JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pemuda merespons aksi teror yang mengguncang Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) pagi, dengan mengadakan aksi solidaritas untuk korban bom. Mereka mengajak masyarakat untuk tetap bersatu melawan terorisme.
Di Taman Suropati, Jakarta, sekitar 50 pemuda dari Forum Temu Kebangsaan Orang Muda menggelar aksi solidaritas pada Minggu malam selama sekitar 1 jam. Mereka membentuk lingkaran besar untuk menyampaikan belasungkawa kepada korban dan keluarga korban. Mengenakan ikat kepala merah putih, mereka membaca doa, puisi, dan menyanyikan ”Indonesia Raya”.
Forum tersebut merupakan wadah pertemuan yang terdiri atas lima lembaga lintas agama, yakni Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), Jaringan Gusdurian, Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI), Biro Pemuda dan Remaja Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (BPR PGI), serta Dewan Pengurus Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu (DPN Peradah).
Sari Wijaya (26), koordinator lapangan aksi solidaritas itu, menyampaikan, Forum Temu Kebangsaan Orang Muda mengecam tindakan pengeboman di tiga gereja di Surabaya dan aksi teror di mana pun. Sebab, aksi teror mengancam bisa memecah belah keutuhan bangsa.
Mereka mengimbau agar masyarakat tidak menyebarkan foto ataupun video kejadian lewat media sosial. ”Itu sebagai bentuk penghormatan kepada para korban,” ujar Sari, yang tergabung dalam Jaringan Gusdurian.
Selanjutnya, Forum Temu Kebangsaan Orang Muda juga mengimbau masyarakat, dalam menyikapi kasus ini, agar tidak bereaksi dengan cara negatif. Masyarakat diminta memperkuat solidaritas dan membuktikan bahwa mereka tidak takut melawan aksi terorisme agar tidak ada perpecahan di Tanah Air.
”Pemuda dan masyarakat harus bisa merekatkan puing-puing yang diakibatkan aksi teror ini dengan cara damai. Jangan sampai (pemuda dan masyarakat) malah meretakkan persatuan di Indonesia (dengan reaksi negatif),” kata Sari.
Kepala Biro Pemuda dan Remaja PGI Abdiel Fortunatus Tanias mengatakan, aksi teror di Surabaya bukan hanya masalah agama atau kelompok tertentu, melainkan juga masalah yang harus disikapi bersama-sama oleh seluruh masyarakat Indonesia. ”Melawan terorisme itu tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab kelompok tertentu saja,” ucap Abdiel.
Pemuda dan masyarakat harus bisa merekatkan puing-puing yang diakibatkan aksi teror ini dengan cara damai. Jangan sampai (pemuda dan masyarakat) malah meretakkan persatuan di Indonesia (dengan reaksi negatif).
Forum Temu Kebangsaan Orang Muda juga menuntut aparat negara menyelesaikan kasus di Surabaya dengan sebaik-baiknya. Namun, seluruh kalangan masyarakat, baik dari ras maupun agama apa pun, harus bergandengan tangan memberantas aksi terorisme agar kejadian serupa tidak terulang.
Masyarakat harus sadar bahwa mereka hidup dalam perbedaan. Kita harus buat perubahan bersama-sama agar bisa hidup dengan aman.
”Masyarakat harus sadar bahwa mereka hidup dalam perbedaan. Kita harus buat perubahan bersama-sama agar bisa hidup dengan aman,” kata Abdiel.
Seperti diberitakan, ada tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, yang menjadi sasaran teror bom pada Minggu pagi. Bom pertama diledakkan di depan Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya pukul 07.10. Bom kedua diledakkan di depan Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro pukul 07.30. Adapun bom ketiga diledakkan di depan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.