Mancing Dulu, Buka Puasa Kemudian
Bertepatan dengan sudah dimulainya bulan penuh rahmat, akhir pekan ini terasa lebih istimewa. Saatnya menikmati waktu senggang dengan orang terdekat, beribadah dan berbuka puasa bersama. Coba mampir ke dua tempat di Tangerang Selatan ini untuk berbuka ramai-ramai.
Suasana restoran yang nyaman, elegan, dan tawaran menu-menu lezat, salah satunya disuguhkan Restoran Kayu Kayu di Jalan Jalur Sutera Kavling 28a, Pakualam, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten.
Restoran yang termasuk grup usaha Kosenda Hotel Jakarta ini sudah buka sejak sembilan bulan lalu. "Restoran kami mengusung tema alam yang memadukan antara unsur klasik dan modern," kata Manager Restoran Kayu Kayu Alam Sutera, Fajar Dwi Purnama, Kamis (17/5).
Tema alam diambil sesuai dengan kepedulian pemilik Kosenda terhadap alam dan tetumbuhan. "Konsep kami ini antimainstream, out of the box. Dalam restoran ada tanaman (hidup). Ini akan membuat tamu lebih rileks saat menikmati makanan," kata Fajar.
Suasana menjadi semakin sempurna dengan iringan lagu-lagu lawas. Sebagian interior restoran ini terbuat dari kayu. Mulai dari meja, lantai hingga lampu gantung dan berbagai pernak pernik interior lainnya. Di bagian luar, pengunjung disambut tumpukan balok kayu segiempat yang ditata sedemikian rupa memenuhi atap bangunan.
Berada di tempat ini, seolah berasa sedang bersantap di tengah hutan tropis. Pada beberapa sudut terdapat tetumbuhan hidup. Di kiri kanan pohon terdapat dua tangga besar yang menghubungkan antara lantai atas dan lantai bawah.
Unsur besi baja pada sebagian kusen, peralatan makan, sebagian kursi dan meja, serta penyajian dan kemasan masakan tradisional membuat semuanya tampak makin kokoh sekaligus bersih dan modern.
Instragramable
Menikmati kuliner jaman kekinian, tidak lengkap tanpa jepret sana dan sini. Di Restoran Kayu Kayu ini menawarkan tempat-tempat tertentu untuk berswafoto yang "instagramable".
Salah satu terfavorit adalah pohon di tengah restoran. Pohon yang menjulang berada di tengah bangunan berbentuk hangar ini dengan tangga di kiri kanan tadi. Kamis (17/5/2018), sekelompok ibu muda mengenakan seragam atasan putih dipadukan bawahan jins asik berfoto di sana. Kolam kecil yang mengeliligi pohon turut menjadi pilihan latar berfoto sendiri maupun bersama.
Puas menikmati suasana restoran yang keren ini, giliran mencicipi masakannya.
“Menu masakan di sini otentik Indonesia,” kata Fajar.
Yang suka ikan, pilih Bandeng Bakar Sambal Matah. Daging bandeng tanpa tulang itu sangat terasa bumbunya dilengkapi irisan bawang merah dan cabai rawit plus air perasan jeruk. Padukan makanan ini dengan tumis jantung pisang yang terasa segar.
Jika ingin mencicipi ayam, cobalah Ayam Panggang K2. Ada juga Ayam Saus Mangga dengan perpaduan rasa asam, manis, pedas. Menu lain, ada Nasi Goreng NKRI yang hadir dengan bermacam topping di atasnya.
Kudapan yang menarik antara lain pisang goreng tanpa bungkus tepung. Krim putih agak kental yang terasa susunya tapi tak terlalu manis menjadi teman duet pisang goreng. Minuman yang berbeda dan kekinian segar nikmat ada Energy Punch dan Ice Pandan Tea.
Sembari menunggu makanan atau sesuai bersantap, pengunjung bisa melihat-lihat atau membeli berbagai produk kayu untuk perlengkapan rumah tangga di Ethnicraft Indonesia, persis di samping restoran ini.
Pedesaan
Lepaskan pandangan. Ada angsa di antara kolam ikan dan pemancingan. Kicauan burung memecah kesunyian. Menggenapi terwujudnya suasana pedesaan yang banyak diimpikan kaum urban.
