JAKARTA, KOMPAS — Dilihat dari rasio jumlah penganggur terhadap jumlah lulusan, sekolah menengah kejuruan merupakan yang tertinggi. Untuk mengatasi persoalan ini, siswa SMK perlu ditanamkan semangat wirausaha dan menjalani berbagai program pelatihan untuk mengembangkan kemampuan sesuai bidangnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Agustus 2017, tingkat pengangguran lulusan SMK mencapai 11,41 persen, naik dari periode Agustus 2016 yang sebesar 11,11 persen. Pada periode yang sama, tingkat pengangguran lulusan SMA sebesar 8,29 persen.
Menurut Kepala Subbidang Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan M Widiyanto, salah satu penyebab angka pengangguran semakin naik adalah kurangnya kebutuhan tenaga kerja untuk lulusan SMK.
Karena itu, menanamkan dan mendorong lulusan SMK berwirausaha menjadi hal yang penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.
”Ilmu kewirausahaan sudah masuk kurikulum untuk SMK. Siswa harus siap menghadapi inovasi disrupsi yang terjadi saat ini dengan bekal kemampuan wirausaha dan mengembangkan produk sesuai bidangnya,” ujar Widiyanto di Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Dalam buku Disruption karya Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali, fenoma inovasi disrupsi diartikan sebagai perubahan cara dan fundamental bisnis. Banyak pengusaha menciptakan peluang baru, tetapi menggusur sistem yang lama.
Salah satu contoh disrupsi yang terjadi saat ini adalah jasa transportasi konvensional telah tergantikan dengan jasa transportasi daring. Termasuk juga industri ritel konvensional, hotel, dan travel yang telah mengalami perubahan besar-besaran.
Program pelatihan
Kekhawatiran ini membuat sejumlah pihak menginisiasi program pelatihan untuk siswa SMK, salah satunya Permata Bank yang mengadakan program Permata Youth Preneur 2018.
Kepala Bidang Korporasi Permata Bank Richele Maramis mengatakan, program pelatihan yang akan diadakan selama tiga bulan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa SMK di bidang literasi keuangan, model bisnis, dan teknologi digital. Para peserta akan didampingi oleh fasilitator dan mentor.
Program ini dilaksanakan dalam bentuk simulasi, seminar, diskusi interaktif, pelatihan secara daring dan luring, serta pengembangan produk teknologi finansial hingga wisuda. Selain itu, siswa juga akan mendapat motivasi dan inspirasi kisah sukses dari para pelaku perusahaan rintisan (start up).
Program ini diikuti oleh 30 siswa terpilih yang telah mengikuti proses seleksi dari lima SMK di wilayah Depok, yaitu SMKN 1 Depok, SMK As Syifa, SMK Citra Negara, SMK Taruna Bakti, dan SMK TI Dwiguna. Adapun jurusan yang dikhususkan dalam program pelatihan ini adalah jurusan rekayasa perangkat lunak.
”Kami sengaja mengambil sekolah hanya di satu area, yakni Kota Depok, agar serangkaian program yang dijalankan lebih fokus. Kami juga telah memilih 30 dari 100 siswa di lima sekolah tersebut karena mereka memiliki kelebihan, prestasi, dan komitmen untuk mengembangkan kemampuan di bidangnya,” ujar Richele.
Dalam menjalankan program pelatihan ini, Permata Bank bekerja sama dengan Keboen Coding, Hira Academy, dan pihak sekolah serta mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Salah satu perusahaan rintisan yang akan memberikan simulasi dan pelatihan untuk para peserta adalah Keboen Coding. Perusahaan rintisan yang berlokasi di Depok ini merupakan ruang yang menyediakan sarana bagi para pengembang (developer) perangkat lunak.
”Memang tidak mudah bagi siswa SMK untuk mengembangkan perangkat lunak dan memulai bisnis dalam waktu yang singkat. Tetapi, hal itu bisa sangat mudah jika siswa SMK mengeluarkan usaha dan kemampuan sepuluh kali lipat dari sarjana teknologi informasi,” ujar Co-founder Keboen Coding Windy Hendwiananda.
Membantu masyarakat
Namun, sebelum dilatih mengembangkan perangkat lunak, para peserta diharuskan sudah memiliki gambaran tentang perangkat apa yang akan dikembangkan. Perangkat tersebut akan menjadi sebuah wadah untuk memecahkan dan membantu permasalahan yang ada di masyarakat.
”Terlebih dahulu peserta akan ditanamkan pemahaman soal proses bisnis. Kemudian, peserta harus mencari solusi terhadap permasalahan di masyarakat untuk dituangkan ke dalam sebuah bisnis,” kata CEO Hira Academy Muhammad Maulana.
Salah satu siswa terpilih, Fathurahman Rizky (17), berharap program pelatihan ini dapat mengasah kemampuannya di bidang perangkat lunak.
”Semoga dengan mengikuti program ini, kami bisa membuktikan bahwa lulusan SMK juga bisa berhasil dan sukses sehingga dapat menurunkan angka pengangguran,” ujar siswa SMK 1 Depok ini.