Produktivitas Rendah, Separuh Kebun Sawit di Aceh Tak Terkelola dengan Baik
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sekitar separuh dari total luas kebun sawit di Provinsi Aceh tidak terkelola dengan baik. Selain usia pohon yang sudah tua dan tak lagi produktif, kebun sawit yang rata-rata milik rakyat tersebut tidak dirawat dengan baik. Akibatnya, rata-rata produktivitas sawit di Aceh masih tergolong rendah, hanya 2 ton minyak sawit mentah atau crude palm oil setiap hektarnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Aceh Sabri Basyah mengatakan, produksi CPO di Aceh mencapai 800.000 ton per tahun dari luas tanam 400.000 hektar. Produktivitas hanya 2 ton CPO dalam setiap hektar dari seharusnya mencapai 3 ton lebih.
Menurut Sabri, perkelapasawitan di Aceh kian tertinggal jauh dibandingkan daerah lain, seperti Riau, Sumatera Utara, dan Jambi. Selain karena luas tanam yang tidak bertambah, banyak tanaman milik rakyat yang tidak dirawat dengan baik.
Dari 400.000 hektar luas tanam kelapa sawit di Aceh, menurut Sabri, separuhnya kebun rakyat dan separuhnya lagi milik perusahaan. Pada umumnya, kebun rakyat tidak terkelola dengan baik sehingga produktivitas turun.
Untuk meningkatkan produktivitas, kata Sabri, diperlukan peremajaan tanaman sebab tanaman dengan usia di atas 25 tahun produktivitasnya rendah. Permasalahannya biaya peremajaan tinggi sehingga petani kerap menunda.
Berbeda dengan kebun sawit milik rakyat, perkebunan besar justru gencar melakukan peremajaan tanaman. Salah satunya adalah PT Astra Agro Lestari Tbk. Peremajaan dilakukan Astra secara bertahap dengan target tahun 2028 produktivitas minyak sawit mentah (CPO) mencapai 210.000 ton per tahun.
Manager Community Development PT Astra Agro Lestari Tbk Area Aceh Ridwan Manik, Rabu (6/6/2018) di Banda Aceh, mengatakan, kebun sawit yang dilakukan peremajaan terletak di Kabupaten Aceh Barat 4.512 hektar dan Kabupaten Aceh Singkil 5.714 hektar. Proses peremajaan di Aceh Barat sudah tuntas, sedangkan di Aceh Singkil baru berjalan 3.154 hektar dan akan selesai pada 2025.
Adapun luas konsesi PT Astra Agro Lestari di Aceh mencapai 14.100 hektar, dengan rincian di Aceh Barat 4.900 hektar, Aceh Singkil 6.500 hektar, dan Aceh Jaya 2.700 hektar.
”Kebetulan di Aceh Barat dan Aceh Singkil tanamannya sudah berusia 25 tahun sehingga perlu diremajakan untuk menjaga produktivitas,” kata Ridwan.
Peremajaan dimulai sejak empat tahun lalu. Menurut Ridwan, pada 2028 semua tanaman sawit di wilayah konsesi PT Astra Agro Lestari berada dalam masa produksi sehingga diperkirakan pada 2028 jumlah produksi CPO mencapai 210.000 ton per tahun.
”Kalau sekarang produksi CPO setahun baru separuh dari itu, sekitar 140.000 ton per tahun,” kata Ridwan.
Ridwan menambahkan, mereka memiliki tiga pabrik pengolahan kelapa sawit yang terletak di Aceh Barat dan Aceh Singkil. Untuk saat ini agar rencana produksi terpenuhi, perusahaan membeli tandan buah segar kepala sawit (TBS) dari petani sekitar. Pabrik di Aceh Barat, 60 persen TBS dari petani dan 40 persen dari kebun perusahaan, sedangkan di Aceh Singkil separuh dari petani dan separuh dari kebun perusahaan.
Meski demikian, kata Ridwan, jika semua tanaman di kebun perusahaan sudah menghasilkan TBS, pihaknya tetap akan menampung TBS dari petani. ”Kami membeli dengan harga yang pantas,” kata Ridwan.
Selain itu, ujar Ridwan, saat ini perusahaan membangun kemitraan dengan 40 kelompok tani di tiga kabupaten tersebut. Petani diberi pelatihan cara mengelola perkebunan sawit dari proses tanam hingga panen agar produktivitas kebun petani maksimal dan bermutu tinggi.