Kementerian Perindustrian Revitalisasi Peran Litbang
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian berencana merevitalisasi peran balai penelitian dan pengembangan. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan pusat inovasi. Revitalisasi dibutuhkan agar balai litbang bisa melayani dunia industri dalam bertransformasi ke industri 4.0.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara, Rabu (30/5/2018), mengatakan, ada enam balai litbang di lingkup Kemenperin yang akan direvitalisasi.
Keenam balai litbang itu adalah Balai Besar Industri Agro, Balai Besar Kimia dan Kemasan, Balai Besar Tekstil, Balai Riset dan Standardisasi Industri, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, serta Balai Besar Logam dan Mesin.
Keenam balai itu dipilih karena Kemenperin memfokuskan transformasi menuju industri 4.0 pada sektor prioritas, yaitu makanan dan minuman, kimia, tekstil, elektronik, dan otomotif. Keenam balai tersebut dinilai terkait dengan kelima sektor prioritas.
Revitalisasi mencakup peningkatan kemampuan sumber daya manusia, peralatan, dan infrastruktur lain yang menunjang kemampuan balai dalam melayani industri bertransformasi ke industri 4.0.
”Oleh karena itu, balai harus punya kemampuan yang lebih karena banyak hal yang perlu dilakukan. Kami menjalin kerja sama dengan Jerman dan Singapura yang punya kemampuan di bidang otomatisasi,” kata Ngakan ketika berbincang bersama wartawan di Kemenperin, Jakarta.
Kerja sama dengan Jerman dan Singapura diprioritaskan untuk keenam balai tersebut. Menurut Ngakan, beberapa balai litbang di Kemenperin sudah saatnya direvitalisasi. Ia mengungkapkan, beberapa balai memiliki peralatan yang sudah tua. Ke depan, peralatan yang sudah tua akan diperbarui secara bertahap.
”Orientasi riset balai litbang itu akan sedikit kami ubah, bukan hanya riset substansi, melainkan juga riset yang terkait dengan fasilitasi industri 4.0,” ujarnya.
Pusat inovasi
Kemenperin juga akan membangun pusat inovasi dengan konsep industri 4.0. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari rapat kerja BPPI yang membahas kesiapan Indonesia mengimplementasikan industri 4.0.
Pusat inovasi nantinya akan menjadi bagian dari balai litbang atau BPPI. Pusat inovasi dikhususkan untuk mempercepat implementasi industri 4.0. Salah satu fokus kerjanya adalah meningkatkan konektivitas mesin antar-industri sehingga kegiatan industri bisa lebih efisien.
Ngakan belum mengetahui besaran anggaran yang akan dialokasikan Kemenperin untuk pembangunan pusat inovasi ini. Menurut dia, hal itu karena rencana pembangunan pusat inovasi muncul setelah anggaran kementerian telah ditetapkan.
Ia menambahkan, pelaku industri bisa mendapatkan pelatihan dan berkonsultasi di pusat inovasi. Pertama-tama, pusat inovasi yang akan dibangun adalah dari sektor makanan dan minuman. Hal itu karena industri makanan dan minuman dinilai berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Setelah industri makanan dan minuman, baru kemudian industri-industri lain akan mengikuti.
Berdasarkan data Kemenperin pada 2017, industri makanan dan minuman berkontribusi terhadap lebih dari sepertiga dari total nilai produk domestik bruto industri pengolahan nonmigas nasional atau 34,33 persen.
Selain itu, realisasi investasi sektor industri makanan dan minuman pada 2017 sebesar Rp 38,54 triliun untuk penanaman modal dalam negeri dan 1,97 miliar dollar AS untuk penanaman modal asing. Oleh sebab itu, diharapkan implementasi industri 4.0 dapat lebih meningkatkan kinerja dan daya saing industri makanan dan minuman.
Sebagai inisiasi awal, pembangunan pusat inovasi makanan dan minuman dilakukan terbatas pada tahapan manufaktur, tetapi pada fase selanjutnya akan diperluas hingga ke hulu. Komponen-komponen yang akan dibangun dalam pusat inovasi makanan dan minuman itu antara lain model factories, mobile labs, sensors, capacity building, assesment dan benchmarking, serta akses terhadap ketersediaan teknologi.
Untuk lokasi pembangunannya, BPPI telah menyurvei beberapa lokasi. Prioritas utama adalah memanfaatkan gedung balai litbang yang dimiliki Kemenperin. Ngakan mengatakan, kemungkinan besar pusat inovasi makanan dan minuman ini akan dibangun lahan Balai Besar Kimia dan Kemasan di Pasar Rebo, Jakarta.
Menurut dia, di daerah tersebut lahannya cukup luas. Selain itu, bangunan juga sudah ada.
”Paling cepat akhir tahun untuk persiapannya, belum mendirikannya. Kami masih mencari alternatif lokasi lain,” ucapnya.
Dalam pembangunan pusat inovasi makanan dan minuman ini, BPPI menggandeng Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi).
Menurut Ngakan, ia telah meminta Gapmmi untuk menyiapkan lima perusahaan atau pelaku industri makanan dan minuman terlibat dalam pembangunan pusat inovasi makanan dan minuman. Pertama-tama, BPPI menetapkan lima perusahaan.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Gapmmi Adhi S Lukman menyatakan telah mengajak sejumlah perusahaan untuk berdiskusi mengenai pembangunan pusat inovasi makanan dan minuman. Kelima perusahaan yang dipilih untuk terlibat di sana adalah perusahaan yang memiliki perhatian lebih terhadap implementasi industri 4.0.
Menurut Adhi, kelima perusahaan itu nantinya akan berkolaborasi dengan Kemenperin, termasuk untuk membantu pendanaan pembangunan pusat inovasi makanan dan minuman.
Ia menambahkan, saat ini kebutuhan bahan baku industri makanan dan minuman masih banyak bergantung dari impor. Oleh sebab itu, pengembangan riset dinilai berperan penting untuk substitusi impor bahan baku.
”Secepatnya minggu depan kami akan diskusikan dengan Kemenperin untuk lebih detailnya,” ujarnya.
Adhi mengakui, belum semua industri makanan dan minuman di Indonesia menerapkan industri 4.0 dalam kegiatan produksi. Ia menyebut implementasi belum dilakukan menyeluruh dan masih bersifat parsial.
Contohnya, ada perusahaan makanan dan minuman yang hanya menerapkan teknologi industri 4.0 pada sistem logistiknya. Ada pula yang hanya mengimplementasikannya di sistem produksi.