Gamma Knife, Metode Untuk Mengatasi Tumor Otak tanpa Bedah
Teknologi kedokteran terus berkembang. Kini kelainan di otak dan tulang belakang, termasuk tumor, bisa diatasi tanpa bedah, lebih akurat, dan proses pemulihan lebih cepat.
JAKARTA, KOMPAS—Alat Gamma Knife Perfexion atau metode noninvasif untuk mengobati kelainan di otak dan tulang belakang, termasuk tumor, mulai dioperasikan di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dengan teknologi itu, tindakan dilakukan tanpa operasi, lebih akurat, dan pemulihan lebih cepat, sehingga antrean pasien tumor otak dipersingkat.
Direktur Utama RS Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Czeresna Heriawan Soejono, mengungkapkan hal itu, saat peluncuran awal Pusat Rujukan Pelayanan Gamma Knife RS Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM), Senin (28/5/2018). RSCM menjadi rumah sakit pemerintah pertama di Indonesia yang memiliki alat Gamma Knife.
Czeresna memaparkan, dalam beberapa tahun terakhir jumlah pasien kanker di RSCM maupun rumah sakit lain terus meningkat. Jika dulu kanker menempati urutan ke-8 penyakit terbanyak ditangani di RSCM, kini naik jadi dua besar penyakit terbanyak. Jumlah pasien tumor otak yang butuh tindakan pun meningkat. Kebutuhan layanan dan ketersediaan sumber daya tak sesuai. Jika pasien tak segera ditangani, maka akan terlambat, sehingga kondisi penyakitnya kian buruk.
“Antreannya itu lho, panjang banget, bisa sampai enam bulan untuk pasien tumor otak. Di masa 6-12 bulan ke depan alat Gamma Knife ini diharapkan bisa memperpendek antrean pasien dari enam bulan hingga hanya sebulan,” ujar Czeresna.
Antreannya itu lho, panjang banget, bisa sampai enam bulan untuk pasien tumor otak. Di masa 6-12 bulan ke depan alat Gamma Knife ini diharapkan bisa memperpendek antrean pasien dari enam bulan hingga hanya sebulan.
Dengan Gamm Knife, saat ini proses terapi lebih singkat dan masa pemulihan pascaoperasi lebih cepat, cukup sehari setelah itu pasien bisa beraktivitas seperti biasa. Artinya, penggunaan ruang perawatan di RS berkurang.
Gamma Knife Radiosurgery merupakan metode noninvasif atau tanpa bedah untuk mengobati gangguan saraf di kepala dan leher. Alat ini memakai radiasi sinar gamma dari 192 sumber Co-60 (Cobalt) yang difokuskan ke lokasi tumor atau kelainan otak lain dengan tingkat presisi dan akurasi amat tinggi. Tingkat akurasi radiologis rata-rata alat ini 0,15 milimeter.
Penggunaan radiasi gamma yang terfokuskan ini bertujuan untuk merusak atau mengganggu kelainan otak. Itu bisa dilakukan tanpa ikut merusak jaringan saraf di sekitarnya.
Kuota pasien
Kepala Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Setyo Widi Nugroho, menjelaskan, berdasarkan izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Pusat Rujukan Layanan Gamma Knife RSCM mendapat izin untuk melakukan terapi pada maksimal empat pasien sehari. Ke depan, jika sudah dievaluasi Bapeten, RSCM ingin mengajukan penambahan maksimal pasien yang ditangani dalam sehari.
Alat Gamma Knife bermanfaat untuk pengobatan berbagai jenis kelainan pada otak dan tulang belakang di leher bagian atas (nomor 1-2) seperti tumor jinak atau ganas (primer atau metastasis), pembuluh darah. Alat itu juga bisa digunakan untuk mengatasi kelainan fungsional seperti nyeri saraf trigeminal yang bertanggung jawab terhadap sensasi di wajah (trigenial neuralgia).
