Warga di Bantaran Kali Ciliwung Masih Bertahan meski Sering Kebanjiran
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga di bantaran Kali Ciliwung masih enggan pindah tempat tinggal meskipun sering terkena banjir. Mereka memilih bertahan tinggal di rumah semipermanen.
Salah satu wilayah yang sering kebanjiran adalah RW 004 dan 005 Kebon Pala II, Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Pada Minggu (20/5/2018) hingga Senin (21/5/2018), air setinggi 1,5 meter menggenangi rumah mereka. Pada Selasa (22/5/2018), banjir telah surut dan warga dapat beraktivitas kembali.
Leni (33), warga RW 004, mengatakan, banjir tersebut terjadi akibat luapan Kali Ciliwung. ”Tiap tahun sering terjadi banjir kiriman dari Bogor, Jawa Barat,” ujarnya.
Setiap lima tahun sekali, mereka mengalami banjir setinggi lebih dari 3 meter. Meskipun sering mengalami banjir, mereka enggan pindah tempat tinggal.
Mereka memilih membangun rumah semipermanen dengan susun dua tingkat. Lantai dua digunakan untuk mengungsi ketika terjadi banjir. Selama belum terjadi banjir besar, warga enggan mengungsi ke tempat lain.
Irma (39), warga RW 005, mengatakan, ketika banjir besar, sejumlah rumah roboh. Oleh karena itu, mereka hanya membangun rumah semipermanen dengan dinding tripleks. ”Kami tidak membuat rumah permanen karena suatu saat pasti akan digusur,” katanya.
Ia mengakui, rumahnya tidak memiliki sertifikat hak milik (SHM). Namun, ia rutin membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) setiap tahun. Irma enggan pindah tempat tinggal karena jarak sekolah kedua anaknya dekat dengan rumahnya.
Menurut penuturan beberapa warga, pemerintah telah mewacanakan untuk menormalisasi Kali Ciliwung seperti yang dilakukan di sisi seberang Jalan Kebon Pala II, yaitu di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Namun, wacana tersebut belum terealisasi hingga sekarang.