Belanja di Cibinong? Ke Anggada Saja
Hari raya sudah di depan mata. Ingin belanja pakaian, juga pernak-pernik kebutuhan rumah tangga yang cantik, murah tetapi malas berdesak-desakan. Di mana ya? Coba yuk ke Ruko Anggada Indah di Cibinong.
Nyonya Rina (42) duduk di lantai keramik putih. Di depannya ada tumpukan handuk ukuran sedang berwarna biru hasil seleksinya. Andi (34) sigap mengambil handuk sejenis dari rak dinding dan memberikannya kepada Rina. Rina lalu memeriksanya sebelum dilipat kembali dan ditaruh ditumpukan handuk pilihannya.
Andi adalah karyawan Toko Mia dan Rina adalah pembeli handuk, salah satu dari puluhan jenis produk tekstil atau garmen, dagangan toko itu.
Toko Mia adalah satu dari seratusan toko atau kios di kompleks Ruko Anggada Indah, yang juga populer dengan nama pasar kain kiloan Anggada, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Nama itu diambil dari nama bengkel otomotif milik Astra, yang sudah lebih dulu ada dan populer. Bengkel itu berada di seberang jalan pasar tersebut.
Jual-beli sembari duduk melantai biasa di sini. ”Soalnya enggak berjubel kayak di Pasar Tanah Abang. Barang dagangannya sama. Kalau beli banyak, grosiran, sama murahnya. Kalau satu, dua, lebih mahal sedikit. Namun, dihitung ongkos, capek, dan repotnya ke Tanah Abang, jatuhnya sama saja,” kata Rina.
Rina belanja puluhan kilogram handuk untuk dibagi-bagikan sebagai hadiah Lebaran bagi kerabat atau tamu yang berlebaran ke rumahnya nanti. Ibu rumah tangga ini biasa berbelanja di Anggada.
”Pokoknya kalau perlu hadiah untuk sedekahan atau hajatan, saya ke sini. Bukan buat dijual lagi. Dulu beli mukena, sarung. Sekarang handuk yang bagus, kayak yang di mal. Pernah juga belanja seragam buat penerima tamu kawinan,” kata Rina.
Haji Haris (52) juga beli 2 kilogram handuk, yang dapat enam handuk berbagai warna dan ukuran. Harganya Rp 180.000. Beli handuk juga untuk dibagikan kepada tetangga. ”Kalau handuk, bisa dipakai siapa saja di keluarga, dari anak sampai orang tua,” kata Haris.
Handuk yang dibeli Rina harganya Rp 46.000 per kilogram. Kalau satuan, jatuhnya Rp 29.300 per lembar. Kalau di mal bisa Rp 35.000 per lembar.
Belanja di Anggada itu selain murah juga mudah bagi Rina yang warga Cibinong dan Haris warga Citeureup. Keduanya cukup sekali naik angkutan kota sudah sampai di sana. Kalau belanjaanya agak berat, ia tinggal minta tolong kepada karyawan toko atau tukang angkut barang untuk membawakan belanjaannya ke angkot. Angkot bisa distop kapan saja dari depan pasar itu.
Membeludaknya keberadaan angkot di sekitar Anggada membuat sopir-sopir angkot mudah dimintai tolong untuk sekalian mengantar sampai ke depan rumah. Sewa dadakan, begitu.
Bagi pembeli dari Bogor, seperti Depok dan kota lainnya, ternyata aksesnya juga mudah. Jalan Mayor Oking di depan pasar adalah jalan provinsi yang dilintasi bus-bus dan kendaraan niaga antarkota dan antarprovinsi. Di kawasan itu ada agen-agen perusahaan jasa angkutan umum.
Bersih dan lengkap
Pasar tekstil atau garmen Anggada tidak terlalu besar, tetapi tetap perlu lebih dari sehari penuh jika ingin mengeksplorasi semua toko atau kiosnya.
Lingkungan pasar lumayan bersih. Untuk mengurangi panas, ada tempat parkir mobil dan jalan di antara kios yang diberi ”atap” berupa susunan puluhan payung warna-warni. Di dua tempat parkir lainnya di dalam pasar ada beberapa pohon mangga dan ketapang yang cukup besar.
Barang di toko-tokonya juga cukup lengkap dan beragam, khususnya produk tekstil dan garmen. Tekstil untuk keperluan perlengkapan tempat tidur, tirai jendela, taplak meja, sampai bahan baju atau busana, serta pernak-pernik keperluan menjahitnya tersedia. Jenis tekstilnya, berbagai jenis katun, wol, jersey, cavalli, jaguar, brokat, dan banyak lagi. Dijual secara kiloan, grosiran, meteran, atau satuan.
Begitu juga produk tekstil dan busana keperluan mandi dan tidur serta bantal-bantal sofa. Tirai plastik untuk kamar mandi dan berbagai jenis keset tidak ketinggalan.
