logo Kompas.id
UtamaPerkawinan Anak Semakin...
Iklan

Perkawinan Anak Semakin Kompleks

Oleh
Sonya Hellen Sinombor
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/c3FArr2erPkXBnpT53HUW91M-CU=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2F20180513sona.jpg
KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR

Perkawinan anak berdampak besar bagi perempuan, seperti yang dialami Hasnawati (40) warga Desa Kalumammang , Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang menikah selepas Sekolah Dasar. Karena tidak bersekolah, dia menjadi petani demi membantu ekonomi keluarga. Bahkan, setiap hari dia keluar masuk hutan berjalan kaki satu jam, mencari kayu bakar dan rumput untuk makanan ternak, seperti dalam foto, Rabu (9/5/2018).

POLEWALI, KOMPAS - Kendati sejak tahun lalu pemerintah dan organisasi masyarakat sipil gencar melakukan kampanye dan gerakan stop perkawinan anak, di sejumlah daerah praktik perkawinan anak masih saja berlangsung. Di Provinsi Sulawesi Barat, yang merupakan daerah yang paling tinggi angka perkawinan di tingkat nasional, perkawinan anak terjadi karena sejumlah faktor.

Pekan lalu, saat Kompas mengunjungi beberapa desa di Polewali Mandar, ditemukan persoalan perkawinan anak di daerah sangat kompleks. Selain dilatarbelakangi faktor kemiskinan, norma sosial, dan budaya, perkawinan anak juga tetap terjadi karena kegagapan merespons dinamika media informasi. Literasi media minim.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000