JAKARTA, KOMPAS — Pasca-serangkaian pencurian koper penumpang pesawat oleh remaja pelajar SMP bukan penumpang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, sejumlah kebijakan baru dilakukan untuk memperketat mata rantai penanganan penumpang. Manajemen bandara berbenah.
Komisaris Utama Angkasa Pura II Rhenald Kasali yang juga Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia, Minggu (27/5/2018), mengatakan, sejak penangkapan tersebut, berbagai kebijakan pengetatan diterapkan pada mata rantai penanganan koper penumpang di Bandara Soekarno-Hatta.
Berbagai langkah itu adalah menghubungkan secara langsung laporan yang masuk ke maskapai ke pihak bandara, penambahan petugas bandara di pintu keluar, pemeriksaan acak pada nomor seri bagasi yang dibawa keluar, serta setiap orang masuk dari pintu kedatangan dengan alasan mengambil bagasi tertinggal, harus disertai dengan boarding pass dan KTP.
”Jadi bisa terlacak identitasnya nanti kalau ada apa-apa,” kata Rhenald.
Diharapkan ada pemeriksaan bagasi yang keluar.
Menurut Rhenald, selama ini mata rantai penanganan bagasi cukup panjang dan masih ada beberapa celah kelengahan. Laporan kehilangan bagasi, salah satunya, biasanya terhenti pada pihak maskapai tanpa diteruskan ke pihak bandara.
Hal itu karena pihak maskapai biasanya menduga bagasi penumpang itu tertukar dengan penumpang lain, terbawa penumpang lain, atau terangkut penerbangan lain. Akibatnya, pihak maskapai akan menunggu hingga beberapa hari guna memastikannya.
Keterhubungan laporan di pihak maskapai ke bandara merupakan konsep smart airport, yaitu laporan dari maskapai nantinya akan terhubung otomatis ke pihak bandara sehingga pencurian bisa lebih cepat diketahui.
”Setelah kejadian itu, kami langsung rapat untuk pengamanan. Laporan terhubung ini sementara secara lisan dulu, nantinya akan dilakukan penyambungan teknis,” ujarnya.
Munculnya kasus
Kasus pencurian sepuluh koper di Bandara Soekarno-Hatta terungkap sekitar 48 jam setelah sempat viral dari unggahan penumpang pesawat Garuda yang kehilangan kopernya. Penelusuran dilakukan dengan kamera pemantau (CCTV) hingga mobil yang dibawa tersangka, MDv (15 tahun). Polisi juga memeriksa kamera pemantau di pintu-pintu tol.
”Saat itu pelaku memakai nomor polisi yang berbeda. Kami melakukan pemeriksaan dengan berbagai kemungkinan dari jenis mobil hingga akhirnya bertemu di rumahnya,” kata Kepala Polres Bandara Soekarno-Hatta Ajun Komisaris Besar Viktor Togi Tambunan, Minggu (27/5/2018).
Berdasarkan penyelidikan Kepolisian Resor Bandara Soekarno-Hatta, MDv, pelajar kelas 3 SMP yang tinggal di Tangerang itu, diketahui sudah mengambil sepuluh koper dalam lima kali aksi. Ia lolos dari pemeriksaan petugas dengan tas curian hanya dengan berpura-pura sebagai penumpang yang ketinggalan koper.
Setelah berhasil masuk dari pintu kedatangan, MDv mengambil koper dari ban berjalan. Ia berulang kali beraksi mulus tanpa ketahuan karena tak pernah diperiksa petugas, baik dari boarding pass maupun pada nomor bagasi yang ia bawa.
”Dia masuk dari pintu kedatangan dengan sudah membawa koper serta semacam berkas di tangannya. Jadi terlihat seperti penumpang yang baru saja datang,” kata Viktor.
MDv ditangkap di rumahnya di Tigaraksa, Tangerang, dengan sepuluh koper curiannya, Sabtu (26/5/2018). Itu semata-mata karena kegemarannya mengoleksi koper tanpa maksud menjual demi keuntungan. Di rumahnya, koper-koper curian itu ditumpuk. Isi koper dikoleksi.
Menurut Rhenald, seluruh bandara internasional di dunia sudah tidak lagi melakukan pemeriksaan nomor bagasi dengan nomor di boarding pass yang dibawa penumpang keluar. Dengan puluhan juta penumpang per tahun, kebijakan itu dimaksudkan menghindari kepadatan penumpang atau antrean di pintu keluar.
”Dengan adanya kejadian, sebenarnya diharapkan ada pemeriksaan bagasi yang keluar. Namun juga dikhawatirkan akan menimbulkan antrean arus keluar sehingga dilakukan pemeriksaan acak,” kata Rhenald.
Rhenald mengingatkan penumpang untuk melakukan antisipasi sendiri. Saat membawa tas mewah atau barang berharga, penumpang diingatkan agar mengasuransikannya. Hal ini penting guna mencegah kerugian karena ganti rugi dari pihak maskapai biasanya tak setinggi harga koper mewah atau barang berharga yang dibawa.
Keamanan baik
Rhenald mengatakan, terungkapnya kejadian ini dalam waktu singkat menunjukkan keamanaan yang baik di Bandara Soekarno-Hatta. ”Koordinasi keamanan sangat bagus dan CCTV banyak dan canggih sehingga bisa langsung ketahuan,” katanya.
Ribuan CCTV di Bandara Soekarno-Hatta dilengkapi sistem yang bisa mengenali seseorang sampai ke rahang. Selain itu, terdapat berbagai sensor, mulai dari sensor suhu, gerak, cahaya, dan warna. Kecanggihan kamera pengawas ini bisa membedakan binatang dari manusia, jumlah individu di suatu lokasi, serta mengenali keributan dengan cepat.
Kehilangan koper kerap terjadi di bandara-bandara di dunia. Di Bandara JFK di Amerika Serikat, konon sekitar 200 koper hilang dalam sehari. Di Bandara Soekarno-Hatta, selama ini belum diketahui rata-rata jumlah kehilangan koper dalam sehari karena laporan kehilangan biasanya terhenti di pihak maskapai.