 647 keberangkatan. Sebanyak 1.029 pesawat diberangkatkan, Kamis (7/7/2018), atau selisih lima pesawat dibandingkan periode sama tahun 2017.
Jumlah penumpang mencapai 186.870 orang. Sebanyak 156.543 penumpang telah diberangkatkan H-8 pada Kamis ini atau naik 18.223 orang dibandingkan H-8 tahun 2017. Secara umum, jumlah penerbangan domestik dan internasional meningkat 1,73 persen menjadi 1.294 dibandingkan 2017. Jumlah penumpang mencapai 204.345 orang, meningkat 15,07 persen dari periode yang sama pada 2017, yaitu 177.577.
Sepuluh destinasi yang paling banyak dipilih ialah Surabaya, Medan, Makassar, Denpasar, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Padang, Pekanbaru, dan Balikpapan. Hingga Jumat (8/6/2018) siang, 59 penerbangan telah bertolak ke Surabaya dan 52 penerbangan ke Bandara Kualanamu, Medan. Kuala Lumpur dan Singapura menjadi tujuan utama penerbangan internasional.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, jumlah penumpang di Soekarno-Hatta pada hari biasa 180.000-an. ”Kemarin, 204.345 penumpang diberangkatkan. Ada peningkatan 13 persen dari hari biasa. Artinya, mulai ada pergerakan masyarakat yang mudik,” katanya.
Berdasarkan perkiraan awal Angkasa Pura (AP) II, puncak arus mudik diperkirakan jatuh pada H-4 Lebaran, Senin (11/6/2018). Namun, Awaluddin memperkirakan jumlah lalu lintas pesawat dan penumpang akan memuncak pada H-3 dan H-2 Lebaran atau 12 Juni dan 13 Juni.
”Ini berdasarkan pengalaman tahun lalu. Secara empiris memang begitu. Saya perkirakan, jumlah penumpang bisa tembus 220.000 orang,” kata Awaluddin sambil menambahkan, H-1 sampai hari-H jumlah pemudik akan menurun.
Pada H-3 Lebaran 2017, jumlah penumpang semua penerbangan di Soekarno-Hatta ada 208.434 orang. Pada H-2 sebanyak 213.774 orang. Dalam dua hari tersebut, jumlah penumpang paling banyak diberangkatkan.
Awaluddin menganggap peningkatan jumlah penumpang berarti transportasi udara telah menjadi pilihan utama masyarakat. Sebab, daya beli masyarakat meningkat. Selain itu, operator maskapai telah meningkatkan mutu layanan dan armada. ”Alat produksi mereka siap menunjang pelayanan,” kata Awaluddin.
Meskipun terdapat lonjakan jumlah penumpang, belum banyak penerbangan tambahan selama masa angkutan Lebaran. Sejak Kamis, hanya ada tiga kedatangan dan empat keberangkatan domestik tambahan.
Penerbangan tambahan internasional hanya berjumlah empat kedatangan dan satu keberangkatan. Maskapai yang mengadakan penerbangan tambahan adalah Sriwijaya Air, Lion Air, AirAsia, dan NAM Air.
Urai antrean
Gerbang keberangkatan di Terminal 1C tampak lebih sibuk dibandingkan dengan keberangkatan di Terminal 1B. Beberapa penumpang tertahan dalam antrean yang mengular di luar gerbang untuk menunjukkan boarding pass di ponselnya sebelum memindai bagasi.
Hanya terdapat tiga mesin pemindai sinar-X. Satu keluarga beranggotakan enam orang bisa membawa tujuh sampai delapan koper, kardus, dan tas. Dua petugas membantu calon penumpang mengangkat barang dan memindahkan troli.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan mengurai antrean, Angkasa Pura II telah menyediakan 12 mesin check in mandiri sejak tahun lalu. Delapan mesin digunakan untuk check in tanpa bagasi, sedangkan empat lain yang berada di dalam Terminal 1C dilengkapi timbangan untuk bagasi.
Mesin akan mencetak label bagasi yang dapat ditempelkan sendiri oleh penumpang. Bagasi yang telah diberi label dapat diletakkan di pita berjalan (conveyor belt) yang akan mengangkut bagasi ke masing-masing pesawat.
Selain itu, sejak pekan lalu, ditugaskan pula 22 petugas check in keliling (mobile check-in assistant) yang semuanya perempuan. Dalam satu sif ditugaskan dua orang. Proses check in dilakukan dengan alat khusus yang tersambung dengan ponsel petugas.
Meski demikian, antrean di dalam Terminal 1C, Jumat siang, tetap panjang. Loket 1-11 digunakan untuk check in penumpang Batik Air. Panjang antrean dapat mencapai delapan orang. Tidak terlihat satu pun petugas check in keliling yang melayani calon penumpang.
Indah Dwi Asih (21), calon penumpang Batik Air tujuan Medan, telah mengantre lebih kurang 30 menit di loket 1. Dia tidak menyangka antrean akan sepanjang itu. Ia juga mengatakan tidak melihat petugas check in keliling. ”Tapi saya sudah web check-in kok,” katanya.
Didi (41) dan Agus (38) juga tidak melihat petugas check in keliling sejak pukul 12.00. Kedua penumpang tujuan Balikpapan ini juga telah melakukan web check-in.
Kedua petugas check in baru muncul pada pukul 14.10 setelah mendapat komando dari Awaluddin yang memantau Terminal 1C di Posko Terpadu Angkutan Lebaran melalui CCTV. Sif seharusnya dimulai pukul 13.00. Keterlambatan tersebut karena pergantian sif dan keperluan merias diri.
Antrean check in Citilink berada di loket 16, 17, dan 20-23. Loket 24 digunakan untuk check in mandiri Citilink. Antrean Citilink cenderung lebih pendek daripada Batik Air. Beberapa orang melakukan check in dengan mesin check in mandiri. Wahyudi (29), penumpang Citilink tujuan Banjarmasin, sudah terbiasa menggunakan mesin tersebut. ”Makin mudah dan cepat, enggak usah ngantre lagi,” katanya.
Alif (26), penumpang Citilink tujuan Makassar, baru pertama kali menggunakan mesin check in mandiri. ”Jadi lebih cepat, lebih simpel,” katanya.
Layanan AP II juga telah didigitalisasi, salah satunya dengan adanya aplikasi Indonesia Airports. Melalui aplikasi itu, penumpang dapat mengecek jadwal keberangkatan dan kedatangan. Tersedia juga informasi mengenai ketersediaan taksi, jadwal keberangkatan kereta layang antarteminal, serta kereta api bandara dari Stasiun Sudirman Baru, Jakarta.
”Dengan begitu, penumpang dapat memperkirakan kapan harus berangkat dari rumah. Artinya, minimum connecting time atau waktu tersingkat untuk sampai ke bandara semakin dapat dipastikan,” kata Awaluddin.