Nilai Pangsa Pasar ”Cloud” di Indonesia Capai Rp 33 Triliun
Oleh
Mediana
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nilai pangsa pasar layanan penyimpanan data berbasis komputasi awan atau cloud di Indonesia mencapai sekitar Rp 33 triliun. Jumlah ini diproyeksikan mengalami peningkatan seiring tingginya adopsi layanan, mulai dari perusahaan rintisan bidang teknologi, usaha kecil dan menengah, sampai skala besar.
Ketua Umum Asosiasi Cloud Computing Indonesia Alex Budiyanto menyampaikan hal itu saat ditemui Kompas usai menghadiri peluncuran Azure Stack, layanan hybrid cloud dari CBNCloud, Kamis (26/4/2018), di Jakarta.
Nilai pangsa pasar cloud itu, kata Alexa, baru terekam tahun 2015. ”Pengguna asli atau native cloud di Indonesia adalah perusahaan rintisan bidang teknologi, seperti Tokopedia dan Bukalapak. Popularitas perusahaan rintisan mendukung naiknya permintaan cloud. Berikutnya adalah pelaku usaha kecil dan menengah dari berbagai latar belakang sektor industri,” ujarnya.
Untuk kategori perusahaan skala besar, asosiasi mengamati, mayoritas pengguna cloud berlatar belakang sektor perbankan dan jasa keuangan.
Menurut Alex, tantangan memasarkan layanan cloud adalah edukasi. Pada umumnya perusahaan belum memahami kinerja dan kemudahan yang dimiliki oleh cloud. Misalnya, sistem perangkat keras ataupun perangkat lunak yang dimiliki cloud lebih fleksibel dan terukur.
”Bagi perusahaan yang mengedepankan inovasi, cloud merupakan solusi penyimpanan yang tepat. Hal ini tidak mengherankan apabila perusahaan rintisan digital dikenal sebagai adopter asli cloud,” katanya.
Pengguna asli atau native cloud di Indonesia adalah perusahaan rintisan bidang teknologi, seperti Tokopedia dan Bukalapak. Popularitas perusahaan rintisan mendukung naiknya permintaan cloud.
Asosiasi Cloud Computing Indonesia beranggotakan 15 perusahaan penyedia layanan cloud. Sepuluh di antaranya merupakan perusahaan lokal, sedangkan sisanya asing. Microsoft adalah salah satu anggota asosiasi berlatar belakang perusahaan global.
Cloud and Enterprise Business Group Lead Microsoft Indonesia, Yos Vincenzo, menceritakan, tren teknologi kecerdasan buatan dan benda terhubung dengan internet (internet of things/IoT) memengaruhi pasar cloud dan pusat data.
”Rata-rata perusahaan yang tengah bertransformasi ke digital membutuhkan pusat data ataupun cloud. Permintaan mereka bukan sekadar pusat data atau cloud secara fisik infrastruktur, melainkan sudah berwujud servis pengelolaan dan aplikasi,” ujarnya.
Yos mengklaim, pertumbuhan bisnis cloud Microsoft bernama Azure mencapai 97 persen. Harapannya, keputusan Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan revolusi industri keempat mampu menyokong lebih tinggi pangsa pasar Azure.
CEO CBNCloud Tony Hariman mengemukakan, edukasi pasar masih menjadi tantangan utama. Pasalnya, sampai sekarang, belum semua korporasi memahami teknis pemakaian cloud.