Layanan Haji Terus Dimantapkan
Simulasi pelayanan haji untuk mengantisipasi masalah yang mungkin timbul selama penyelenggaraan ibadah haji. Kenyamanan dan keselamatan jemaah diprioritaskan.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah memantapkan fasilitas penyelenggaraan ibadah haji di Tanah Suci 2018, Kementerian Agama bersama instansi terkait memastikan kesiapan panitia untuk mengantisipasi segala kemungkinan
kendala yang timbul sejak keberangkatan dari Tanah Air, masa puncak haji, hingga kepulangan jemaah dari Tanah Suci.
Pada Minggu (3/6/2018), digelar simulasi pelayanan haji di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, diikuti 780 petugas haji lintas lembaga. Di bawah sengatan sinar matahari, simulasi dilakukan dengan reka adegan sekaligus memetakan masalah yang berpotensi timbul dengan merujuk pengalaman kasus tahun-tahun sebelumnya.
Simulasi tersebut melibatkan puluhan figuran dari sebuah kelompok teater. Mereka berperan dan mencerminkan perilaku serta masalah pada jemaah, termasuk jika ada yang sakit dalam penerbangan ataupun ada yang kehilangan paspor setiba di bandara kedatangan di Madinah dan Jeddah.
Tempat simulasi dipilah berdasarkan titik-titik penyelenggaraan haji di Tanah Suci. Halaman dan gedung diasumsikan menjadi Daerah Kerja (Daker) Bandara (Madinah-Jeddah), Daker Madinah, Daker Mekkah, dan sejumlah area krusial saat masa puncak haji di Arafah, Mina, dan Muzdalifah.
Sekretaris Jenderal Kemenag Nur Syam saat menutup acara pelatihan, Minggu malam berharap para petugas haji benar-benar berperan sebagai garda terdepan dalam melayani jemaah. Untuk itu para petugas diminta berkomitmen menerapkan kompetensi yang dimilikinya, dilandasi niat tulus-ikhlas.
Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Khoirizi H Datsir mengatakan, simulasi ini mencerminkan problem dan cara yang harus dilakukan petugas untuk mengatasinya. ”Ini merupakan rangkaian pembekalan
dan pendalaman materi pelatihan petugas yang berlangsung sejak 26 Mei lalu,” kata Khoirizi seraya memastikan petugas setidaknya memahami bidang tugas masing-masing tanpa melupakan aspek kerja sama dan kekompakan antarsektor.
Dari sekitar 780 petugas haji tahun ini, 478 orang di antaranya di bawah koordinasi Kemenag dengan bidang tugas mencakup pelayanan umum dan ibadah. Selebihnya, sekitar 300 orang, di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Secara keseluruhan, kuota jemaah haji Indonesia tahun ini mencapai 221.000 orang. Namun, secara normatif, jumlah jemaah reguler tercatat 204.000 orang. Selebihnya adalah jemaah haji khusus yang melibatkan swasta.
511 kloter
Para calon jemaah haji reguler yang berjumlah 204.000 orang akan terbagi dalam 511 kelompok terbang (kloter) yang bertolak dari 13 embarkasi di Tanah Air. Setiap kloter terdiri dari 393-450 anggota jemaah, bergantung pada jenis pesawat terbang yang dikelola maskapai Garuda dan Saudi Arabian Airlines.
Pemberangkatan terbagi dalam dua gelombang. Fase pemberangkatan pertama dari Tanah Air dijadwalkan 17-29 Juli. Adapun fase kedua dijadwalkan 30 Juli-15 Agustus. Kloter fase pertama tiba di Bandara Internasional Amir Muhammad binAbdulAziz,Madinah. Adapun kloter fase kedua akan tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Pada simulasi kemarin, sejumlah hal menjadi fokus perhatian, terutama saat kedatangan gelombang pertama jemaah di Medinah dan Jeddah. Pelbagai masalah disimulasikan seperti tercecernya paspor jemaah, gangguan kesehatan pada jemaah, transportasi dari bandara ke hotel, serta pengantaran bagasi para jemaah ke penginapan. Beberapa figuran memerankan jemaah lanjut usia yang membutuhkan kursi roda dan linglung di tengah kerumunan orang banyak.
Sekretaris Daker Bandara, Abdillah menekankan bagaimana kesigapan petugas menghadapi sejumlah persoalan, termasuk mengantisipasi kebingungan di depan petugas imigrasi Arab Saudi. Juga ditekankan bagaiamana mengatasi perilaku sopir bus yang bisa jadi meminta tips dari para jemaah.
Selama sekitar 10 hari pelatihan digelar, ditekankan aspek kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan jemaah. Secara garis besar para petugas tercakup dalam instansi Kemenag, Kementerian Kesehatan, TNI/Polri.
Untuk menopang kelancaran pelayanan haji, juga akan dibentuk Tim Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH). Tim ini akan diisi sekitat 20 petugas dari Rumah Sakit Haji, Universitas Islam Negeri yang punya program studi kedokteran, serta dokter dari rumah sakit TNI/Polri.
Tm P3JH disiapkan untuk mengantisipasi titik-titik rawan, khususnya pada puncak haji di Arafah-Mina-Muzdalifah (Armina). Keberadaan tim ini akan dioptimalkan pada hari pertama melontar jumrah.
Sejumlah kenyamanan bagi jemaah dalam hal katering, pemondokan, dan keimigrasian.
Sebelumnya, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Sri Ilham Lubis memaparkan, sejumlah kenyamanan bagi jemaah dalam hal katering, pemondokan, dan keimigrasian.
Untuk suguhan menu makanan bagi jemaah, dijamin bercita rasa Indonesia dengan melibatkan juru masak asal Tanah Air binaan sekolah pariwisata. Pemondokan, khususnya di Medinah sudah terpesan lebih dari 80 hotel yang berlokasi radius 700 meter dalam Almarkaziyah (pusat kegiatan ibadah).
Adapun soal keimigrasian, calon jemaah haji di Indonesia kini tak lagi harus mengantre berjam-jam untuk mengurus administrasi imigrasi setibanya di bandara Jeddah maupun bandara Madinah. Pemeriksaan 10 sidik jari, biometrik, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dokumentasi pengurusan dokumen perjalanan sudah bisa dilakukan di asrama haji di Tanah Air. Sehingga ketika di Saudi Arabia, mereka tinggal mengecap paspor dan finger print satu sidik jari. (NAR)