Agnes Liony (24), pawang anjing pelacak di Unit K9 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ini sempat stres saat dipisahkan dari Osira, anjing pelacak labrador retriever yang dilatih dan dirawatnya. Pemisahan itu lantaran Agnes terlampau memanjakan Osira seperti anjing peliharaan. Anjing pelacak dituntut selalu siaga, dan kasih sayang yang dicurahkan pun tak boleh berlebihan.
“Saya stres saat dipisahkan dari Osira. Karena saya terlalu memanjakannya seperti peliharaan dengan terlalu banyak bermain dan apresiasi,” ujar Agnes, pekan lalu, di area latihan Unit K9 Ditjen Bea dan Cukai, Jakarta Timur.
Menurut Agnes, permainan untuk anjing pelacak hanya dapat diberikan saat jadwalnya latihan. Apresiasi juga hanya dapat diberikan saat anjing tersebut berhasil dalam permainan, yakni menemukan sumber bau yang dilacak.
Menjadi pawang atau handler anjing pelacak unit K9 memerlukan keterampilan khusus. Para pawang harus menjadikan anjing itu menjadi alat bantu penegak hukum yang siap beroperasi melacak bahan peledak, narkotika, korban bencana alam, hingga pelaku kriminal.
Menjadi pawang atau handler anjing pelacak unit K9 memerlukan keterampilan khusus
Instruktur pawang K9 Ditjen Bea dan Cukai, Fuad Al Amin mengatakan, ikatan antara pawang dengan anjing itu bagus, tetapi tetap ada batasnya. “Ingat mereka ini anjing negara yang bekerja untuk tugas negara bukan anjing peliharaan pribadi,” ujar Fuad.
Di Unit K9 Ditjen Bea dan Cukai, setiap anjing pelacak memiliki jadwal latihan yang terprogram setiap harinya. Selain berlatih melacak, fisik anjing-anjing di unit itu pun dilatih lewat latihan lari bersama pawang.
Suasana serupa pun ditemui di area latihan Unit K9 Badan Narkotika Nasional, di kawasan Lido, Desa Watesjaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Sebanyak 47 anjing pelacak di unit ini setiap hari menjalani latihan bersama pawang mereka.
Mani, anjing pelacak ras german shepherd, usia 4 tahun, ini salah satunya, dengan lincah melompat di atas mesin ban berjalan, di area latihan dalam ruangan di Unit K9 BNN. Anjing itu mengendus dan memeriksa satu per satu tas dan paket yang ada di ban berjalan itu. Setelah memeriksa seluruh tas dan paket, Mani menggaruk-garuk sebuah tas.
“Good boy! Good boy!” ujar Dani (26), pawang dari Mani, sambil mengelus-elus kepala Mani yang berbulu cokelat kehitaman.
Brigadir Didin Rosidin, instruktur pawang anjing pelacak Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri, yang juga instruktur pawang di BNN, ini mengungkapkan, seruan good boy itu merupakan penghargaan pawang karena anjing itu berhasil menemukan sumber bau yang dicari.
Sebaliknya bagi anjing, menurut Didin, sumber bau itu tak lain adalah petunjuk untuk memperoleh mainannya, yakni kong atau bola, maupun dummy dari handuk yang digulung. Penghargaan yang diberikan pawang itu untuk menjaga emosi anjing tetap senang.
“Bagi anjing, bau narkoba yang dilacak itu adalah petunjuk untuk memperoleh mainannya. Setelah menemukan sumber bau, pawang pun memberikan apresiasi kepada anjing, dengan melemparkan bola dan pujian good boy,” jelas Didin.
Selain berlatih melacak, fisik anjing-anjing di unit itu pun dilatih lewat latihan lari bersama pawang
Aktivitas pawang bersama anjingnya di Unit K9 BNN ini berlangsung sejak pukul 05.00. Usai bangun tidur, pawang yang tidur di mess kompleks pelatihan unit K9 BNN, langsung pergi ke kandang-kandang anjing yang juga masih berada di dalam kompleks itu. Mereka langsung bermain dan membangkitkan semangat anjing-anjing pegangannya. Usai bermain, para pawang itu membersihkan kandangnya.
“Bangun tidur itu urus anjing dulu, pawangnya malah urus diri belakangan. Setelah semua selesai kami baru mandi dan siap,” ujar Dewita Kurniasari (30), salah satu pawang, sambil terbahak.
Setelah itu mereka melangsungkan apel pagi, latihan, istirahat makan siang, dan kembali berlatih sore harinya. Pada akhir pekan, pawang-pawang ini juga yang memandikan dan grooming bagi anjing-anjing ini. Belum lagi ketika anjing pelacaknya sakit, pawang ini juga yang menemani pemeriksaan kesehatan anjingnya.
Di Kompleks Pelatihan K9 BNN, ini juga disediakan fasilitas grooming dan fasilitas pengobatan anjing. Seluruh kegiatan perawatan anjing tersedia di unit itu, sehingga pawang tak perlu pergi jauh-jauh untuk merawat anjingnya.
Meskipun hubungan antara pawang dan anjing pelacak itu terjalin untuk memenuhi tugas negara. Namun tak sedikit perpisahan dengan anjing itu menyisakan kesedihan di hati pawang. Fuad misalnya, pernah menghabiskan waktu bertugas selama 7 tahun bersama anjing pelacak andalannya yang bernama Max di wilayah hukum Ditjen Bea dan Cukai Bali.
Saat Fuad dimutasi ke Jakarta dan berpisah dengan Max, dia pun sedih tak bisa jumpa dengan anjing ras Labrador Retreiver itu. “Ya kan kami bersama-sama terus. Saat tugas juga bersama-sama,” ujar Fuad.
Bahkan bagi Didin, dengan memberi makan, memandikan, dan bermain menjadikan anjing pelacak itu seperti anak sendiri. Saat berlatih pencarian narkotika, pawang harus menjadikan anjingnya seperti rekan.
Namun, saat anjing itu membantah saat diperintah, pawang harus bersikap tegas karena anjing tetaplah anjing yang harus ditegur bila membangkang.
“Mengurus anjing pelacak itu seperti mengurus anak, rekan, dan anjing pada saat bersamaan,” ujar Didin.