Biarkan Anak-anak Riang
Peluncuran Album 20 Lagu Anak Pilihan Dendang Kencana menjadi penanda untuk membiarkan anak-anak riang dengan lagu-lagu mereka sendiri, bukan dengan lagu-lagu orang dewasa.
Suara tokoh animasi di layar mengumandangkan ajakan "Hai teman-teman, aku mau mengajak teman-teman untuk membaca". Lalu, penyanyi cilik Bahana Wibowo (5) dengan suara lantang menyanyikan salah satu lagu anak dari Album 20 Lagu Anak Pilihan Dendang Kencana berjudul Aku Suka Membaca.
Baca, baca, baca / Baca, baca, baca / Mau banyak tahu, harus banyak baca / Baca, baca, baca / Baca, baca, baca / Aku suka membaca
Lirik lagu sederhana itu tiga kali diulang Bahana dengan nada riang. Ditambah visual animasi karya Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, pesan dari lagu anak tersebut begitu jelas bahwa anak-anak harus rajin membaca.
Keriangan begitu terasa dalam peluncuran Album 20 Lagu Anak Pilihan Dendang Kencana di Plasa Insan Berprestasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, Rabu (2/5/2018).
Elaine Dorothy Setiawan (6), penyanyi cilik lainnya yang mengisi album lagu anak ini, menyanyikan Pagiku dengan diringi penari Namarina. Sementara lagu berkisah soal lebah dinyanyikan Juan Ramones (9), siswa kelas IV SD, dengan diiringi penari lebah yang cantik.
Penyanyi cilik Vanessa Christy Samima memilih Kerlip Bintang, satu dari enam lagu yang dinyanyikannya di album ini. Ada pula gabungan paduan suara dari SD Islam Al Izhar, SD Candle Tree, dan SD Santa Laurensia yang menyajikan tiga lagu berturut-turut. Sekitar 60 anak laki-laki dan perempuan ini menyanyikan lagu Ayo Hemat, Aku Cinta Indonesia, dan Wahai Guru.
Lagu baru anak-anak dalam album yang diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018 ini disambut dengan antusias oleh undangan yang hadir. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, Hilmar Farid, terlihat menikmati lagu anak-anak yang riang dan mendidik.
Para orangtua, kepala sekolah dan guru, para siswa, hingga para guru yang menciptakan lagu dari lomba Dendang Kencana yang digagas Kompas Gramedia pada 2017, ikut tersenyum melihat penampilan penyanyi cilik yang membawakan lagu anak-anak.
"Pemikiran dari lagu ini mendalam dan mengambil tema kehidupan sehari-hari yang diangkat dalam lagu," puji Hilmar.
Hilmar meyakini bahwa seni harus masuk ke sekolah, sebagai implementasi dari diperkuatnya kebudayaan dalam pendidikan. "Kami mau kerja sama agar lagu-lagu anak-anak ini masuk televisi dan radio publik, TVRI dan RRI. Supaya lagu ini bisa ditampilkan terus-menerus. Berharap dari 20 lagu, setidaknya bisa tiga saja diingat anak-anak sampai dewasa dan ke generasi berikutnya," katanya.
Bahkan, Hilmar meminta supaya lagu anak-anak bukan hanya dalam bahasa Indonesia. Lagu anak dalam bahasa daerah juga harus diciptakan agar anak-anak lebih semakin dekat dengan lagu anak-anak.
Menjadi penanda
Perwakilan Kompas Gramedia, Rikard Bagun, mengatakan, peluncuran album ini menjadi penanda untuk membiarkan anak-anak riang dengan lagu-lagu mereka sendiri. Anak-anak telah lama merasakan kelangkaan munculnya lagu anak-anak yang berkualitas.
"Kita disatukan keinginan untuk bisa mendorong pendidikan yang baik. Nyanyian sebagai salah satu alat pendidikan untuk membentuk karakter yang baik," kata Rikard.
Di tahun ini, rangkaian program Dendang Kencana yang memfasilitasi lahirnya lagu-lagu anak dari buah karya para pendidik dilanjutkan dengan Dendang Sejuta Anak.
Lagu anak dengan beragam tema seperti bangun pagi, cinta tanah air, dan menghormati guru, diharapkan dapat semakin disebarluaskan. Keping CD diserahkan kepada sejumlah perwakilan sekolah. Selain itu, lagu-lagu tersebut dapat juga diakses di kanal Youtube Dendang Kencana.
Kompas Gramedia menghidupkan kembali Dendang Kencana, kegiatan kepedulian terhadap anak-anak dan guru melalui lagu. Rangkaian acara yang berada di bawah program Bentara Budaya Jakarta ini terdiri dari lokakarya cipta lagu, lomba cipta lagu, serta lokakarya musik dan vokal yang berujung pada lomba paduan suara anak.
Dendang Kencana awalnya diadakan Penerbit Grasindo pada 1990 dan 1992 bersama pengarang lagu anak AT Mahmud. Sejak 1993, kegiatan ini digelar setiap tahun hingga 1996.
Direktur Program Bentara Budaya Jakarta Frans Sartono mengatakan, Dendang Kencana dimulai lagi pada 2017. Kegiatan ini bekerja sama dengan Kemendikbud.
Percaya diri
Para guru yang berhasil memempersembahkan lagu anak-anak merasa bahagia. Mereka semakin percaya diri untuk menyebarluaskan lagu anak-anak yang baru tersebut.
"Anak-anak di kampung lebih hafal lagu-lagu dangdut yang liriknya cocok untuk orang dewasa. Hal ini karena kesalahan kita juga tidak menyediakan lagu anak-anak yang menarik dan mudah dinyanyikan," kata Isdi Nurjantara (32), guru TK Aba Kalak Hijau di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dia belajar membuat lagu anak setelah ikut lokakarya Dendang Kencana. "Sudah ada album ini, saya jadi percaya diri mengenalkannya ke guru lain," kata Isdi yang hadir di Jakarta.
Sementara Utamaningsih (53), guru musik dan bimbingan konseling di SMP Muhammadiyah Playen, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, yang tidak bisa hadir di Jakarta, merasa senang karena mimpinya bisa terwujud.
"Saya memang senang buat lagu anak-anak. Awalnya hanya lagu untuk anak sendiri, lalu untuk anak didik saya di sekolah. Alhamdullilah, kini saya bisa berbakti untuk negeri dengan menciptakan lagu kerlip Bintang," kata guru yang akrab disapa Bu Uut ini ketika dihubungi dari Jakarta.
Dwi Suryanto (52), guru musik di SMPN 4 Purworejo, Jawa Tengah, juga merasa senang karena dari lokakarya Dendang Kencana tak hanya berhenti di pelatihan. Namun, buah karya guru dibuatkan album yang dapat dipakai sebagai rujukan lagu anak-anak masa kini.
"Punya album ini membuat saya tambah percaya diri, meskipun saya juga sudah menerbitkan sendiri CD. Untuk menguatkan lagu anak-anak memang butuh perjuangan di tengah maraknya lagu orang dewasa yang dinyanyikan anak-anak," kata Dwi.
Lewat dendang Sejuta Anak ingin memberikan kegembiraan pada anak-anak agar berkesempatan mengungkapkan perasaan dan ekspresinya, serta menceritakan dunianya melalui lagu karya para guru tercinta di Dendang Kencana.