Rhama Purna Jati/Mediana/M Clara Wresti/Dimas Waraditya Nugraha/Machradin Wahyudi Ritonga/Cornelius Helmy
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Libur Lebaran yang panjang tahun ini menimbulkan dampak ekonomi terhadap berbagai sektor seperti perdagangan, jasa dan pariwisata. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, dalam periode ini perputaran uang sedikitnya mencapai Rp 188,2 triliun, meningkat dari tahun lalu, Rp 163,2 triliun.
Semarak ritual tahunan itu juga bakal diramaikan oleh remitansi atau hasil pengiriman uang pekerja migran ke Tanah Air. PT POS Indonesia memprediksi, sirkulasi uang dari remitansi jelang Lebaran 2018 ini meningkat 5-10 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp 3-4 triliun per bulan.
Gairah ekonomi terlihat dari pengiriman makanan khas pempek di Palembang, Sumatera Selatan pekan lalu. PT POS Indonesia Cabang Palembang mencatat pengiriman pempek jelang Idul Fitri selalu melonjak hingga tiga kali lipat.
Pada hari biasa pengiriman pempek ke sejumlah daerah hanya sekitar 300 kilogram (kg) per hari. Akhir-akhir ini kiriman pempek meningkat hingga 600 kg per hari. Volume itu diprediksi melonjak lagi sepekan sebelum Lebaran, yang diprediksi mencapai 1 ton per hari.
Kepala PT POS Indonesia cabang Palembang Eko Sumaryanto mengatakan, lonjakan ini disebabkan banyaknya wisatawan yang datang dan membawa oleh-oleh pempek keluar dari Palembang. Tak ketinggalan, pelanggan yang mengirimkan pempek sebagai sajian saat lebaran. Kenaikan volume pengiriman sudah terjadi sejak awal Ramadan.
"Pengiriman pempek akan meningkat lagi, 4 hari sebelum Idul Fitri, ketika jumlah pempek yang dikirim mencapai 1 ton per hari. Kebanyakan, pengiriman ditujukan ke beberapa kota seperti Jabodetabek dan Bandung,” kata Eko, Kamis (24/5/2018).
Di Bandung, pelaku usaha mikro kecil menengah seperti Tini Balantik, juga sudah meningkatkan produksi makanan tradisional sejak awal Ramadhan. “Aneka bawang goreng atau serundeng yang biasanya hanya 20 kilogram per minggu, dinaikkan jadi 80 kg per minggu,” tutur Tini, Minggu (27/5/2018). Itu dilakukannya untuk mengantisipasi kenaikan order saat Lebaran.
Tambahan penerbangan
Terkait lonjakan volume penerbangan selama Lebaran, sejumlah maskapai sudah meminta persetujuan tambahan penerbangan untuk rute dalam dan luar negeri. Kementerian Perhubungan juga sudah menerbitkan 181 penerbangan ekstra. “Sebanyak 181 izin penerbangan tambahan itu sudah disetujui, dengan 33.124 kursi,” kata Direktur Angkutan Udara Kristi Endah Murni di Jakarta, Selasa.
Senior Manager Corporate Communications Sriwijaya Air Group Agus Soedjono mengatakan, volume penerbangan tambahan tahun ini cukup besar. Sebab SAG telah membuka beberapa rute baru dan permintaan tiket Lebaran yang terus naik tiap tahunnya. Selama periode Lebaran 8 Juni-30 Juni 2018, SAG menyediakan 125.000 kursi tambahan pada 860 kali frekuensi penerbangan, di 25 rute SAG.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menetapkan masa angkutan Lebaran 2018 selama 22 hari, yakni mulai 5 Juni 2018 (H-10) sampai 26 Juni 2018 (H+10). Public Relations PT KAI Agus Komarudin mengatakan, pada operasi Lebaran tahun ini perjalanan 393 KA per hari, naik 4 persen ketimbang 2017, yakni 379 KA per hari. Kapasitas tempat duduk 287.684 kursi per hari, naik 2,5 persen dibanding 2017, sebanyak 280.736 kursi per hari.
BI memperkirakan perputaran uang selama libur Lebaran 2018 meningkat 15,3 persen dari periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini salah satunya dampak dari rentang hari libur tahun ini yang lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan momentum tambahan hari libur Lebaran tahun ini lebih banyak dengan total 9 hari, dimulai tanggal 11 hingga 20 Juni 2018. Diproyeksikan, selama periode ini sedikitnya perputaran uang mencapai Rp 188,2 triliun.
“Saat hari libur bertambah, biasanya jumlah uang yang dibelanjakan juga akan semakin banyak,” ujar Rosmaya pekan lalu. Adanya tambahan tunjangan hari raya (THR) bagi pegawai dan pensiunan negeri sipil (PNS) menjadi faktor lain pemicu meningkatkan kebutuhan uang tunai pada Lebaran tahun ini.