Juru Selamat Itu Bernama Mohamed Salah
Keberangkatannya menyelamatkan Roma. Kedatangannya merevitalisasi Liverpool. Saat kedua klub bertemu di semifinal Liga Champions, pertandingan ini akan menjadi perayaan Mohamed Salah, pemain yang lebih berarti bagi Roma dan Liverpool daripada yang pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Setiap kali fans Liverpool ditanya, kapan klub favoritnya akan kembali meraih gelar juara Liga Inggris, jawaban yang mereka berikan selalu sama. ”Mungkin musim depan.”
Jawaban yang sama selalu berulang setiap musim. Fans Liverpool menjadi penggemar klub sepak bola paling sabar. Sudah sejak 1990 silam, saat Liverpool mengangkat trofi juara Liga Inggris, klub yang bermarkas di Anfield ini tak pernah lagi merasakan predikat terbaik di kasta tertinggi sepak bola Inggris itu.
Klaim sebagai klub Inggris tersukses dunia pun sudah lama digusur oleh Manchester United. Jumlah trofi yang diraih Manchester United telah mengungguli Liverpool. Manchester United juga telah menggusur Liverpool sebagai tim yang paling banyak menjuarai Liga Inggris. Manchester United sukses menjuarai Liga Inggris sebanyak 20 kali. Sementara Liverpool, sejak terakhir kali juara Liga Inggris 28 tahun silam, hanya meraih 18 kali gelar juara.
Berbeda ceritanya jika di Eropa. Liverpool masih menjadi klub Inggris terbaik di Eropa. Anak-anak Merseyside telah lima kali merengkuh gelar terbaik di Benua Eropa, termasuk dengan ”keajaiban Istanbul” yang mereka raih tahun 2005.
Tak heran antusiasme pendukung Liverpool saat klubnya memastikan melangkah ke semifinal Liga Champions, dengan menyingkirkan juara Liga Inggris musim ini, Manchester City, seperti sudah di ambang juara saja. Rabu dini hari nanti, penggemar Liverpool akan berharap kepada sang juru selamat klub itu, Mohamed Salah. Salah akan menjadi tumpuan Liverpool menghadapi bekas klubnya, AS Roma.
Salah meninggalkan Roma untuk Liverpool pada Juni tahun lalu seharga 42 juta euro atau sekitar Rp 714 miliar. Dalam sebuah musim transfer ketika klub-klub Liga Primer menghabiskan sejumlah uang dan Neymar mengubah lanskap keuangan olahraga yang bergabung dengan Paris Saint-Germain seharga 222 juta euro atau Rp 3,7 triliun, transfer Salah tak pernah jadi perhatian dan hampir luput dari agenda transfer.
Ternyata, transfer Salah dari Roma ke Liverpool terbukti menjadi salah satu pembelian pemain paling signifikan bagi kedua klub. Untuk Roma, uang dari pembelian Salah telah membantu menyeimbangkan keuangan, menghapus sebagian besar dari defisit saat Serigala dari ibu kota Italia tersebut tengah menghadapi kemungkinan dihukum oleh UEFA.
”Siapa pun yang memahami sedikit bisnis ini tahu bahwa itu seperti memiliki pedang yang diarahkan ke leher Anda,” kata Direktur Olahraga AS Roma Ramon ”Monchi” Rodriguez, otak di balik bursa transfer klub.
Menjual Salah seperti menjual kunci pas. Salah menggabungkan 26 gol AS Roma pada musim terakhirnya bermain untuk klub tersebut, mencetak 15 gol dan mengatur 11 gol lainnya. Dia dengan cepat menjadi favorit penggemar. Pelatih Roma saat itu, Luciano Spalletti, telah membantu mengembangkan permainan Salah sehingga dia lebih dari sekadar pemain sayap yang cepat, tetapi juga seorang pemain yang efisien dan kreatif.
Pelatih Roma saat itu, Luciano Spalletti, telah membantu mengembangkan permainan Salah sehingga dia lebih dari sekadar pemain sayap yang cepat, tetapi juga seorang pemain yang efisien dan kreatif.
Hari Minggu lalu, Salah mendapat kehormatan terpilih oleh para pemain Liga Inggris sebagai Player of the Year setelah musim pertama yang menakjubkan di Liverpool, di mana ia mencetak 41 gol di semua kompetisi. Dia belum gagal untuk mencetak gol pada tahun 2018 dalam pertandingan liga di Anfield, di mana para pendukungnya mengidolakan dan merayakan permainnya dengan lagu yang khusus dibuat untuk Salah.
