Perang Dagang Membuat Khawatir Industri Penerbangan
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·2 menit baca
SYDNEY, MINGGU — Ketegangan yang meningkat dalam perdagangan internasional dapat menjadi pukulan berat bagi industri penerbangan dan ekonomi dunia. Kekhawatiran itu disampaikan maskapai penerbangan global dan eksekutif penerbangan, Minggu (3/6/2018).
Sebagaimana diwartakan, Pemerintah Amerika Serikat telah memperbarui ancaman tarif terhadap produk-produk asal China dan juga mengenakan bea untuk baja dan aluminium kepada sekutu AS, mulai dari Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa.
”Setiap tindakan yang mengurangi perdagangan dan kemungkinan akibatnya membatasi perjalanan penumpang adalah sebuah berita buruk,” kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal Asosiasi Transportasi Udara Internasional, pada pertemuan tahunan IATA di Sydney.
Kelompok ini mewakili sebagian besar maskapai utama dunia. Pertemuan tahunan IATA mengumpulkan sekitar 130 CEO dan 1.000 delegasi. Pada tahun ini, di Sydney, ada kekhawatiran bahwa laba tiga tahun yang luar biasa tinggi akan berakhir karena kenaikan biaya bahan bakar, tenaga kerja, dan infrastruktur. Pemerintah sejumlah negara, termasuk AS, sejauh ini belum mengeluarkan pendapat terkait efek atas sebuah perang dagang bagi industri penerbangan secara global.
”Kami selalu khawatir ketika Anda mulai melihat ketegangan meningkat di sekitar perdagangan global dan perdagangan bebas,” kata Kepala Eksekutif American Airlines Group Doug Parker.
Menurut Kepala Eksekutif Badan Pariwisata dan Perjalanan Dunia (WTTC) Gloria Guevara Manzo, ketidakpastian yang timbul akibat sebuah kondisi perang dagang dapat menekan permintaan untuk perjalanan bisnis. Padahal, hal itu merupakan pendorong utama keuntungan industri penerbangan.
Ketidakpastian yang timbul akibat sebuah kondisi perang dagang dapat menekan permintaan untuk perjalanan bisnis.
”(Pelancong bisnis) perlu menunggu dan melihat apa yang terjadi, apakah bisnis mereka akan terkena dampak, apakah mereka perlu melakukan diversifikasi, pergi ke beberapa tempat lain. Perang dalam perdagangan jelas sebuah kondisi yang tidak baik,” kata Manzo.
Ia juga mengatakan, WTTC khawatir tentang penerapan tarif karena hal itu berarti mengurangi dana untuk berinvestasi di infrastruktur, seperti pelabuhan, bandara, dan hotel. ”Baja untuk hotel seperti tepung untuk toko roti,” katanya.
Produsen pesawat, seperti Boeing dan Airbus, menyatakan, ketidakpastian itu buruk untuk bisnis. Perdagangan bebas selama ini membantu mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga menciptakan lapangan kerja. Airbus mengatakan, industri penerbangan hadir karena orang dapat bepergian dengan bebas dan sebuah pasar yang terbuka.
”Kami melihatnya dengan cara negatif karena itu (penerapan tarif) meletakkan batas dan menempatkan kendala untuk semua orang, termasuk para pelanggan kami,” ujar Chief Executive Officer Airbus Eric Schulz kepada para wartawan. Menurut dia, masih terlalu dini memperkirakan dampak finansial langsung terhadap perseroannya.
Sementara itu, tarif dinilai tidak akan memiliki dampak material pada hasil Boeing. Hal itu dikatakan Wakil Presiden Pemasaran Komersial Boeing Randy Tinseth. ”Sekitar 90 persen dari aluminium yang kita peroleh berasal dari dalam negeri,” katanya. (REUTERS)