Penderita Hipertensi Tidak Sadar Kondisinya
JAKARTA, KOMPAS – Sebagian masyarakat tak mengetahui kondisi tekanan darahnya. Separuh dari mereka yang mengetahui dirinya hipertensi pun tidak berbuat apa-apa untuk mengontrol tekanan darahnya.
Padahal, hipertensi dan komplikasinya menjadi penyebab kematian nomor lima di Indonesia. Pola hidup sehat dan pengobatan merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk mengontrol tekanan darah.
Demikian pesan penting dari temu media dalam rangka memeringati Hari Hipertensi Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (16/05/2018). Hari Hipertensi Sedunia diperingati setiap tanggal 17 Mei setiap tahun.
Prof Suhardjono, konsultan ginjal hipertensi, yang juga mewakili Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PB PAPDI) mengatakan, di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, banyak pasien dengan penyakit yang sudah berat hingga memerlukan tindakan cangkok ginjal atau by pass jantung. Itu disebabkan hipertensi dan diabetes melitus.
Ketika sudah parah, penanganan penyakit kian kompleks dan membutuhkan biaya amat besar. Biaya cangkok ginjal, misalnya, bisa mencapai Rp 350-Rp 400 juta. Tidak hanya beban kesehatan dan sosial bagi pasien dan keluarganya, penyakit berat seperti itu membebani pembiayaan kesehatan negara.
Biaya total penanganan penyakit kardiometabolik pada tahun 2014-2016 mencapai Rp 36,3 triliun atau 28 persen dari biaya total pelayanan kesehatan rujukan. Peringkat pertama diduduki hipertensi dengan jumlah biaya Rp 12,1 triliun, disusul dengan diabetes melitus (Rp 9,2 triliun), penyakit jantung koroner Rp 7,9 triliun, dan gagal ginjal kronis Rp 6,8 triliun.
Wakil Ketua Umum Indonesian Society of Hypertension (InaSH) Tunggul Situmorang menambahkan, data registrasi penyakit ginjal (renal registry) tahun 2015 menunjukkan, penyebab utama cuci darah ialah hipertensi (35 persen) dan diabetes melitus (25 persen).
Sayangnya, sebagian masyarakat tidak mengetahui kondisi tekanan darahnya. Mereka yang mengetahui dirinya hipertensi pun tidak berupaya mengontrol tekanan darahnya dengan mengubah pola hidup maupun meminum obat teratur. “Semua pasien penyakit kronis harus minum obat teratur setiap hari agar penyakitnya terkontrol,” kata Suhardjono.
Semua pasien penyakit kronis harus minum obat teratur setiap hari agar penyakitnya terkontrol.
Tidak ada gejala
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Cut Putri Arianie, menuturkan, hipertensi dikenal juga dengan pembunuh senyap (the Silent Killer). Sebab, penyakit itu seringkali tidak menimbulkan gejala atau keluhan pada penderita sehingga kerap tidak terdiagnosis sejak awal. Hipertensi baru diketahui setelah menimbulkan komplikasi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menunjukkan, sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Jumlah itu terus meningkat hingga tahun 2025 diperkirakan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.
Selain itu, diperkirakan 18 persen dari jumlah total kematian (9,4 juta jiwa) di dunia disebabkan hipertensi dan komplikasinya. Di negara dengan perekonomian yang berkembang pesat seperti China, India, dan Indonesia, peningkatan jumlah penderita hipertensi berlangsung cepat.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 memperlihatkan penurunan kejadian hipertensi dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Penurunan ini diduga karena berbagai macam sebab, mulai dari alat pengukur tensi berbeda sampai kemungkinan kesadaran warga untuk berobat ke fasilitas kesehatan yang sudah terbangun.
Akan tetapi, hasil Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) 2016 justru menunjukkan, prevalensi hipertensi 32,4 persen walau kepatuhan minum obat meningkat dari 0,7 persen tahun 2013 menjadi 3,9 persen di tahun 2016.
Bisa dicegah
Cut mengatakan, sebenarnya hipertensi dapat dicegah dan dikontrol dengan menerapkan pola hidup sehat seperti tidak merokok, banyak makan buah dan sayur, menjaga berat badan, berolah raga teratur, batasi asupan garam maksimal satu sendok teh sehari. Sementara penderita hipertensi dianjurkan minum obat secara teratur, menjalani pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan urin, secara rutin.
Sementara Suhardjono mengimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap garam tersembunyi. Jadi, garam tersembunyi adalah garam yang terkandung dalam makanan olahan, bukan hanya garam yang kita tambahkan dalam makanan. Penurunan tekanan darah 2 mmHg saja bisa menurunkan risiko terkena penyakit jantung iskemik 7 persen dan stroke 10 persen.
Tunggul menambahkan, pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dengan duduk rileks di rumah pada pagi hari sebelum makan, sebelum minum obat, dan sesudah buang air kecil. Pemeriksaan tekanan darah itu sebaiknya dilakukan 2-3 kali dengan interval satu menit.
Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80 mmHg, tekanan darah prahipertensi 120/80-139/89 mmHg, hipertensi tingkat 1 adalah 140/90-159/99 mmHg, dan hipertensi tingkat 2 di atas 159/99 mmHg.