Sebuah pemujaan yang mirip dengan yang terjadi di negaranya, Mesir, ketika ia dianggap sebagai pahlawan nasional oleh fans timnas Mesir. Mural-mural bergambar dirinya dengan senyum menawan menghiasi dinding-dinding ibu kota Mesir, Kairo.
Manajer Liverpool Juergen Klopp sampai kehabisan kata-kata pujian untuk mendeskripsikan Salah meski, tentu saja, Salah tetap pantas mendapat pujian terbaik dari mantan manajer Borrusia Dortmund tersebut.
Memulai pertandingan sebagai pemain sayap kanan, Salah lalu hanyut saat menemukan dirinya bermain sebagai penyerang utama dengan Roberto Firmino yang kemudian lebih bermain ke dalam untuk menghubungkan lini tengah dan depan Liverpool serta menciptakan ruang bagi Salah di lini depan.
Penampilan khas Salah untuk sebagian besar musim ini adalah dengan mencari ruang ke dalam jantung pertahanan lawan, kemudian melepaskan tembakan ke tiang jauh. Bahkan, Salah telah lebih jauh mengembangkan kemampuannya pada beberapa pekan terakhir, termasuk berduel bola dengan kiper, lalu dengan tiba-tiba berlari menyilang ke kotak penalti, kemudian melesakkan bola ke sudut sempit gawang.
Dia melakukan itu di Stadion Etihad untuk mencetak gol melawan Manchester City yang memastikan tempat Liverpool di semifinal Liga Champions.
Seperti takdir. Nasib memastikan Roma akan menjadi lawan Salah berikutnya dalam Liga Champions.
”Pemain belakang Italia terkenal karena tidak ramah,” kata Klopp, ”jadi saya pikir Mo akan merasa di awal permainan bahwa mereka bukan rekan setimnya lagi dan kemudian dia bisa menyerang balik.”
AS Roma di bawah Pelatih Eusebio Di Francesco, juga entah bagaimana berhasil berkembang tanpa Salah. Mereka bahkan mencapai babak empat besar kompetisi teratas Eropa untuk pertama kali sejak mencapai final pada tahun 1984. Dan, lawan mereka di final pada tahun itu adalah Liverpool.
Roma memang harus menunggu lebih lama untuk bisa sampai di semifinal Liga Champions. Penampilan terbaik mereka di Liga Champions adalah 34 tahun lalu ketika mereka mengalahkan Dundee United di semifinal, tetapi kalah dari Liverpool di final.
Namun, jalan mereka mencapai semifinal bahkan mengalahkan kehebatan Liverpool yang mengempaskan Manchester City dengan agregat 5-1 di perempat final. Roma bangkit dari defisit 4-1 pada leg pertama melawan Barcelona berkat kemenangan 3-0 pada leg kedua.
Namun, terlepas dari kesamaan fisik mereka, Di Francesco dalam debutnya sebagai pelatih di Liga Champions musim ini percaya, dirinya juga layak disejajarkan dengan Klopp. ”Seperti yang disebutkan Klopp, ada kesamaan dalam hal bahwa kami berdua memakai kacamata dan berjenggot,” candanya. ”Tetapi, saya sangat menyukai pandangannya.”
”Klopp telah membuktikan dirinya memenangi gelar, tetapi saya memiliki ambisi besar.”
Setelah kehilangan Salah, AS Roma di bawah Di Francesco telah mencoba beberapa pemain untuk peran yang biasa dilakoni Salah sebagai gelandang serang di sayap kanan. Meski demikian, usaha Di Francesco belum kunjung menemukan formula terbaiknya untuk menemukan pemain sesempurna Salah di posisi itu. Gregoire Defrel, Stephan el Shaarawy, Gerson, Patrik Schick, Diego Perotti, Alessandro Florenzi, bahkan Radja Nainggolan pernah diinstruksikan Di Francesco untuk memerankan posisi yang biasa dilakoni Salah.
Justru pemain usia 20 tahun asal Turki, Cengiz Under, yang dinilai paling berhasil menjalankan peran seperti Salah pada paruh kedua musim pertamanya di AS Roma. Setelah pindah dari Basaksehir, klub yang berbasis di Istanbul, dengan harga 13 juta euro (Rp 221 miliar), Under sempat tidak terlibat dalam satu gol pun dalam 14 pertandingan pertamanya dengan Roma.
