Pemprov DKI Jakarta berupaya menjaga harga bahan pangan menjelang bulan puasa, melalui sejumlah program pangan murah bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pengendalian harga pangan di Jakarta akan dilakukan dengan sejumlah program bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Adapun harga di pasar umum akan dipantau.
Darjamuni, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta, menjelaskan, program pangan murah bersubsidi antara lain ditujukan untuk siswa dari keluarga tidak mampu dan pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP). Warga yang bermukim di rusunawa milik Pemprov DKI Jakarta serta petugas harian lepas pemegang Kartu Jakarta One juga bisa membeli bahan makanan dengan harga bersubsidi.
"Kami menjaga stok dan mengendalikan harga dari masyarakat golongan itu. Untuk harga kebutuhan pokok bagi masyarakat di luar golongan penerima makanan bersubsidi, kami pantau saja dulu," ujar Darjamuni, Rabu (25/4/2018).
DKPKP mengklaim, jumlah penerima program pangan bersubsidi sekitar 900.000 penerima. Angka itu masih dalam proses verifikasi. Penerima termasuk tenaga kerja berpenghasilan setara upah minimum provinsi (UMP) serta lansia.
Kepala Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta Priyono menjelaskan, tenaga kerja berpenghasilan UMP yang ber-KTP DKI tercatat 3.339 orang. "Mereka ini sudah diverifikasi dan akan menerima JakCard untuk bisa mendapat fasilitas pangan murah juga ongkos bus transjakarta. Fasilitas ini untuk tenaga kerja ber-KTP DKI saja," ujar Priyono.
Arief Nasrudin, Direktur Utama PD Pasar Jaya, akan bersinergi untuk menjual komoditas yang terjangkau oleh MBR, memperbanyak penyaluran barang KJP, memanfaatkan jalur distribusi yang ada di pasar-pasar milik Pasar Jaya, serta membuat program dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta).
Budi Kaliwono, Direktur Utama PT Transjakarta, menyatakan, belajar dari pola distribusi pangan murah selama bulan puasa tahun lalu, tahun ini TransJakarta kembali mendukung kegiatan serupa.
Masih stabil
Di Pasar Sindang, Koja, Jakarta Utara, harga bahan pangan pokok relatif stabil, Rabu.
Pedagang bumbu, Aep (41), mengatakan, harga bawang dan cabai belum naik. “Harga tahun lalu, jelang puasa, rata-rata sama dengan saat ini,” tutur dia di kiosnya, kemarin.
Aep menjual bawang putih seharga Rp 40.000 per kilogram, bawang merah 32.000 per kg, serta cabai merah keriting dan cabai rawit merah Rp 36.000 per kg. Ia mendapatkan barang dagangan dari agen di Pasar Induk Cibitung, Bekasi.
Menurut Aep, harga bahan pangan pokok melonjak saat jelang lebaran dua tahun lalu. Contohnya, harga bawang putih kala itu mencapai Rp 80.000-Rp 90.000 per kg dan bawang merah Rp 60.000 per kg.
Sementara itu, Uuk (48) menjual cabai merah keriting dan cabai rawit merah dengan harga Rp 30.000 per kg. Harga cenderung turun dibanding dua bulan lalu. “Rawit merah dua bulan lalu sampai Rp 80.000-Rp 100.000 per kg,” ujarnya.
Namun, harga telur naik dibanding pekan lalu. Mulyati (45), menuturkan, harga telur ayam Rp 24.000 per kg. Sepekan lalu, harganya Rp 22.000 per kg.
Pasar di Kota Tangerang
Di Pasar Lembang, Ciledug; Pasar Anyar dan Pasar Bengkok, Kota Tangerang, kenaikan harga terjadi sepekan terakhir. Kenaikan harga antara lain terjadi pada telur ayam, cabai, bawang putih, daging sapi, dan daging ayam,
"Kenaikan harga rata-rata 20 sampai 50 persen dari harga sebelumnya," kata Rusdi (46), pedagang sayuran di Pasar Lembang, Ciledug.
Harga telur ayam naik dari Rp 22.000 menjadi Rp 26.000 per kg. Harga sawi putih dan hijau, kangkung, dan buncis naik dari Rp 20.000 per kg menjadi Rp 40.000 per kg. Sementara cabai rawit merah harganya naik dari Rp 25.000- Rp 30.000 per kg menjadi Rp 35.000-Rp 40.000 per kg.
Harga kentang naik dari Rp 25.000 per kg menjadi Rp 29.000 per kg. Harga bawang putih naik dari Rp 28.000 - Rp 30.000 per kg menjadi Rp 50.000 per kg-Rp 60.000 per kg. Kenaikan juga terjadi pada jengkol dari Rp 20.000 per kg menjadi Rp 40.000 per kg.
Pada awal minggu ini, harga daging has sapi sudah Rp 110.000 - Rp 120.000 per kg. Sepekan sebelumnya, harga komoditi ini Rp 100.000 - Rp 110.000 per kg
"Biasanya daging sapi akan terus naik sampai menjelang lebaran. Daging naik terus karena dicari orang," kata Agus (39), pedagang daging sapi di Pasar Anyar.
Suryadi (41), pedagang sapi di Pasar Plaza Baru Ciledug, Kota Tangerang, mengatakan, pada saat harga daging sapi naik biasanya akan masuk daging impor. Akan tetapi, kata Suryadi, biasanya pembeli daging sapi lebih suka daging sapi lokal dibanding daging sapi impor.
"Memang sih harga daging impor lebih murah sekitar Rp 20.000 per kg dibanding sapi lokal. Namun, konsumen lebih suka beli daging sapi lokal karena segar," kata Suryadi.
Enam bahan pangan
Di tempat lain, Ketua Umum Ikatan Pedagang Indonesia (IPI) Abdullah Mansuri meminta pemerintah mewaspadai sejumlah komoditas yang harganya rawan melonjak saat memasuki bulan Ramadhan hingga menjelang Lebaran.
"Beras, minyak goreng, bawang merah bawang putih, gula pasir, dan daging ayam. Dari pengalamanan kami, keenam item tersebut paling rawan lonjakan harga baik karena aksi para spekulan, dan kekurangan pasokan," ungkapnya.
Abdullah menilai, pasar murah, bazar, atau operasi pasar tidak akan merendam lonjakan harga. "Yang utama itu bagaimana kementerian perdagangan, Bulog, dan kementerian pertanian melakukan operasi pengendalian harga seperti dilakukan tahun lalu dan berhasil," tegasnya. (HLN/JOG/WIN/PIN)