JAKARTA, KOMPAS -- Puasa terbukti memiliki manfaat luar biasa bagi tubuh. Penelitian terbaru dari Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, Amerika Serikat menemukan puasa bisa meningkatkan kemampuan sel punca beregenerasi.
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Cell Stem Cell pada 3 Mei 2018. Mereka menggunakan eksperimen dengan membandingkan tikus yang tidak diberi makan selama 24 jam dan tikus yang diberi makan. Hasilnya menunjukkan ada perbedaan signifikan di dalam sistem sel puncanya.
"Puasa memiliki banyak manfaat di usus, termasuk meningkatkan kemampuan regenerasi sehingga potensial dalam membantu mengatasi berbagai jenis penyakit yang menyerang usus, seperti infeksi atau kanker," kata Yilmas, yang juga anggota Koch Institute for Integrative Cancer Research, dalam siaran pers dari MIT.
Penelitian ini juga melakukan pengurutan sel punca Ribonucleic acid(RNA) dari tikus yang "puasa" dan menemukan bahwa, sel yang puasa mengalami perubahan metabolisme.
David Sabatini, profesor biologi di MIT yang juga terlibat dalam penelitian ini mengatakan,"Penelitian ini membuktikan bahwa puasa telah mengubah proses metabolisme di dalam sel punca usus, dari yang biasanya menggunakan karbohidrat ke pembakaran lemak."
Menariknya, tambah Sabatin, perubahan ini meningkatkan oksidasi asam lemak secara signifikan. "Dari aspek farmakologi, hal ini dapat memberikan kesempatan pengobatan untuk meningkatkan homeostasis jaringan pada patologi terkait penuaan."
Perubahan ini terjadi melalui aktivasi faktor transkripsi yang disebut Peroxisome proliferator-activated receptors (PPARs), yaitu sistem yang bertanggungjawab mengaktifkan banyak gen yang terlibat dalam metabolisme asam lemak.
Para peneliti kemudian menguji, jika mereka mematikan sistem ini, maka berpuasa tidak bisa lagi meningkatkan regenerasi. Mereka juga menemukan bahwa mereka dapat mereproduksi efek menguntungkan dari puasa dengan memperlakukan tikus dengan molekul yang meniru efek PPARs.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa terapi obat dapat merangsang regenerasi tanpa mengharuskan pasien berpuasa, yang bagi sebagian orang tidak mudah. Satu kelompok yang bisa mendapat manfaat dari perawatan semacam itu adalah pasien kanker yang menerima kemoterapi, yang sering merusak sel-sel usus.
Sistem ini juga bisa memberi peluang bagi orang tua yang mengalami infeksi usus atau gangguan pencernaan lainnya yang dapat merusak lapisan usus. Para peneliti berencana untuk mengeksplorasi keefektifan potensial dari perawatan semacam itu, dan mereka juga berharap untuk mempelajari apakah puasa mempengaruhi kemampuan regeneratif pada sel punca pada jenis jaringan lain.