Namun, sepanjang Februari hingga Maret setelah dia sembuh dari cedera, Under terlibat dalam gol bersejarah yang dicetak Kostas Manolas saat AS Roma membungkam Barcelona di leg kedua perempat final. Kalah 1-4 saat bermain di Barcelona, AS Roma membalas dengan come back gemilang 3-0 saat bermain di Roma. Gol ketiga Roma lahir berkat ruang yang diciptakan Under untuk Manolas.
”Bayangkan di mana Roma akan ada jika mereka masih memiliki Salah,” kata Klopp baru-baru ini. Kalaupun masih ada Salah di Roma, tentu saja klub tersebut tetap berada dalam kekacauan di Liga Champions.
Salah sekarang berpotensi bernilai empat kali lebih banyak dari saat dia dibeli Liverpool. Dia secara teratur dikaitkan dengan kepindahan ke Real Madrid. Beruntungnya Liverpool, Salah sejak kecil selalu bermimpi untuk bermain di klub tersebut. Dia ingat bermain sebagai pemain Liverpool di gim video FIFA ketika berusia 18 tahun, saat dia masih bermain untuk klub Liga Mesir, El Mokawloon.
Tak terbayangkan, delapan tahun kemudian mimpi itu terwujud. Dia bisa segera bermain di final Liga Champions bersama klub impiannya, kecuali tentu saja bekas klubnya tersebut mampu menghentikannya.
Kapten Liverpool, Jordan Henderson, yakin Salah tidak akan tergoda untuk pergi dari Anfield. ”Saya merasa dia berada di tempat yang hebat, dengan sejumlah pemain hebat,” kata Henderson. ”Dia pergi ke arah yang benar bersama kami.”
Salah tidak akan seperti bintang Liverpool pada musim-musim sebelumnya, Luis Suarez dan Philippe Coutinho, yang tertarik dengan pesona Barcelona. Henderson berharap, Salah bisa diyakinkan untuk bertahan dengan momentum yang berkembang di Liverpool dan keyakinan bahwa mereka dapat bersaing untuk meraih trofi besar di bawah Juergen Klopp.
”Dia pemain yang fantastis. Jelas dia di sana dengan yang terbaik di dunia dan akan ada klub lain yang ingin membawanya pergi,” ujar Henderson.
”Namun, dia berada di tempat yang hebat dengan sekelompok pemain hebat, tim hebat, dengan manajer hebat, berjalan ke arah yang benar. Kami ingin menciptakan sejarah kami sendiri di sini, dan saya yakin Mo akan ingin menjadi bagian dari itu untuk bertahun-tahun yang akan datang,” tuturnya.
Pemilik AS Roma, James Pallotta, mengakui bahwa Liverpool bahkan tidak perlu harus mengalahkan banyak persaingan untuk mendapatkan tanda tangan Salah. Pallotta bercerita bagaimana dua tahun bersama AS Roma, Salah tak menunjukkan potensi yang sepenuhnya dia miliki sebagai pemain hebat.
Di tangan Klopp-lah Salah menemukan permainan terbaiknya. Dan, setelah membawa Liverpool kembali ke semifinal Liga Champions untuk pertama kali dalam satu dekade, Henderson mengatakan, rekan satu timnya merasa ”istimewa” untuk bekerja dengan arsitek asal Jerman itu.
Di luar lapangan, dia manusia yang fantastis. Sangat asli, memiliki gairah besar untuk sepak bola, dan yang melampaui seluruh tim.
”Dia adalah salah satu manajer terbaik di dunia. Pertama dan terutama taktik, tidak perlu dipertanyakan seberapa luas dia dalam permainan, Anda dapat melihat itu dalam pertunjukan, gaya permainan dan bagaimana kami bermain sepak bola,” ujar Henderson.
”Di luar lapangan, dia manusia yang fantastis. Sangat asli, memiliki gairah besar untuk sepak bola, dan yang melampaui seluruh tim,” tambah pemain timnas Inggris ini.
”Dia selalu membuat Anda tetap pada jari-jari kaki Anda, selalu mencari lebih banyak. Ia tidak pernah ingin menjatuhkan standar permainannya, tak peduli dengan siapa pun kita bermain. Dia manajer yang luar biasa dan semua orang di skuad merasa istimewa untuk bisa bekerja dengannya.”
Dini hari nanti menjadi pembuktian buat Liverpool di bawah Klopp. Apakah dia layak menjadi juru selamat bagi Liverpool, klub yang tak pernah juara Liga Inggris sejak 1990 silam dan tak pernah lagi mengenyam predikat terbaik di Eropa sejak 2005. (AP/AFP)