Masakan khas Sunda dan Betawi menjadi menu utama yang diusung Tirtonadi. Ikan Gurame, Bawal, Patin, Mas, Mujair, dan Nila dimasak dengan berbagai bumbu menjelma menjadi pecak, ikan bakar, pepes, ikan goreng, atau rasa saos asam manis yang lezat. Tumis kangkung cabe hijau atau polos, tauge jambal, lalapan, dan lainnya pas mengimbangi nasi dan olahan ikan. Sambal tentunya tetap menjadi primadona yang dicari pelanggan.
Selalu ada alunan seruling dan musik khas Sunda yang seketika membuat pengunjung merasa santai. Diam-diam, rasa senang merasuki. Apalagi di sini bisa bebas memacing dan belajar menembak.
Heni Apriyani bersama suami, warga Cengkareng sengaja membawa putera kesayangannya, Aldo (10) ke Tirtonadi, Jumat sore. "Kami tahu tempat ini dari Google. Pekan lalu, kami ke sini dapat 12 ekor ikan mas dan bawal. Hari ini balik lagi untuk berbuka puasa di sini," kata Heni sembari tiduran dalam saung menunggu anaknya memancing.
Pemancingan
Pengelola Tirtonadi kini dipegang Muhammad Firdaus (25). Dia generasi kedua yang melanjutkan usaha orangtuanya Dadih (54) dan Sakdiah (46). Lulusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sudirman, Purwokerto, Jawa Tengah ini mengatakan, tempat ini seluas 1 hektar. Lahan sawah tadah hujan itu sempat ditanami padi dengan panen sekali dalam setahun. Dadih lantas membuat dua kolam ikan tahun 1987. Ada lele, gurame, mujair, dan ikan mas dicampur dalam dua kolam itu.
Tahun 1990, peminat kolam pemancingan yang kala itu diberi nama Nyiur Melambai bertambah. Tahun 2000, total ada 14 kolam pemancingan di sana. Namun, tahun 2002 usaha itu gulung tikar setelah dilanda banjir.
Selanjutnya, tahun 2003, Dadih kembali membuka usaha pemancingan dengan modifikasi. Berdirilah Taman Rekreasi Pemancingan dan Rumah Makan Tirtonadi. Kini ada 21 saung dengan kapasitas 200 orang.
“Ayah mendirikan rumah makan dan tempat wisata ini bermula dari pemikiran orang tidak perlu jauh-jauh ke Puncak untuk menikmati alam pedesaan di tengah perkotaan,” kata Firdaus.
Di Tirtonadi, pengunjung bisa menyewa alat pancing dan umpan. Mereka juga bisa membawa pulang hasil dari memancing. Atau dapat meminta ikan diolah oleh juru masak di sana.
Jika ikan segar dibawa pulang, untuk Patin, Mujair, dan Nila Rp 35.000 per kg. Gurame Rp 62.000 per kg. Bawal Rp 37.000 per kg dan ikan Mas Rp 40.000 per kg.
Jika ikan hasil memancing diolah di tempat, harga per paket untuk empat orang untuk bawal goreng Rp 139.000. Yang termahal Gurame bumbu sate Rp 179.000 per paket. Paket terdiri dari ikan, nasi bakul, sambal, lalapan, dan teh tawar. Porsinya terbilang besar, untuk lima-enam orang pun cukup.
Paket Ramadhan
Di Restoran Kayu-Kayu, ada paket buffet selama Ramadhan dengan menu utama Nasi Kebuli dibanderol Rp 150.000 per orang. Restoran berkapasitas 350 orang ini buka pukul 07.00-22.00.
"Menu buka puasa ini berganti setiap hari, kecuali makanan utama, Nasi Kebuli. Ada makanan pembuka seperti kolak, kurma, beragam es," jelas Fajar.
Di Tirtonadi, paket Ramdahan tak jauh berbeda dari paket biasa. "Hanya ditambah ta\'jil untuk berbuka puasa," kata Firdaus.
Pada hari biasa, Tirtonadi buka pukul 09.00-22.00. Selama puasa, tempat ini buka pukul 14.00 untuk pemancingan dan pesan makanan mulai pukul 16.00.
Jadi sore nanti, memancinglah dulu, baru buka puasa kemudian.