”Kompas” dan Universitas Sanata Dharma Bekerja Sama Lawan Hoaks
Oleh
Haris Firdaus
·1 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Harian Kompas kembali menjalin kerja sama dengan pihak lain dalam pemanfaatan platform digital Kompas.id. Pada Jumat (27/4/2018), Kompas meresmikan kerja sama dengan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, terkait pemanfaatan Kompas.id.
Melalui kerja sama itu, Kompas dan Universitas Sanata Dharma (USD) menegaskan komitmen untuk menghadirkan akses informasi tepercaya guna menangkal kabar bohong atau hoaks yang beberapa waktu terakhir marak.
Perjanjian kerja sama itu ditandatangani Direktur Bisnis PT Kompas Media Nusantara Lukas Widjaja dan Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Johanes Eka Priyatma, Jumat (27/4/2018) siang, di kampus USD, Yogyakarta. Melalui kerja sama itu, platform Kompas.id bisa diakses secara gratis oleh komunitas akademis di USD melalui jaringan Wi-Fi di kampus tersebut.
Johanes menyatakan, kerja sama dengan Kompas ini merupakan wujud komitmen USD sebagai lembaga pendidikan tinggi untuk melawan dan menangkal berita-berita hoaks yang beberapa waktu belakangan banyak beredar. Dengan adanya akses gratis terhadap platform Kompas.id, sivitas akademika USD diharapkan bisa mendapatkan informasi-informasi yang tepercaya sehingga tidak ”terjebak” dengan berita-berita hoaks.
”Kerja sama ini salah satunya untuk menangkal berita-berita hoaks. Karena menangkal berita-berita yang tidak benar itu kan bisa dilakukan dengan memberi akses kepada sumber-sumber berita yang dapat dipertanggungjawabkan,” kata Johanes.
Johanes menambahkan, sejak beberapa waktu terakhir, USD memang ingin menjadi perguruan tinggi yang aktif terlibat untuk mengatasi maraknya penyebaran hoaks di Indonesia. Oleh karena itu, saat harian Kompas menawarkan kerja sama dalam pemanfaatan Kompas.id, USD langsung menyambut baik tawaran tersebut.
”Saya tidak tahu apakah ini kebetulan atau tidak, selama setengah tahun terakhir ini, salah satu pergulatan kami adalah bagaimana kampus ini bisa terlibat dalam mengatasi persoalan apa yang disebut dengan hoaks, berita bohong, atau gosip yang tidak jelas juntrungan-nya,” ujar Johanes.
Selama setengah tahun terakhir ini, salah satu pergulatan kami adalah bagaimana kampus ini bisa terlibat dalam mengatasi persoalan apa yang disebut dengan hoaks, berita bohong, atau gosip yang tidak jelas juntrungan-nya.
Menurut Johanes, upaya mengatasi penyebaran hoaks sangat penting untuk dilakukan, khususnya selama satu hingga dua tahun ke depan, karena Indonesia akan menghadapi pemilu serentak pada tahun 2019. Agar Pemilu 2019 bisa berjalan baik, tentu dibutuhkan sumber-sumber informasi tepercaya yang bisa menangkal berita hoaks.
”Harapan kami, kerja sama ini bisa meningkatkan literasi informasi bagi seluruh anggota komunitas akademis di Universitas Sanata Dharma dalam rangka menopang pembangunan demokrasi di Indonesia. Sebab, setahun ke depan, kita akan menghadapi pemilu dan pemilu yang baik dan bertanggung jawab adalah ketika pemilu tersebut ditopang oleh sumber informasi yang baik, akuntabel, dan bisa dipertanggungjawabkan,” kata Johanes.
Sementara itu, Lukas Widjaja menyatakan, melalui kerja sama ini, diharapkan karya-karya jurnalistik yang diproduksi Kompas bisa tersampaikan kepada audiens yang lebih luas. Lukas menambahkan, melalui Kompas.id, para pembaca bisa menikmati karya-karya jurnalistik yang akurat, independen, dan obyektif seperti yang selalu disajikan harian Kompas selama ini.
Lukas juga menyebut, di dalam Kompas.id, karya-karya jurnalistik khas Kompas disajikan dengan cara-cara baru yang memanfaatkan kemajuan teknologi digital. ”Dengan kerja sama ini, kami berharap jurnalisme yang akurat, obyektif, dan independen yang selama ini disampaikan Kompas bisa tersampaikan kepada masyarakat yang lebih luas,” ujarnya.