Tekstil untuk keperluan membuat boneka berikut pernak-perniknya seperti mata, pita, kancing, renda-renda, dan benang rajutan. Tinggal pilih saja, mau beli boneka atau bantal-bantal sofa yang sudah jadi, atau bahan-bahan bakunya untuk dibuat sendiri di rumah.
Kalau malas menjahit atau tidak pandai menjahit, sejumlah toko menyediakan jasa atau memfasilitasi jasa menjahit. Tarif jasa jahitnya ada dalam daftar harga jasa sehingga harga mendapat barang tersebut bisa dikalkulasi. Misalnya saja beli katun 1 kilogram untuk seprai ukuran 120 cm x 200 cm dengan dua sarung bantal dan dua sarung guling seharga Rp 90.000, ongkos jahitnya Rp 120.000. Jadi, total harganya Rp 210.000.
”Menurut saya, jadi murah. Kan katunnya bagus, sisa produk ekspor. Warna dan motifnya kita pilih sendiri. Puas,” kata Puan, warga Bojong Gede.
Sisa ekspor
Yang menggiurkan adalah busana-busana siap pakai, mulai gaun malam atau pesta, blazer, jaket, kemeja, blus, sampai kaus bermerek. Celana-celana, dari katun sampai jins, yang panjang sampai supermini ada.
”Enci, blazer ini bagus. Ini produk sisa ekspor. Cuma ada satu. Cobain aja dulu. Itu cerminnya. Harganya murah banget, Rp 60.000. Kalau di toko, bisa ratusan ribu. Soalnya kalau dia kan, barang itu akan di-steam lagi, biar tidak terlihat kusut. Kalau kami, dari karung pabrik, langsung digantung, yang penting tidak kotor,” kata Lina Boro Sihombing (40) di kiosnya A2-34, tepat di samping kantor pengelola pasar kain ini.
Menurut dia, busana yang dijual di kiosnya, juga kios atau toko lain di pasar itu, adalah barang sisa ekspor. Bukan barang bekas pakai yang diimpor. Cuma memang ada cacat sedikit, bagian mereknya dirusak atau dicoret dan kancingnya tidak asli. Ukurannya pakai ukuran ”bule” dan tidak lengkap.
”Tapi, kami tahu. Ukuran yang pasnya buat pembeli. Ukuran S, itu bisa buat orang sini yang pakai ukuran M,” katanya.
Jaket-jaket dan sweater tebal untuk dipakai di negara empat musim juga tersedia. Namun, stoknya sangat terbatas dan tidak setiap saat ada.
Di pasar tekstil kiloan itu banyak juga toko menjual busana muslim dan kebaya-kebaya brokat lengkap dengan kain lilitnya. Rok pendek sampai klok panjang lebar tinggal pilih warna dan motif. Kain motif batik dan ukiran khas Indonesia timur pun ada.
Salah satunya Toko Mutiara Fashion milik Euis Siswatiningsih (53). Harga kain lilit atau rok klok Rp 110.000-Rp 150.000 per potong. Blus dan kebaya mulai Rp 100.000. Kalau beli banyak, tentu ada harga khusus.
Euis, warga Babakan Madang, mempunyai usaha konfeksi di rumahnya. Busana yang dijual di kiosnya semuanya produk sendiri. Tekstil bahan garmennya dibeli dari bahan sisa ekspor di Pasar Anggada.
Tujuh tahun
Ayung (45), yang kiosnya bernomor B 1, pas di dekat pintu masuk, termasuk pedagang generasi awal di Anggada. Menurut dia, dari cuma beberapa kios saja, pasar ini berkembang pesat dalam 6-7 tahun terakhir.
Salah seorang pengurus Ruko Anggada Indah mengatakan, sekarang ada lebih dari 100 kios/toko di pasar ini. Sudah dilengkapi warung makan, tempat parkir dengan sistem sekali bayar Rp 3.000 untuk mobil dan Rp 1.000 untuk motor. Pasar buka pukul 08.00-17.00.
Ia memastikan, tekstil dan garmen yang dijual di pasarnya semua produk baru sisa ekspor atau pabrik di Indonesia. ”Bisa murah karena barang datang langsung dari pabriknya. Selain itu, biaya kios murah karena tidak pakai AC,” katanya.
Kalau belanja di sini jangan lupa bawa uang kontan. Rata-rata kios tidak melayani pembayaran nontunai dan belum ada bank membuka gerai anjungan tunai mandiri (ATM) di Anggada. Belanja di Anggada terasa kembali ke Pasar Tanah Abang di masa lalu. Barangnya begitu lengkap, tetapi teknologi belanja daring belum mengusiknya. Dompet tebal menjadi penentu bisa belanja banyak atau tidak.