”Mama itu lampu. Enggak ada mama, semuanya redup. Saya juga enggak tahu bagaimana lagi,” ujar Melisa Saraswati mengenang ibunya, Fransisca Eddy Handoko, yang menjadi salah satu korban teror bom di Surabaya, Jawa Timur.
Melisa tak henti meneteskan air mata ketika jenazah Fransisca tiba di Rumah Duka Golden Gate, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (15/5/2018) pukul 18.15. Mendung menitikkan gerimis malam, seperti hatinya yang kelabu. Belasan karangan bunga berisi ucapan belasungkawa berjejer di rumah duka.
Keluarga dan kerabat berkumpul menanti jenazah yang didatangkan dari Surabaya pada pukul 10.45. Jenazah dibawa menggunakan pesawat terbang ke Semarang sebelum diantar dengan ambulans dengan pengawalan polisi ke Cirebon.
Tidak ada yang menyangka, kepergian perempuan usia 56 tahun itu ke Surabaya adalah kepergian untuk selamanya. Pemilik Oemah Batik Cirebon tersebut berangkat ke Surabaya dalam rangka mengikuti pameran sejak Selasa (8/5/2018). Fransisca memang dikenal mencintai batik Cirebon dan tidak henti melestarikannya.
Namun, ketika menjalankan ibadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Minggu, bom meledak. YF (18) dan adiknya, FH (16), meledakkan diri di gereja itu dan mengakibatkan tiga orang meninggal, termasuk Fransisca.
Selang beberapa menit, ledakan juga terjadi di Gereja Pantekosta Pusat dan Gereja Kristen Indonesia, Surabaya. Setidaknya 13 orang tewas dan 43 orang luka-luka dalam kejadian itu, termasuk enam pelaku bom bunuh diri yang masih satu keluarga.
”Tidak ada firasat apa pun. Saya di sana (Surabaya) bersama almarhumah untuk pameran. Sama sekali tidak ada keanehan, gejala, aba-aba. Almarhumah tetap ceria, semangat bekerja, dan ulet,” ujar Tirta, keluarga Fransisca.
Tidak ada dendam
Fransisca meninggalkan seorang suami, Oki Budianto Suriadi, serta tiga anak. ”Kaget sudah pasti. Mungkin ini memang jalan-Nya. Biarkan mama sekarang tenang. Minta doanya saja,” ujar Melisa dengan suara gemetar.
Saya juga enggak dendam dengan apa pun itu yang sudah membuat mama begitu.
Dia meminta kepada siapa pun yang mengenal almarhumah agar memaafkan yang bersangkutan. Ketika ditanya harapannya terhadap pemerintah atas kejadian teror itu, Melisa memohon doa agar ibunya tenang.
”Saya juga enggak dendam dengan apa pun itu yang sudah membuat mama begitu. Mama adalah inspirasi kami,” ujar Melisa yang tak dapat berbicara banyak karena masih dirundung duka. Menurut rencana, almarhumah akan dikebumikan pada Kamis (17/5/2018) pukul 10.00 di Sasono Mulyo.
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Kabupaten Cirebon Wawan Arwani mengatakan, aksi teror di Jatim mencederai norma agama dan sama sekali bukan ajaran Islam. ”Apa pun motifnya, teror bom bunuh diri bertentangan dengan agama apa pun,” ujar Wawan.
Pihaknya mendesak dan mendukung polisi untuk mengusut teror bom hingga ke akar-akarnya. FKUB, katanya, juga akan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait bahayanya dan bom bunuh diri yang terlarang.