TEL AVIV, RABU — Rusia, Rabu (25/4/2018), mengatakan akan mengirim sistem pertahanan udara S-300 ke Suriah. Namun, Israel menegaskan, senjata itu akan dihancurkan jika bertujuan menyerangnya.
Pada hari sebelumnya, surat kabar Rusia, Kommersant, melaporkan bahwa Moskwa sedang bersiap-siap untuk mengirim sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia kepada sekutu dekatnya, Suriah.
Surat kabar Rusia itu juga mengutip sebuah sumber yang memperingatkan tentang konsekuensi berupa ”malapetaka besar” jika sistem pertahanan udara tersebut diserang.
Kementerian Pertahanan Rusia, Rabu, mengonfirmasi, Moskwa akan mengirim S-300 ke Damaskus. Kantor berita RIA melaporkan, pengiriman sistem pertahanan udara ke Suriah akan dilakukan ”dalam waktu dekat”.
”Hal yang paling penting bagi kami adalah agar senjata-senjata defensif Rusia yang diberikan ke Suriah itu tidak digunakan untuk menghantam kami,” kata Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman kepada situs berita Ynet.
”Jika senjata-senjata itu digunakan untuk melawan kami, kami akan bertindak untuk menghadangnya,” lanjut Lieberman.
Rusia dan Suriah telah meneken perjanjian pada 2010 terkait pengadaan sistem pertahanan S-300 dari Rusia. Namun, rudal-rudal yang diharapkan Suriah itu belum juga dikirim karena adanya tekanan kuat dari Israel, kata Kommersant.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada awal bulan ini mengatakan, belum ada keputusan apa pun terkait dengan rudal-rudal S-300.
Walau demikian, Rusia sudah menempatkan rudal-rudal S-300 miliknya di sekitar pangkalan Angkatan Laut-nya di Tartus, di pantai Laut Tengah wilayah Suriah.
Selain itu, Rusia juga telah menempatkan sistem pertahanan udara tercanggihnya, S-400, di pangkalan udara di Hmeimim, Suriah barat.
Sistem pertahanan udara S-300 memiliki radar surveilans untuk melacak obyek jarak jauh, di atas jarak 300 kilometer, dan juga menyampaikan informasi kepada kendaraan komando.
Setelah target teridentifikasi, kendaraan komando akan mengirim sinyal agar rudal diluncurkan. Radar dapat memandu rudal untuk mencapai target secara tepat dan bisa memandu hingga 12 rudal secara bersamaan.
Lieberman mengatakan, Israel selalu terbuka, menjalin komunikasi dengan Rusia. Sampai saat ini belum pernah ada sistem pertahanan Rusia digunakan untuk melawan Israel.
”Kami memiliki komunikasi yang terbuka dan benar-benar telah membahasnya. Selama bertahun-tahun kami terus berkoordinasi dan mampu menghindari gesekan dengan Rusia,” kata Lieberman.
Israel dan Suriah secara teknis masih berperang, terutama di garis terdepan di sektor Dataran Tinggi Golan yang bergolak itu.
Wilayah Golan diambil alih Israel dari tetangganya tersebut pada 1967. Sejak itu, nyaris tak bergolak sampai akhirnya bergolak kembali sejak pecah perang saudara Suriah pada 2011.
Dataran Tinggi Golan di sisi Israel menjadi titik yang paling panas sejak 2011. Pihak Israel telah melakukan puluhan serangan udara ke arah pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya.
Israel menyebutkan, serangan-serangan itu untuk menghentikan pengiriman senjata-senjata canggih kepada kelompok Hezbollah.
Kelompok bersenjata di Lebanon tersebut menjadi sekutu utama rezim Presiden Bashar al-Assad dan juga musuh bebuyutan Israel sejak perang 2006. (AFP/REUTERS)