“Lebih dari 100 orang pasien sudah antre mendapat tindakan, sebagian besar kasus tumor. Selain itu, ada kasus malformasi arteri-vena (AVM),” kata Widi.
Lebih dari 100 orang pasien sudah antre mendapat tindakan, sebagian besar kasus tumor. Selain itu, ada kasus malformasi arteri-vena (AVM).
Keuntungan yang akan didapat pasien ketika diterapi dengan Gamma Knife ialah proses tindakan relatif singkat (30 menit-1 jam), tingkat akurasi tinggi, efek samping yang minimal, dan proses pemulihan yang cepat, hanya sekitar satu hari. Pada sebagian kasus di luar negeri, pasien justru tidak perlu perawatan setelah tindakan medis itu.
Paparan sinar Gamma yang melintas di otak dinilai tidak berbahaya sebab dosis terbesar radiasi akan terfokus pada tumor. Jaringan sekitar tumor yang berjarak 0,15 saja tidak akan terkena paparan sinar. Ini berbeda dengan radiasi konvensional yang mengenai seluruh bagian kepala. Yang paling sulit dari proses ini adalah menentukan batas tepi tumor yang akan disinari.
Widi mencontohkan, pada kasus vestibular schwanomma tumor yang mengenai saraf keseimbangan hingga menekan ringan batang otak tanpa gejala klinis tertentu. Jika pasien kasus vestibular schwanomma dioperasi, maka akan memiliki risiko lumpuh, cedera pada saraf nomor 7 yang mempersarafi wajah. Kadang masih muncul defisit neurologis pada pasien. Masa pemulihan pasca operasi pun bisa sampai dua minggu.
Jika dilakukan dengan Gamma Knife, proses terapi bisa cepat, efek sampingnya minimal, dan proses pemulihan yang sangat singkat. Kualitas hidup pasien pun tetap terjaga.
Meski memberikan hasil lebih baik dibandingkan operasi, Gamma Knife memiliki keterbatasan, yakni hanya bisa dilakukan untuk tumor yang volumenya tidak lebih dari 30 sentimeter kubik (cc) atau 3,5 sentimeter (cm).
Saat ini, di dunia Gamma Knife sedang dikembangkan untuk bisa mengobati tumor yang volumenya lebih besar dari 3,5 sentimeter dengan fraksinasi. Melalui cara ini tumor akan dikecilkan terlebih dulu sebelum akhirnya diatasi oleh Gamma Knife. Selain itu, Gamma Knife dikembangkan untuk mengatasi penyakit epilepsi dan parkinson.
Di wilayah Asia Tenggara, Indonesia termasuk tertinggal dalam layanan Gamma Knife. Teknologi ini sudah ada sejak tahun 1960-an. Negara tetangga, yaitu Singapura, memiliki alat ini sejak 1996-1997. Selain itu, Malaysia, Vietnam, dan Filipina telah memiliki alat ini. Semuanya berada di rumah sakit pemerintah. Di Indonesia, alat Gamma Knife pertama kali dimiliki oleh RS Siloam Lippo Village.
“Saya belajar Gamma Knife ini sejak 1998 dan baru setelah 20 tahun kemudian alatnya ada di RSCM,” kata Widi.
RSCM merencanakan untuk memiliki Gamma Knife sejak lima tahun lalu. Investasi Rp 50 miliar dikeluarkan untuk membeli alat Gamma Knife. Di luar itu, investasi sarana penunjang termasuk sumber daya manusia juga dilakukan. Saat ini dokter spesialis bedah saraf dan spesialis radiasi onkologi merupakan dokter utama yang mengoperasikan Gamma Knife.
Saat ini RSCM-FKUI sedang mengurus agar layanan Gamma Knife bisa masuk menjadi paket manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Berdasarkan perhitungan RSCM, paket dasar untuk terapi Gamma Knife sebesar Rp 135 juta. Sementara pada kasus tumor otak yang lama operasinya bisa lebih dari lima jam biayanya sekitar Rp 200 juta.