Risiko Karhutla Selama Asian Games 2018 Diantisipasi
Oleh
Ichwan Susanto
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pelaksanaan Asian Games 2018 pada Agustus 2018 di Palembang, Sumatera Selatan berada saat musim kemarau yang berisiko terjadi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Sejumlah pihak meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kebakaran agar tak berulang di tahun ini.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B Panjaitan, Rabu (25/4/2018) di Jakarta, mengatakan patroli tim terpadu ditingkatkan menjelang pelaksanaan Asian Games 2018 di Palembang. Patroli tidak hanya di wilayah Sumatera Selatan melainkan juga daerah lain. Semisal Riau dan Jambi yang berpotensi mengirimkan asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ke Palembang.
Saat ini pemerintah daerah bisa lebih aktif dalam pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan dengan tambahan dana yang berasal dari Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan Dana Reboisasi (DBHDR). Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230 tahun 2017 memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk membuat program pengendalian karhutla yang berasal dari DBDHDR.
Nominalnya minimal 50 persen dari DBHDR yang diterima daerah. “Dana ini bisa digunakan untuk operasional patroli, personel patrol, dan membantu pembukaan lahan tanpa bakar bagi masyarakat,”kata dia.
Masih terkait pembiayaan, ia memaparkan, tahun ini anggaran di direktoratnya turun Rp 100 miliar. Tahun lalu, anggarannya mencapai Rp 190 miliar. Menurut informasi yang diterimanya, anggaran untuk karhutla disebar di berbagai kementerian atau lembaga. “Kalau semua (kementerian/lembaga) bergerak bagus juga, tidak masalah,” ujarnya.
Raffles menambahkan, tahun ini hasil restorasi gambut berupa sekat kanal dan pembuatan sumur bor tampak disampaikan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Informasi lokasi sumur-sumur bor yang dibangun BRG ini penting untuk memercepat pemadaman sebelum api membesar.
Peran swasta
Selain pemerintah beserta aparatnya, upaya pencegahan karhutla juga datang dari perusahaan pengelola konsesi di Sumatera Selatan, APP Sinar Mas. Perusahaan pulp dan kertas ini mengalokasikan anggaran khusus 3,8 juta dollar AS atau setara Rp 52 miliar (kurs 1 dollar AS = Rp 13.800) untuk memperkuat pencegahan kebakaran hutan dan lahan selama pagelaran Asian Games 2018.
Dana tersebut digunakan untuk memperkuat sistem deteksi dini kebakaran, perbanyakan pembangunan menara pemantau, penambahan pasukan pemadam kebakaran, peralatan kebakaran, pengerahan helikopter, dan kegiatan lain.
Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata, Rabu , di Jakarta, menuturkan periode kemarau ini merupakan taruhan besar untuk menyukseskan Asian Games 2018 dengan pencegahan kebakaran. “Seluruh mata dunia tertuju pada event olahraga terbesar kedua setelah olimpiade ini,”kata dia.
Karena itu, APP yang memiliki konsesi luas di Sumatera Selatan berkontribusi untuk turut serta penyuksesan pesta olahraga empat tahunan ini. Selain menganggarkan dana senilai Rp 52 miliar tersebut, APP mendukung sponsorship Asian Games 2018 dengan nilai 4 juta dollar AS (setara Rp 55 miliar dengan kurs dollar Rp 13.800) serta pembangunan Sinar Mas Bowling Center di Jaka Baring senilai Rp 27 miliar.
Strategi pencegahan karhutla dilakukan melalui pendekatan teknis berupa penguatan Sistem Manajemen Penanggulangan kebakaran Terintegrasi dan pendekatan sosial berupa desa makmur peduli api (DMPA). Keduanya berjalan beriringan dan saling melengkapi untuk pencegahan kebakaran.
Pada pembangunan teknis, APP mengaku menggelontorkan dana 100 juta dollar AS untuk pembangunan sistem berupa perangkat lunak, perangkat keras, personel, dan infrastruktur lain. Mereka membangun sistem pemantauan dari Markas APP di Jakarta, kantor regional, dan kantor distrik dilengkapi personel.
Gustaf Rantung, Fire Data and Information Technology manager APP Sinar Mas mengatakan saat mulai bulan Mei hingga berakhirnya Asian Games 2018, pihaknya meningkatkan standar indikator penilaian kinerja (KPI) karyawan terkait pencegahan dan penanganan kebakaran hutan.
KPI awal yaitu mendeteksi api saat luasan kurang atau sama dari 0,2 ha, hadir di lokasi kebakaran kurang atau sama dengan 2 jam, dan pengendalian kebakaran kurang atau sama dengan 8 jam. Di masa mendatang berubah menjadi separuhnya.
Hal ini disiasati dengan fokus pada -lokasi rentan kebakaran yang dipetakan dalam peta risiko, peta api, dan peta kemudahan akses maupun ketersediaan air. Bila target KPI tak tercapai, konsekuensinya pada insentif bonus hingga sanksi. “Mulai Mei, cuti-cuti semua dibatalkan. Semua standby. Head of Fire kami keliling lokasi untuk melihat kesiapan personel dan infrastruktur maupun sarana prasarana di daerah,” ujarnya.
Head of Corporate Social dan Security APP Sinar Mas Agung Wiyana menambahkan, DMPA membantu mengurangi lokasi konflik dan perambahan yang berisiko memicu kebakaran pada konsesi. Perusahaan itu mendampingi warga dalam pengembangan pertanian, peternakan, dan perikanan, agar bisa meningkatkan kesejahteraan tanpa perlu membuka lahan dengan membakar.
Saat ini terdapat 191 DMPA di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. “Total ada 800 desa di sekitar konsesi kami,” kata Agung.